pengantenan

1.1K 92 23
                                    

Full adat.




Setelah sah maka pengantin melaksanakan tradisi-tradisi adat jawa.

Seperti yang pertama yaitu upacara panggih.

Kata Panggih dalam bahasa Jawa yaitu ‘bertemu’. Prosesi ini mempertemukan pengantin sebagai sepasang suami istri setelah sah secara agama dan pencatatan sipil dilakukan.

Panjangnya ritual upacara Panggih bukanlah tanpa alasan, berbagai ritual tersebut memiliki makna dan doa baik untuk kehidupan berumah tangga.

Untuk Upacara Panggih, orang tua dari mempelai pria tidak boleh ikut. Dari keluarga pria, yang boleh ikut hanyalah pengiring dan pendamping pengantin pria yang merupakan keluarga terdekat dari orangtua pengantin pria. Pengiring dan pendamping ini berada di samping kanan dan kiri pengantin pria. Keduanya harus lebih tua daripada pengantin dan bukan duda. 

Di depan rombongan nanda terdapat pembawa sanggan. Sanggan adalah bokor berkaki sebagai simbolisasi untuk menebus sang pengantin yang berisi dua sisir pisang raja, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, kenanga), dan benang lawai dalam satu keranjang. Itulah mengapa prosesi ini disebut dengan sanggan tebusan pengantin.

Nanda dan wiyana dipertemukan secara berhadap-hadapan, jarak antar mempelai kurang lebih lima langkah. Kedua mempelai akan saling melempari ikatan daun sirih yang diisi kapur sirih dan diikat benang (gantal).

Kedua mempelai saling melempar sambil tersenyum, nanda mengarahkan lemparannya ke arah dada wiyana, dan yana melemparnya ke arah lutut nanda.

Sang suami melemparkan gantal ke dada istri nya sebagai tanda Ia sudah mengambil hati sang kekasih. Sedangkan, sang istri akan menujukan gantal ke lutut sang pria sebagai tanda bakti kepada suami.

Prosesi selanjut nya setelah balang gantal ialah ngidak endog (injak telur).

Nanda melepas satu sepatu nya, kaki kanan nya di taruh di atas telur ayam mentah lalu menginjak nya hingga pecah.

Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

Selanjut nya wiyana membasuh kaki nanda dengan posisi berlutut sebagai tanda kesopanan istri kepada sang suami. Nanda pun membantu wiyana bangkit berdiri lagi dengan menggenggam kedua tangan istri nya, yang memiliki makna penghargaan suami terhadap istri nya.

Ritual ngidak endog (nginjak telur) ini dilaksanakan sebagai harapan akan mendapatkan keturunan karena keduanya telah bersatu.

Berikut nya ada Sinduran. Wiyana dan nanda akan di balut dengan kain sindur sembari di antar menuju pelaminan oleh paman wiyana. Ettt tentu nya sambil berpegangan tangan.

Kain sindur berwarna merah dan putih diharapkan akan memberikan keberanian bagi kedua pengantin. Dengan tujuan agar keduanya menjalani pernikahan dengan semangat dan penuh gairah.

Bibir kedua pengantin itu ga berenti-berenti tersenyum, apalagi kalau tatap-tatapan bikin mas-mas fotografer nya ikut gemes sendiri.

Setelah sampai di pelaminan, selanjut nya ada bobot timbang. Ritual ini dilakukan dengan cara memangku kedua mempelai.

Wiyana sendiri ga enak mau duduk di pangkuan paman nya secara dia kan udah gede pasti berat, mana nanda juga di pangku.

"Ayo, jangan ragu gitu nduk sini..." wiyana ketawa canggung, ia pun beringsut duduk di paha kanan paman nya sedangkan nanda di paha kiri nya.

sebener nya kedua nya nahan pake kaki biar ga terlalu numpuin badan nya ke paman wiyana.

Gina kemudian naik ke atas panggung untuk menanyakan kepada paman wiyana siapa yang lebih berat di antara kedua mempelai.

Paman yana kemudian akan menjawab, keduanya sama beratnya. Hal ini diharapkan agar kedua anak mengetahui jika tidak ada perbedaan kasih sayang untuk mereka.

Selanjut nya ada kacar kucur. Nanda mengucurkan uang logam, beras dan biji-bijian dengan kain ke pangkuan wiyana, Hal ini sebagai simbol bahwa sang suami akan bertanggung jawab dalam memberikan nafkah kepada keluarga.

Berikutnya ada ritual dulangan. Ritual ini sesuai dengan namanya yang berarti saling menyuapi.

"Jangan kebanyakan ih mas" yana berucap pelan soal nya itu nanda nyendokin nasi nya kebanyakan ya kali muat di mulut nya.

Denger itu nanda cuma ketawa tanpa dosa.

Kedua nya saling menyuapi sebanyak tiga kali Dan di tutup dengan meminum air. Minum nya juga masih suap-suapan, setelah itu baru di minum sendiri.

Ritual ini sebagai simbol bahwa kedua pasangan akan selalu menolong satu sama lain dan saling memadu kasih hingga tua.

So sweet banget!

Nah kini giliran bubak kawah, Prosesi ini biasanya menjadi acara yang paling ditunggu dan meriah. bubak kawah ini hanya dilakukan pada saat mantu pertama. Yang Merupakan rasa syukur orang tua atas pernikahan anaknya.

Terakhir tinggal sungkeman.

Wiyana sungkem ke ibu nya sementara nanda ke paman yana. Yana nangis begitu juga Gina, tapi intruksi buat gantian sungkem nya bikin yana bangkit dari hadapan sang ibu dan beralih ke pamannya tapi yana keinget nya sama almarhum bapak nya jadilah tambah nangis dia.

Selanjut nya ke orang tua nanda, sama kaya pas sungkem tadi cuma sekarang nanda yang nangis.

Ritual ini bermakna sebagai bentuk penghormatan atas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka sampai bisa menikah dan menjalani lembaran baru kehidupan. 















A/n; maaf banget kalo adat nya ga lengkap-kap banget atau ada yang kurang tepat, aku cuma nulis yang ada di Google dengan sedikit pengalaman ku nyaksiin upacara-upacara itu ehe.


widodari. woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang