"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Lay saat tak sengaja melewati dapur dan bertemu Lisa yang sedang memotong sesuatu.
Lisa kaget dan menoleh ke belakang lalu tersenyum kecil, "Bukan apa-apa, hanya sedang memotong buah untuk sehun"
Alis Lay terangkat naik, "Kalian sudah berbaikan?" tanya pria itu tertarik dan kini tengah membuka mesin pendingin untuk mencari air untuk diminum.
Lisa menggeleng dengan senyuman kecut, "Justru karna dia tidak ingin aku berlama-lama ada disana jadi dia memintaku segera pergi untuk memotong buah apel untuknya"
Lay yang sudah menyelesaikan kegiatan minumnya mengangguk dan menunduk untuk beberapa saat.
"Aku minta maaf karena telah membuat keadaannya rumit seperti ini" ucap Lay menyesal dengan bersungguh-sungguh.
Lisa tersenyum dan menggeleng, "Itu memang murni kesalahanku, harusnya aku tidak mengiyakan ajakanmu saat itu"
Lisa berpikir sepertinya Lay masih mengira bahwa kemarahan Sehun kepadanya hanya karena disebabkan momen berdansa bersama hari itu. Sepertinya Sehun tidak menceritakan apapun kepada Lay tentang mengapa pria itu terlihat sangat sinis kepada Lisa meskipun memang dari awal kedatangannya di mansion Sehun sudah bersikap seperti itu.
"Tapi tetap saja aku yang memulai untuk mengajakmu berdansa. Aku paham posisimu, kau pasti tak enak hati jika harus menolak permintaanku saat itu"
Lay masih kekeuh menyalahkan diri atas hubungan yang kini tercipta antara Lisa dan Sehun sedangkan Lisa hanya bisa menyangkal masih dengan senyumannya. Gadis itu masih tetap mengerjakan tugasnya memotong apel sembari menoleh pada Lay dan tersenyum.
"Tidak apa-apa, aku juga–Akh!"
Lisa secara refleks menjatuhkan pisaunya dan mengangkat jari telunjuk kirinya yang kini tengah mengeluarkan darah.
Lisa terkejut atas keteledorannya, namun yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah pada reaksi Lay yang dalam hitungan detik langsung menjauhkan pisau dan piring berisi buah dari sisi Lisa hingga potongan buah yang baru saja Lisa potong tersebut berhamburan begitu saja ke lantai dan dengan cepat menarik telunjuk Lisa untuk diperhatikan dengan sangat seksama.
"Apakah lukanya sangat dalam? Apa kau merasa sangat sakit? Perlu kupanggilkan dokter?" ucap Lay yang menurut Lisa sangat berlebihan hanya untuk kasus terkena pisau.
Lisa memperhatikan raut wajah pria di depannya tanpa bisa berkata-kata. Lay sungguh terlihat sangat khawatir dengan kondisi jarinya yang hanya mengeluarkan sedikit darah.
Karena Lay terus memandang wajahnya penuh khawatir, Lisa hanya bisa tertawa kering untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, "Aku sungguh baik-baik–"
Belum sempat Lisa menyelesaikan kata-katanya, Lay dengan segera memasukkan jari yang berhiaskan aliran darah tersebut ke dalam mulutnya untuk dihisap tepat setelah kata baik-baik saja keluar dari belah bibir Lisa.
Ah, apa-apaan ini?
Mengapa Lisa bisa terpesona hanya dengan perlakuan seperti ini? Apakah ini karena Lisa bisa melihat dengan jelas kecemasan yang menyelimuti pandangan Lay atau apa karena dia merasa senang mengetahui ada yang khawatir kepada dirinya?
Yang benar saja. Bahkan ketika Lisa tahu semua hanya kepura-puraan belaka?
Bagaimanapun sikap Lay sangat berlebihan. Pria itu sampai berlari menghampirinya, menyingkirkan benda yang melukainya dengan cepat, bertanya kondisi Lisa panik seakan Lisa bisa saja mati hanya karena jarinya terkena pisau, dan kini melakukan apapun untuk membuat rasa sakitnya berkurang bahkan tanpa rasa jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WIFE (LALISA HAREM) END
FanficLisa hanyalah seorang gadis yatim piatu yang diangkat anak oleh sepasang suami istri kaya raya di umur sepuluh tahun. Semenjak itu, hidup Lisa berubah drastis. Lalisa hidup penuh kemewahan dan semua gadis ingin menjadi Lisa. Tapi sayang, kebahagiaan...