03. Keluarga Baru

5 0 0
                                    

Matahari muncul dengan begitu cerahnya menyambut hari yang baru dengan kicauan burung yang saling bersautan membuat suasana hati akan merasa bahagia, namun tidak dengan seorang gadis yang masih terduduk lemas disamping ranjang miliknya dengan tatapan mata yang kosong, ya dia adalah Alesya sudah tiga hari sejak kepergian sang nenek namun ia masih menangisi kepergian orang yang begitu ia sayangi. Masih terasa sakit didada Alesya, rasanya seperti ditusuk duri yang begitu dalam.

Sejak beberapa hari lalu Alesya sudah meminta izin tidak masuk kelas untuk beberapa hari kepada dosen wali dan dosen pengampuh saat itu karena akan membantu bude Ayu mempersiapkan kebutuhan tujuh harian sang Nenek.

tok tok tok

"Les, bude boleh masuk?"

"Masuk aja bude." Suara Alesya terdengar sangat lemas bahkan hampir tidak terdengar.

Ayu perlahan masuk dengan sebuah nampan yang membawa semangkuk bubur dan segelas teh hangat untuk sarapan Alesya.

"Alesya ayo makan dulu sarapannya. bude udah buatkan bubur sama teh hangat." 

"Iya bude." Jawab Alesya dengan senyum tipisnya.

Ayu terlihat khawatir dengan keadaan Alesya yang terlihat sangat-sangat terpukul dan juga terlihat sangat pucat dan lemas pasalnya sejak kemarin Alesya belum menyentuh nasi dan lauk yang telah disediakan olehnya.

"Alesya nanti istirahat dulu aja habis sarapan. Ini buburnya dimakan dulu ya biar nggak sakit." Alesya menuruti perkataan bude karena perutnya sejak tadi juga sudah sakit.

Handphone milik Alesya berdering dan tertulis nama "Mama" disana. Sebenarnya ia tidak ingin mengangkatnya namun barangkali sang mama ingin meminta maaf dan berduka atas kepergian sang nenek yang merupakan ibu dari mama Alesya.

"Halo, ma?"

"Iya, mama sama papa belum bisa ke Yogyakarta karena masih ada pekerjaan disini kamu bantu bude Ayu ya disana."

"Iya"

"Ya udah, mama tutup telponnya. Kamu jangan bikin bude Ayu repot." 

"Gimana ka-" Belum sempat ia bertanya kabar mereka namun telpon telah terputus secara sepihak. Tidak ada pertanyaan seputar kabar Alesya atau bahkan bertanya apa anaknya itu sudah makan atau belum.

Bagaimana bisa ada seorang ibu yang tidak menanyakan kabar anaknya? Sesibuk apapun dan sebanyak apapun pekerjaan mereka menanyakan kabar bukanlah hal yang sulit. Tapi itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Alesya.

Sore harinya Alesya mencoba untuk membantu Ayu dengan beberapa pekerjaan dapur walaupun sibuk membantu sang bude, Alesya masih menyempatkan menulis beberapa kalimat cerita dibuku tulis yang selalu ia bawa. Jari-jarinya yang lentik bergerak menggesekkan tinta pena diatas kertas baris demi baris.

"Ndok, kalau sudah selesai langsung mandi trus lanjut istirahat aja, ya? Besok kan kamu sudah harus balik lagi ke Bandung." Ucap bude Ayu.

"Nggih bude, bentar lagi Alesya selesai kok."

"Kamu masih suka nulis, ya?" Tanya bude yang hanya dibalas anggukan oleh Alesya.

"Ya sudah, abis itu nanti langsung mandi dan istirahat ya kamu pasti cape banget seharian abis bantuin bude. Makan malam biar bude aja yang nyiapin."

Ayu bangga sekaligus merasa miris dan kasihan melihat Alesya yang mencoba terlihat baik-baik saja itu ia tau dibalik itu sebenarnya Alesya adalah gadis malang yang kesepian tanpa peran maksimal dari kedua orang tuanya. Ayu meninggalkan Alesya diruang tengah dan pergi menuju ruang dapur bersiap untuk memasak menyiapkan menu makan malam.

Malam kini telah berganti pagi, ayam jantan berkokok pertanda hari telah semakin siang. Alesya kini tengah membereskan pakaiannya untuk ia bawa kembali pulang, sebenarnya ia masih ingin di sini menemani Ayu namun Alesya sadar ia tidak bisa berlama-lama meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa. Sesampainya di Bandung Alesya segera menuju ke kediamannya untuk beristirahat sebelum kembali beraktifitas normal dihari esok.

Sinar mentari kini dengan terang menyinari kamar Alesya yang masuk melalui jendela dan sela-sela ventilasi kamar, Alesya yang baru saja keluar dari kamar mandi kini tengah terduduk dimeja rias menatap dirinya dicermin selama beberapa menit. Alesya mulai mempoles dirinya dengan sedikit pelembab wajah dan bersiap untuk berangkat kuliah.

Siang ini Alesya ada kelas Morfologi Bahasa Indonesia di jam 10.35 namun ia memutuskan berangkat lebih cepat agar bisa ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum kelas dimulai.

Hari ini Alesya hanya ada kelas disatu sesi jadi ia memutuskan untuk mampir ke panti sebelum pulang ke rumah karena rindu dengan anak-anak disana. Kedatangan Alesya ke panti disambut hangat oleh para anak-anak disana yang kebetulan sedang bermain disekitar perkarangan, dan di sana juga ada Alice. Jika kalian lupa Alice adalah anak yang bertemu dengan Alesya saat sedang hujan di taman yang tempatnya tidak jauh dari rumah panti berada.

Alice berlari ke arah Alesya dan memeluknya dengan erat bak orang yang lama tidak bertemu, mereka memang cukup lama tidak bertemu sekitar beberapa minggu sejak hari hujan saat itu namun ini baru pertemuan kedua mereka mengapa mereka sudah terlihat akrab begitu?

"Kak Alesya, Alice kangen banget sama kakak." Ucap Alice dengan manjanya, mendengar hal tersebut Alesya tertawa pasalnya Alice terlihat menggemaskan.

"Benarkah? Alice nggak bohong, kan?" godanya.

"Alice tidak berbohong kak, Alice beneran kangen." Alesya hanya tertawa dan mengiyakan ucapan Alice. Tak lama Alesya mengeluarkan sekotak coklat dari dalam ranselnya.

"Ini buat Alice sama teman-teman yang lain ya." Mendapat sekotak coklat membuat anak berumur 6 tahun itu bahagia, ia segera memanggil teman-teman panti yang lainnya untuk dibagikan coklat.

Seorang wanita paruh bayah datang menghampiri Alesya dan menyambut hangat kedatangannya. Wanita itu bernama Olivia, ia adalah seorang pendiri sekaligus kepala panti asuhan Harapan Bangsa yang kini telah berusia 53 tahun. Alice bercerita cukup banyak tentang Alesya pada Olivia sehingga membuatnya tidak ragu untuk menegur Alesya.

"Perkenalkan saya Olivia pendiri sekaligus kepala panti disini."

"Ah, saya Alesya."

"Saya tau, Alice cerita cukup banyak ke saya tentang kamu."

"Gimana kabar kamu?" Tanya Olivia.

"Kabar saya baik bu" Jawab Alesya singkat.

"Wajah kamu mengatakan hal sebaliknya, kalau ada apa-apa kamu bisa cerita anggap saja kita ini keluarga." Alesya hanya menjawab dengan senyum dan anggukan kepalanya.

"Kamu habis pulang kerja?"

"Nggak bu, saya baru pulang dari kuliah kok."

"Oh begitu."

"Iya bu."

"Ya sudah, kalau gitu saya tinggal ke dalam dulu. Kamu disini aja main sama anak-anak yang lain. Saya mau nyiapin makan malam mereka dulu."

"Saya ikut bantuin ya, bu?" Alesya mencoba menawarkan diri untuk membantu Olivia menyiapakan makan malam namun Olivia menolak dengan alasan sudah ada orang lain yang membantunya di dapur.

"Kamu pasti cape jadi kamu disini aja. Nanti kalau sudah selesai saya panggil kita makan bareng anak-anak panti yang lain, ya?"

Awalnya Alesya berniat ingin menolak tawaran makan malam namun Olivia memaksa agar Alesya ikut makan malam bersama pada akhirnya Alesya menerima tawaran Olivia. Sembari menunggu makan malam disajikan Alesya bermain bersama anak-anak panti lainnya termasuk Alice.

Perasaan Alesya saat bersama dengan anak-anak panti sangat bahagia, ia merasa hidupnya jauh lebih berwarna saat bersama dengan mereka. Alesya ingin selalu memiliki perasaan ini di manapun ia berada bukan hanya sebuah topeng untuk menutupi rasa sakit dan kesedihannya selama ini.

Setelah makan malam Alesya pamit pulang karena waktu juga sudah semakin gelap. Alice ikut mengantarkan Alesya sampai di depan pintu bersama dengan Olivia.

"Dadah kak Alesya, ketemu lagi nanti ya!" Seru Alice kepada Alesya yang dibalas dengan senyuman. Alice menatap punggung Alesya yang perlahan menjauh dan menghilang bersama dengan motor yang dikendarainya.

"Alice sayang kak Alesya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

°Alesya's Story°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang