Misteri Mika | Tiga

3 1 0
                                    


Bergulir nya hari menuju senja dimana jingga merambat menyisir menghiasi langit merona kemerahan, kabut mulai berlalu lalang membutakan semesta bukit nan hijau berarak menuju ambang kegelapan. Berujung mengutuk diri tidak mendapatkan satu petunjuk menjawab teka-teki yang semakin silang melintang seperti benang kusut.

Mika berdiri sayu memandangi bukit yang telah berhias dengan permadani malam, tiupan angin melambaikan helaian rambut yang terurai bebas. Di kala bulan purnama mulai terlukis sempurna dengan segala keindahan mistisnya, terbentang megah melengkapi langit berhias remang remang sinar rembulan.

Bisikan hembusan angin meracuni jiwa Mika untuk lebih dekat menyatu dengan syahdu nya malam. Bergegas menarik langkah meninggalkan ruangan melintasi lorong lorong pabrik yang begitu hening.

"Malam nona Mika" sapa Rima secara tidak sengaja berpapasan dengan Mika, tetapi bibir Mika terkunci begitu saja melengos pergi dan tidak menggubris sahutan Rima.

"Manusia aneh...tiba malam hari menjadi zombie" seru Rima menggerutu dengan suara berbisik hanya dia yang dapat mendengar kan sendiri celotehan nya.

Tiba di pintu besar, udara dingin mulai menampar tubuh tanpa segan menusuk tulang. "Selamat malam non Mika...mari saya hantar pulang" sambut Danu, supir pribadi Mika sembari membukakan pintu mobil mempersilahkan Mika untuk masuk ke mobil.

"Saya ingin jalan saja, silahkan kamu pulang" jawab Mika

"Tolong jangan pulang sendiri non Mika, diluar sangat gelap dan dingin sekali" ucap Danu di rudung kecemasan.

"Danu....bisa tidak kamu jangan berisik, lakukan saja yang saya katakan" perintah Mika dengan ketus

"Maaf non...tapi itu bahaya membiarkan non Mika berjalan sendiri"

"Danu........." Mika bersuara dengan lantang.

Danu Sedaya upaya bersikukuh merayu Mika untuk menghantarkan Mika kembali pulang ke rumah bersama nya, "non Mika jangan marah, pak bos amanat kan saya menjaga nona. Bagaimana kalau seandainya pak bos tau kalau saya membiarkan non Mika berjalan sendiri melewati bukit di malam hari"

Mika membelalakkan ke dua mata nya menatap geram ke arah Danu,
"saya....malam ini tidak ingin mendengar keluh kesah kamu, jadi silahkan pergi" ujar Mika dengan okta suara mulai mereda.

"Baik nona, kalau begitu silahkan non Mika gerak terlebih dahulu, saya tetap menunggu disini mohon hubungi saya jika ada sesuatu yang mengganggu nona di jalan" sambung Danu berucap pasrah mengikuti perintah Mika.

Mika membalikkan badannya usai bersitegang dengan Danu, setapak demi setapak menerjang kegelapan menuruni bukit, bergema terdengar nyanyian riuh suara jangkrik bersautan membelah kesunyian. Kekosongan hati telah selaras menyatu berbias kan bayangan gelapnya malam.

Di pertengahan jalan lamunan Mika tertahan di kala di depannya terlihat sosok seorang pemuda yang berjalan seorang diri dengan mengendong tas ransel di bahunya.

Mika memperlambat derap langkah kaki nya hanya terfokus kepada seorang pria yang melenggang santai. Dalam hitungan menit pemuda tersebut menyadari kehadiran Mika yang mengusik dirinya menikmati bulir bulir simponi keheningan malam.

Sesaat kemudian pemuda itu berhenti dan membalikkan badannya hingga membeku berhadapan dengan Mika yang berdiri hanya berjarak dua meter di depannya. Dua pasang mata yang beradu sejenak berdiam diri seperti hanyut terpesona dengan makhluk ciptaan Tuhan.

Remang remang pancaran cahaya sinar rembulan di atas cerminan langit cerah masih mampu menampakkan dua sejoli yang di pertemukan mengundang percikan kekaguman.

"Kamu manusia....???" tanya Derick

"Menurut kamu....!!!" jawab Mika

Derick tertawa kecil terlukis simpulan senyum manis merekah di bibirnya "aneh saja, malam malam seperti ini seorang gadis berjalan seorang diri melanglang di tengah bukit"

Misteri Mika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang