Misteri Mika | Satu

16 1 0
                                    

Begitu enggan mataku terbuka menyongsong pagi hari dimana bulir-bulir cahaya sinar matahari mulai mengintip dari balik jendela kamar, ku lirik sesaat jam dinding masih menunjukkan pukul enam pagi.

Hai... adelweis

Pagi ini kamu ada di selipan jari jemari ku, memandang mu seolah olah ingin membuat aku memberontak. Kamu seperti penampakan misteri terbungkus keindahan kelopak bunga abadi yang tidak pernah layu.

Ku abaikan sejenak tangkai mu disisi ku dan aku lebih butuh melayani kembali rasa kantuk di mataku, niat ku memilih gentayangan di dunia mimpi melupakan sejenak benang kusut di pikiranku.

Tok...tok

Ketukan pintu mengusik kembali tidur ku,  terdengar dari balik pintu suara bibi Ina membangun kan diriku dan Lexi yang tertidur lelap di tepi ranjang untuk segera turun sarapan.

"Non Mika bangun, Daddy sudah menunggu di bawah untuk sarapan" sahut bi Ina memangil dari balik pintu

"Ah... Daddy kapan dia pulang..???" guman ku mengerutkan kening, ku terjal selimut hangat ku menunda sesaat mimpi ku untuk menyapa Daddy.

Sebenarnya ini hal yang biasa terjadi, jika tiba tiba saja Reza ayah dari Mika sudah kembali berada kerumah, tanpa kabar berita kapan Reza akan pulang dan pergi semaunya di tengah kesibukannya sebagai pengusaha sukses hampir lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kota.

"Iya bi Ina, sebentar saya turun" jawab ku kepada bi Ina yang telah lama mengabdi bekerja dirumah ini sedari saya masih dalam kandungan ibu. Dia sudah aku anggap sebagai ibu kedua yang selalu memberikan kasih sayang dan melengkapi setiap hal yang tidak bisa di berikan oleh ibu kandung ku sendiri di kala ibu sibuk bergelut dalam bisnis nya.

Tetapi kini tiga bulan sudah terlewati, Mia ibu dari Mika menghilang tiada kabar, segala cara sudah di tempuh untuk mencari jejak jejak keberadaan Mia sampai hari ini belum juga mendapat kan titik terang.

Petunjuk di jejak digital dan sosial media Mia semua meredup tidak pernah lagi eksis di dunia maya, seperti tengelam dalam tenang nya arus laut, tidak terdata satu transaksi pun yang dilakukan sejak tiga bulan terakhir.

Tidak ada satu pesan tertinggal mencurigakan yang tersirat atau pun gelagat hal hal aneh lainnya yang tertuju sebab dari hilang nya Mia.

Sesak menahan seisi asa kerinduan memuncak yang belum juga tercurahkan, ku buka tirai jendela ku terbentang jelas kebun teh nan luas dengan aroma segar menyisir ruang tidur ku.

Terkenang di tiga bulan terakhir yang lalu dimana ibu selalu ada di depan jendela memetik pucuk daun teh bersama pekerja yang lainnya, kini aku hanya mampu membalut diri dalam kenangan membiarkan sinar matahari menjilati wajahku yang kusut.

Lima tahun yang lalu ke dua orang tua ku memilih menetap tinggal tengah tengah kebun teh ini, jauh dari kehidupan kota metropolitan yang penuh hinggar binggar kehidupan siang dan malam yang seakan tidak pernah sepi. 

Tetapi kehangatan dulu berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Meskipun banyak nya pelayan dirumah ini yang sigap dengan segala tugas mereka aku masih mengecapi rasa di ujung sepi.

"Lexi ayo turun" ucap ku kepada kucing kesayangan ibu yang sedari tadi tidak beranjak dari kasur sibuk menjilati tubuh mengroming seluruh badannya. Semenjak ibu belum kembali ke rumah, Lexi selalu ada mengikuti kemana aku berjalan.

Setelah memberikan makanan dry food ke dalam mangkuk makan Lexi bergegas Mika menghampiri Reza, pria separuh baya yang sudah rapi mengenakan kostum formal. Kopi pahit hitam hangat serta roti gandum bakar selalu menjadi menu rutin sarapan Reza.

Misteri Mika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang