Suara nafas tersengal itu sengaja ditahan dengan bekapan tangan yang gemetar menahan rasa takut. Di sebuah gang sempit, Lalisa meringkuk menyembunyikan diri di samping tong sampah besar, berusaha mati-matian menahan nafasnya agar tak seorangpun tau akan kehadiran dirinya di sana.
Tak lama berselang, suara derap langkah kaki terdengar berlari melewati gang sempit itu diiringi oleh beberapa umpatan dari segerombol laki-laki yang terlihat kesal.
Lalisa menutup mata lega saat suaranya kian menjauh. Akhirnya ia bisa bebas dari kejaran segerombol preman yang hampir melecehkan dirinya setelah berlari selama kurang lebih lima menit lamanya.
Lisa tak tahu jam berapa sekarang, tapi jika di lihat dari gelapnya malam dan suasana desa yang amat sepi dan sunyi, bisa dipastikan ini sudah menginjak lewat dari tengah malam. Lisa mengusap lengan atasnya merasakan dingin. Gadis itu tak tahu harus kemana lagi setelah ini.
Dalam kurun waktu setahun dunianya hancur begitu saja. Kedua orang tua angkatnya meninggal dalam kecelakaan mobil, Lisa dikeluarkan secara tiba-tiba dari universitas tempatnya berkuliah padahal sebentar lagi Lisa sudah akan sampai di tahap akhir dari sidang. Teman-temannya hilang entah kemana, mereka berlagak seakan tak pernah mengenal Lisa, bahkan beberapa ada yang memblokir nomornya. Lebih parah, tunangannya mengakhiri hubungan mereka dan mencampakkan Lisa begitu saja disaat mereka sudah menjalin kasih selama lima tahun lamanya.
Lisa kelimpungan kesana kemari mencari kerja karena ia di depak tanpa rasa iba oleh sang paman dan bibi yang haus harta, namun tak satupun tempat mau menerimanya. Lisa di fitnah, wajahnya sudah tersebar seantero kota bahwa ia dituduh menjadi dalang di balik kematian kedua orang tua angkatnya.
Lisa pergi sembunyi-sembunyi dari kota menuju ke desa tempat dimana dulu ia dibuang oleh sang ibu kandung. Namun hatinya semakin hancur saat mengetahui panti asuhan tempatnya dulu dirawat sudah hancur tak menyisakan sedikitpun sisa bangunan. Lisa tak tahu apa saja yang sudah terjadi selama setahun ini dan kemana mereka semua pergi.
Kini Lisa tak memiliki apapun lagi, ia bahkan telah menghabiskan seluruh uangnya untuk membayar perjalanannya menuju desa ini. Kondisi Lisa sangat menyedihkan dengan pakaian yang lusuh dan kotor. Perutnya kelaparan dan kini ia sangat ketakutan.
Dalam keterpurukannya, Lisa terkejut saat tiba-tiba saja sebuah roti terulur tepat di depan wajahnya. Lisa refleks segera mendongak dan mendapati seorang pria berjas gelap tengah berdiri menjulang di hadapannya dengan tangan yang mengulurkan sebuah roti kearahnya.
Bukannya senang, Lalisa justru semakin meringkuk mundur dan menempelkan diri pada dinding dingin di belakangnya. Jantungnya kembali berdegup dengan kencang karena ia tak yakin bahwa ia bisa melarikan diri untuk yang kedua kali.
"Terima saja, ku pikir kau sedang kelaparan"
Suara si pria terdengar sangat dalam dan dingin meskipun makna kalimatnya cukup ramah.
Pria itu benar, Lisa memang sangat kelaparan.
Lisa menatap roti dan wajah si pria yang tak terlihat jelas karena membelakangi lampu jalan bergantian dengan ragu. Ia takut bahwa pria di hadapannya tak jauh berbeda dari para preman yang ingin melecehkannya tadi.
Tanpa di duga, sang pria kini berjongkok tepat di hadapan Lisa dan Lisa pada akhirnya bisa melihat wajah sang pria dengan jelas.
Matanya tajam, rahangnya tegas. Wajahnya sangat rupawan. Terbiasa hidup mewah selama dua belas tahun, Lisa bisa memastikan bahwa pria di hadapannya ini bukanlah orang dari kalangan menengah kebawah.
Si pria kembali menyodorkan roti semakin dekat.
"Tenang saja, aku tak akan berniat jahat kepadamu"
Tanpa aba-aba, si pria membuka bungkus roti itu dan memakan ujungnya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WIFE (LALISA HAREM) END
FanfictionLisa hanyalah seorang gadis yatim piatu yang diangkat anak oleh sepasang suami istri kaya raya di umur sepuluh tahun. Semenjak itu, hidup Lisa berubah drastis. Lalisa hidup penuh kemewahan dan semua gadis ingin menjadi Lisa. Tapi sayang, kebahagiaan...