4. Menjauh

322 30 23
                                    


" Setidaknya beri aku alasan jika ingin menjauhiku. Jujur, pergi tanpa berpamitan itu sakit. "

-Rosmalina

-
-
-

Hari berikutnya.

Kini mereka sama sama berpisah karena telah berakhirnya kontrak kerja. Rosmalina bimbang dengan perasaannya pada irfan. Sebenarnya irfan merasakan adanya cinta di diri rosmalina. Tetapi, Rosmalina masih takut untuk mengungkapkan perasaanya. Ia takut, jika Rosmalina jujur tentang perasaannya akan membuat irfan melanjutkan menjauh darinya. Meski begitu, Rosmalina bersyukur masih bisa bertemu ayyara. Setidaknya ia bisa melihat irfan tetap baik-baik saja.

.

Di ruang kerja Rosmalina.

Matanya masih fokus pada layar komputer dan mengerjakan puluhan revisi dari karyawanya. Meskipun dirinya adalah CEO, ia tidak akan meninggalkan tanggung jawabnya. Karena bagi dirinya ini adalah tugasnya yang tidak bisa digantikan oleh orang lain.

Tak terasa waktu begitu cepat. Sinar matahari yang awalnya menyinari ruang kerja Rosmalina kini semakin gelap. Sudah pukul 5 sore lebih, semua karyawannya telah pulang. Masih ada 3 lagi revisian yang dari siang belum selesai karena ada ketidakberesan yang terjadi.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Karena rosmalina sedang fokus, ia tidak membukakan pintu itu agar terbuka. Karena yang berada di balik pintu mungkin lelah, akhirnya terpaksa membukanya sendiri.

Klekkkk

Pemuda itu masih berdiri dan bersandar pada pintu dan menutupnya kembali. Pemuda itu mendekat dan duduk pada kursi yang berada pada meja kerja Rosmalina. Memandangi seseorang yang masih fokus pada layar komputernya dan tidak tahu ada lawan jenis di hadapannya. Mau tidak mau, pemuda itu menyapa duluan dan memulai obrolan.

"ehemmmm" pemuda itu berdeham.

Rosmalina menoleh ke arah sumber suara dan bukannya terkejut ia malah terlihat biasa saja.

" eh elu di, kapan lu masuknya kok udah duduk aja ".  jawab Rosmalina yang hanya melihat sekelibat dan melanjutkan pekerjaannya.

POV Rosmalina.

Dia adalah Diego Riyadi, teman kuliahku dulu. Dia biasanya memanggilku dengan sebutan lina, dan aku memanggilnya dengan sebutan Didi. Sudah menjadi kebiasaannya menjemputku pulang kantor dan mengantarkanku pulang. Sudah ku larang tapi dia tetap kekeh dan teguh pada pendiriannya. Aku tau dia menaruh hati padaku. Dia pernah menyatakan perasaannya di bangku kuliah, tapi saat itu tidak aku terima karena aku sama sekali tidak mempunyai perasaan lebih padanya. Sekedar perasaan berteman saja. Di bangku kuliah dulu, diego adalah incaran para remaja cantik disana. Mempunyai paras yang tampan dan lembut, diego dikenal sebutan sebagai Sweet Man. Dia adalah temanku yang paling baik diantara lainnya. Dia juga masih berusaha untuk mengambil hatiku. Aku memang jual mahal banget anaknya hehehe.

POV end.

" fokus banget ya lin, sampai ga tau kalau ada tamu disini "

" jam berapa sih ini kok udah gelap banget? ".  tanya Rosmalina.

" Jam 6 lina, mangkanya gue samperin"

cinta dan air mataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang