5. i'll beside you

1.1K 98 5
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka. Semua cerita adalah murni milik karya author. Jika terdapat beberapa adegan yang sama dengan cerita lain, mohon untuk segera beritahu. Tidak ada kesan menjiplak atau mengambil karya orang lain.

WARNING: Mengandung unsur Homo (gay), tidak disarankan untuk pembaca dibawah usia 16 tahun, harap bijak dalam membaca cerita.

Sorry for typo

Happy reading and enjoy guys

..

...

....

---Build---

Hari ini juga aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Aku tidak menginap karna luka di kepalaku tidak cukup parah. Sampai sekarang Bible ada di sampingku. Merawatku sampai aku kembali ke asrama. Tak pernah sedetikpun aku melihatnya meninggalkanku bahkan meski itu untuk sepuluh detik.

Aku dengannya sudah masuk ke dalam kamar asrama kami. Dia menyuruhku untuk duduk atau berbaring saja, melarangku membantunya untuk sedikit merapihkan kamar asrama. Rasanya canggung untuk diam melihatnya mondar-mandir sibuk. Merapihkan beberapa buku di meja belajarku dan memungut beberapa pakaian kotor di kasur. Dia terlihat seperti bukan sekedar teman kamar, tapi aku merasa dia lebih mirip seperti suamiku. Diam-diam aku tersenyum karna malu akan pikiran konyolku sendiri. Hingga tanpa sadar sejak kapan Bible duduk di sampingku. Aku menatapnya dan kembali turun karna aku merasa begitu canggung. Semakin hari, perlakuannya semakin berbeda. Dia semakin perhatian padaku, dan aku sedikit tidak nyaman dengan detak jantungku.

"Biu tidak apakan kalau Baiben tinggal sebentar? Baiben cuma mau beli makanan saja kok"katanya dengan lembut.

"Biu mau ikut Baiben" aku sedikit merengek manja karna aku masih nyaman berada di dekatnya meski jantungku berteriak dengan keras. Aku lihat dia menghela nafasnya dan aku tau dia akan membiarkanku tetap tinggal.

"Ta-"

"Yasudah pergi saja. Kenapa harus tanya kalo Biu tidak punya pilihan sih" aku segera memotong suaranya dengan cemberut. Aku mungkin terkesan nakal, tapi lihat aku sebentar lagi. Aku sangat ingin berada di dekatmu.

Aku membuang wajahku tak mau melihatnya. Dia kembali menghela nafasnya dan kali ini lebih frustasi. Tangannya bergerak membelai rambutku dan aku merasakan dia melihat perban di kepalaku dengan sedih. Aku jadi merasa bersalah jika seperti ini. Dia pasti khawatir tentang luka di kepalaku. Aku kembali mengangkat wajahku dan menatapnya dengan wajah merasa bersalah.

"Iya, Biu tidak marah kok. Baiben pergi saja, Biu tidak apa-apa" aku menyerah.

Dia tidak merespondku dan bangkit menuju lemari. Dia mengambil celana training panjang dan menyerahkannya padaku. Aku menatapnya bingung.

"Pakai ini, setidaknya Biu keluar tanpa celana pendek seperti itu" suaranya terdengar begitu halus. Aku merekahkan senyumanku. Bible, sudah berapa kali kamu tidak bisa menolakku.

Tanpa babibubebo lagi aku meraihnya dan pergi menuju kamar mandi.

...

Kami sudah sampai di toko kari setelah kami sepakat membelinya bersama. Aku duduk dan membiarkan Bible memesan untuk kami. Aku hanya diam sambil melihat punggung Bible yang berdiri tak jauh dari tempatku duduk. Sampai aku tidak menyadari akan kedatangan Nodt.

Aku terkejut tak sempat berteriak saat tangan kasarnya menarikku bangun.

"Biw, kepalamu..kamu tidak apa-apa kan?" Nodt melihat lukaku dengan semburat khawatir. Bajingan, aku menatapnya dengan marah dan menjentikkan tanganku untuk lepas darinya.

||COMPLETED|| BibleBuildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang