"Hati-hati" ceva melambaikan tangan pada vela. Mereka berpisah di depan mall. Vela pergi dengan sehun.
Ceva dan regaz tampak kikuk. Mereka berjalan agak berjauhan.
Tidak ada yang berbicara bahkan sampai sudah tiba di apartemen.
Keduanya berpamitan sebelum masuk kekamar masing-masing.
Regaz masih memasang wajah cool sampai ceva masuk kedalam apart nya.
Barulah pria itu masuk juga. Dia memukul angin kesenengan, wajahnya ceria, pria dewasa itu tampak menggigit bibirnya, tertawa sendiri sambil bersandar pada tembok samping pintu.
Pria itu menggeleng karena terus membayangkan wajah ceva saat di bioskop.
Bahkan pria itu tidak pernah berfikiran akan melakukan hal itu. Terlebih pada muridnya sendiri.
Ditempat lain Ceva buru-buru menutup pintu, dan menuju kasur, dia menutup wajahnya dengan bantal, berguling diatas kasur lalu berteriak tanpa suara.
Gadis itu mengipas wajahnya yang terasa sangat panas. Wajahnya terus tersenyum. Ceva memeluk boneka pokemon super besarnya.
"Coba kalo gaada si vela" ceva memegangi bibirnya. Pipinya kembali memanas. Gadis itu menenggelamkan wajahnya pada boneka pokemonnya.
Ceva mencari ponselnya hendak mengabari teman-temannya. Mau curhat!
Tapi ponselnya tidak ada. Gadis itu mencari keberadaan ponselnya.
"Aduhh!!" Ceva berlari keluar apartemen.
Ceva mengetuk pintu regaz. Pria yang masih berdiri di dekat pintupun langsung membukanya.
"Anter ceva ke sekolah, tas ceva ketinggalan" ucap wanita itu panik.
🍁🍁🍁
"Kenapa bisa ketinggalan cep?"
"Kamu sih maen tarik aja tadi, jadi tasnya ketinggalan kan di sekolah" jelas gadis itu.
"Kok aku sih?" Regaz menunjuk pada dirinya sendiri.
"Cieee udah aku kamu an" ceva menyenggol bahu regaz.
"Yaudah ambil sana tasnya sendiri" ceva menahan tangan regaz.
"Jangaann!! Ihh iyaa ga ngeledekk" gadis itu memeluk lengan regaz. Takut. Sekolahnya terlihat angker dilihat dari luar.
"Baru kali ini ceva kesekolah jam segini"
"Sama" jawab pria itu.
Waktu menunjukan pukul 10 malam. Regaz dan ceva berjalan perlahan menuju pintu sekolah.
Regaz menarik nafas sejenak lalu masuk. Dia membawa senter.
Ceva memejamkan kedua matanya. Takut. Tangannya semakin erat memeluk lengan kekar regaz.
Mereka menuju tangga. Menuju lantai 2. Ruang latihan taekwondo ada di lantai 2.
Bulu kuduk ceva sudah merinding. Dia membayangkan setan. Kenapa disaat seperti ini para setan muncul di fikirannya sih.
Regaz melihat ruangan taekwondo lalu segera masuk. Tidak bisa menyalakan lampu sebab satpam sekolah mematikan listrik dari salurannya.
"Dimana tasnya?" Tanya regaz pada ceva.
Gadis itu mencari tasnya. Dia melihat tasnya di kursi dekat loker.
"Ituu" mereka berjalan mendekati tas itu, namun regaz menarik ceva kearah loker. keduanya segera bersembunyi saat mendengar suara langkah kaki seseorang.