3. Dua Ekspresi Hati

178 8 0
                                    




Adam masih dengan posisinya merunduk di hadapan ku yang sedang duduk. Dia masih mempertahankan ekspresi memohonnya. Lucu sekali dia jika terlihat manja seperti itu. Aku tidak tega rasanya membuat ia terus memohon kepada ku "please. Mau ya?" pintanya sekali lagi kepada ku.

Aku menghembuskan nafas ke udara "ya sudah, ayo" ajak ku sembari berdiri dan menyuruhnya untuk tidak usah merunduk lagi. Adam langsung menarik tubuh ku mendekat ke tubuhnya dan ia merangkul ku dengan tangan nya. "aku cuma mau kenalin kamu aja kok"

Akhirnya sampai lah kami di kantin kampus. Aku hampir saja ingin menolak saat Adam mengajak ku ke perkumpulan para cowok yang aku tidak kenal itu. Rasanya aku ingin menghentikan langkah ku sebentar dan menyuruh Adam untuk berbalik saja, namun tangan Adam terlalu kencang menggenggam pundak ku dan langkahnya begitu cepat, sehingga membuat ku tak berdaya untuk memohon.

"ini dia putri ku bro, kenalin Tsabitah" ucap Adam kepada teman-temannya saat baru saja menghampiri meja.

Salah satu temannya yang duduk di paling ujung langsung menjulurkan tangannya kepada ku "hallo Bitah" ucapnya penuh ramah. Bitah? Orang ini memanggil ku Bitah? Padahal Adam memperkenalkan ku dengan sebutan Tsabitah. Aku melihat orang ini tajam, aku seperti pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya, tapi di mana. Aku langsung menjabat kembali tangannya "kamu sudah mengenal ku sebelumnya?" Tiba-tiba orang itu menjadi bingung saat ku lempari pertanyaan seperti itu, apa ada yang salah. "a..a.. belum" jawabnya dengan tergagap.

Adam mencoba memecah suasana aneh ini, dia langsung memperkenalkan ku dengan teman lainnya. Apakah Adam tahu sebenarnya ada apa dengan satu temannya ini. "aku Antonio" ucap salah satu temanya yang berada di samping Adam, dia mengulurkan tangannya kepada ku. Aku sudah berkenalan dengan ke-6 cowok asing yang berada di situ. Lalu aku mengarah kepada orang yang agak aku curigai ini, aku belum mengetahui namanya "sepertinya kamu belum menyebutkan nama tadi" tanya ku kepada orang yang duduk di bagian paling ujung "Raka, nama ku Raka" tegasnya.

Ah benar. Aku pernah bertemu bahkan kenal dengan orang ini. Raka. Tapi aku lupa. Lantas kalau kami pernah bertemu dan kenal pun kenapa sikapnya harus seperti itu kepada ku. Seperti tidak mau tahu. Seharusnya itu menjadikan kita menjadi lebih enak untuk berteman. Sudah lah, lagi pula untuk apa aku terlalu memikirkan.

Mereka semua dengan senang hati menerima kehadiran ku. Mengajak ku bergabung ke dalam lingkup mereka, rasanya saat ini aku seperti artis hollywood terkenal yang sedang di kawal oleh beberapa bodyguard agar tidak di ganggu oleh para fans.

Adam berkali-kali menunjukan kemesraan di depan teman-temannya. Menyuap ku dengan beberapa makanan miliknya, merangkul ku, sesekali dia mencubit hidung ku gemas "kalau mau pamer kemesraan silahkan anda ke tengah lapangan" ucap Andra sembari mengarahkan tangannya menuju lapangan. Pernyataan Andra tersebut lalu di ikuti tawa oleh teman-temannya yang lain. "makanya cari pacar!" kata Kumal yang duduk di tengah. "tunggu seminggu lagi aku bakalan gandeng cewek yang cantik, bohai, seksi, dan hot. Siapkan diri kalian untuk iri denganku" jawab Andra menyombongkan diri, lalu ia hanya di soraki oleh teman-temannya. Orang yang lucu.

Aku melihat Beny dan Dilla duduk di meja di bagian paling ujung kantin. Aku meminta ijin kepada Adam dan teman-temannya untuk meninggalkan mereka dan menghampiri dua sahabat ku yang sedang asik curhat sepertinya.

Aku memeluk Dilla dari belakang, sudah lama aku tidak mengageti dia lagi, dan mendengar omelannya jika aku membuat jantungnya hampir lepas "hallo sayang"

"Bitah ih nyebelin, kaget banget sumpah" perotes Dilla kepada ku yang sedang mencoba duduk di sampingnya.

Aku terkekeh melihatnya "Beny bagi makanan mu dong" pintaku.

"Bit akhir-akhir ini kamu sering banget barengan sama Adam" cetus Beny.

"mmm aku pacaran sama dia" jelas ku sembari tetap menikmati makanan milik Beny.

Perfect SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang