Misteri Mika | Empat

5 1 0
                                    

Dentingan alunan musik piano berkumandang mengayunkan music "For Elise" bergema di seisi rumah, nuts irama melodi yang bermain lambat mampu mengajak seluruh makhluk hidup penghuni rumah membangun kan perasaan bergidik ketakutan.

Lolongan anjing kembali meraung raung seakan ikut bernyanyi menambah kesan keseraman mengepung sekeliling rumah. Reza terhanyut dalam gelisah, suara piano tersebut telah mengusik membangkitkan memori mengguncang lara memulas kerinduan semakin menganga kepada Mia yang tidak bisa di peluk.

Reza sejenak menangguhkan diskusi nya dengan Widi di tengah menyusun program agenda hari esok.

"Tunggu sebentar" pesan Reza kepada Widi dan membuka langkah mencari siapa yang memainkan piano tersebut.

Reza terkesima dengan kepiawaian Mika menekan nuts nuts piano, jari jemari Mika yang lentik begitu lihai memainkan setiap not.

Mika....

"Ini sudah lewat tengah malam, besok mungkin kamu bisa lanjutkan lagi" seru Reza.

Mira sekedar mengulas senyum tipis kepada Reza, jari nya semakin leluasa bergerak semakin cepat memainkan nuts sehingga musik for Elise terdengar tone dan bunyi nada ber ayun lebih cepat hingga terkesan suatu pesan kemarahan.

Mika stop....

Mika.....

Kamu dengar tidak Mika...., hentikan Mika....

Cukup.....

Tetapi Mika tidak mengindahkan seruan Reza, Mika semakin larut dalam irama, senyum sinis mulai bergaris di bibir.
Serta merta kepala nya sesaat mendongkak ke atas meresapi nada nada yang bergeming.

"Mika... sudah cukup" ucap Reza sembari menahan tangan Mika.

Mika menghentikan jarinya memainkan piano, sorotan mata nya menjelma tajam tidak berkedip ke arah Reza.

"Kamu sudah pulang papi...!!!" ucap Mika menyergah.

Reza menyergit kening, spontan mundur satu langkah ke belakang. Sejenak tidak bergeming selepas mendengar tuturan kalimat pelik dari Mika, hanya Mia, istrinya yang menyebut dirinya dengan panggilan "Papi" sementara Mika memanggil dirinya dengan sebutan "Daddy"

Mia......lirih jeritan hati Reza memanggil.

Reza mengontrol diri, bersikukuh tidak terjebak dalam ilusi.

"Oh...sit, aku mengigau ini cuma mimpi" umpat Reza menghardik kewarasan nya.

Samar samar masih berdenging halus lolongan anjing yang panjang berantai mencekam seperti ingin mengusir suatu kutukan.

"Mika...., kamu itu sudah capek. Masuk lah ke kamar kamu istirahat" rayu Reza.

"Ok...., selamat malam papi" jawab Mika begitu datar serta beranjak meninggalkan Reza menuju anak tangga.

Biji mata Reza tidak lepas memperhatikan sikap Mika yang aneh seperti bukan dirinya, gemercik kecemasan mulai melanda di sanubari.

"Setitik harmoni surga kecil dirumah ini mulai berguguran semenjak kamu pergi meninggalkan rumah ini Mia, aku salah begitu banyak waktu yang terbuang hingga mengabaikan kamu disini. Ya... begitu besar ego ku" keluh kesah Reza mengutuk diri.

Usai menghela nafas panjang Reza kembali menyambangi Widi berniat untuk menyelesaikan rapat mereka yang terhenti.

"Bik tolong buatkan roti kukus, dan hantar ke kamar saya" pesan Mika kepada Ina begitu terserempak di ujung tangga.

Seketika jantung Ina seperti di remas paksa, hawa panas dingin malam ini yang terendus horor semakin menambah rasa bergidik setelah Mika memesankan roti kukus. Selama ini hanya Mia yang gemar dengan roti kukus, Mika sama sekali tidak menyukai makanan ini.

Misteri Mika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang