ADAMA

5 1 0
                                    

Adama atau sering dipanggil Adam. Cowok tampan namun penyandang tunanetra.

Hal pertama yang dia dengar setelah beberapa tahun terakhir menunggu kepastian tentang kesembuhan matanya adalah suara cempreng seorang gadis yang sering berteriak padanya.

Adam menolak untuk kembali kerumah, selain hanya dianggap sebagai hama. Adam juga selalu mendengar pertengkaran kedua orangtuanya, itulah kenapa Adam memilih untuk tinggal dirumah sakit.

Lagipula beban biaya juga berada di tangan orangtuanya, Adam tidak masalah sama sekali dengan ucapan-ucapan kasar mereka terhadap dirinya.

Jika mereka tak menghentikan biaya rumah sakit, itu sudah cukup untuk Adam.

"Kak Dama! Tau gak kata kakak perawat aku udah boleh pulang besok!" Suara cempreng itu datang dari seorang gadis berpakaian biru muda khas pasien rumah sakit. Ada sesuatu yang menarik perhatian orang-orang disepanjang lorong gadis itu lewati tadi, yaitu rambutnya.

Dimana rambutnya? Gadis itu pasti menjawab.

"Om dokter bilang, rambut Aku harus Dipotong biar cepet sembuh!"

Keiza Almarin, atau sering disapa Alma. Gadis yang berusia 11 tahun yang sedang berjuang untuk hidup, walaupun kemungkinan hidupnya kecil. Alma tak berkecil hati, gadis itu tetap ceria walau wajahnya sepucat kertas.

"Gak usah teriak. Kakak denger kalo pun kamu mau ngomong dalam hati sekalipun." Ucap Adam malas.

Adam memang paling tak suka saat Alma mulai berteriak, suara gadis itu benar-benar merusak gendang telinga Adam yang memiliki pendengaran tajam.

Tapi walaupun begitu, selain menjadi penganggu dengan suaranya. Alma juga menjadi teman bagi Adam, bisa di bilang. Alma adalah teman pertama Adam dirumah sakit ini.

"Hehe maaf kak, soalnya Alma seneng banget!" Tanpa sadar Alma kembali berteriak diakhir kalimat. Kali ini Adam hanya mendengus, dia berusaha keras tak terganggu saat mendengarkan teriakkan cempreng gadis itu.

Biar gak ngerusak Susana hati Alma.

"Jadi?" Tanya Adam dengan alis terangkat satu, apalagi pendengaran nya yang tajam. Adam dapat dengan tepat menghadap kearah Alma berdiri.

Tak ada jawaban, Alma hanya diam dengan senyum bahagia di wajah cantik namun pucat miliknya.

Alis Adam mengeryit saat kesunyian datang. Kenapa Alma hanya diam? Bukankah dia bertanya.

"Alma? Kenapa gak jawab pertanyaan kakak?" Tanya Adam lagi.

Alis Alma ikut mengeryit, eh bukan kah dia udah bilang didalam hati? Kenapa kak Adam masih tanya.

"Alma udah jawab kak, masa gak denger." Ucap Alma.

"Iya kamu kan emang udah ngomong tadi, tapi kakak gak denger. Terus Kakak tanya lagi, tapi kamu gak jawab." Dengan sabar Adam memberitahu.

Adam sebenarnya bukan manusia dengan kesabaran tingkat tinggi, Adam ini termasuk harus mendengar jawaban dengan cepat, alias gak sabaran.

Adam juga gampang marah, apalagi menyangkut orangtuanya.

"Loh, Alma kan udah jawab lagi kak!" Seru Alma tak ingin kalah.

Adam menghela nafas untuk menambah stok kesabaran. Jangan sampai dia membentak Alma seperti dulu saat pertama kali mereka bertemu.

"Kapan?" Tanya Adam.

Tapi dengan polos Alma menjawab.
"Dalam hati."

Adam menghela nafas, entah kenapa hanya dengan Alma. Adam menjadi mahluk paling sabar didunia, saking sabarnya. Adam hanya perlu menghela nafas untuk menambah stok kesabaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang