06. Hello World : Imagine

283 32 0
                                    


Ini sudah cukup lama mereka hidup bersembilan tanpa Luda. Seharusnya sudah bisa hidup normal kembali dan bisa melakukan semua hal seperti biasa, namun sayangnya semua itu tidak semudah apa yang Bona pikir.

Justru keadaannya sangat jauh berbanding tebalik dari apa yang dia harapkan.

Ternyata setelah kejadian itu membawa dampak yang sangat besar bagi yang lain, terlebih pada Eunseo dan Yeoreum.

Si periang Eunseo yang selalu menyebarkan kebahagiaan-kebahagiaannya kepada yang lain, sekarang berubah menjadi orang yang sangat tertutup dan lebih pendiam. Eunseo kerap sekali terlihat menyendiri atau merenung seorang diri dibalkon saat tengah malam yang sunyi.

Sedangkan Yeoreum harus rutin pergi ke psikiater untuk berkonsultasi tentang keadaan mentalnya yang terbilang down cukup parah. Aksi-aksi gila kerap sekali dilakukan oleh lelaki itu dengan dalih ingin pergi menyusul sang kakak.

Seperti sekarang ini, lagi-lagi Yeoreum berusaha melukai dirinya sendiri, tapi untung saja aksi gila tersebut langsung ketahuan oleh Seola yang langsung memberikan obat penenang beberapa butir sambil menahan tubuh Yeoreum sampai lelaki itu terlelap karena pengaruh obat.

"Bin, tolong jagain Yeoreum." Ujar Seola setelah membaringkan Yeoreum ke kasur.

"Iya kak."

Sebelum benar-benar keluar dari kamar Yeoreum, Seola menoleh kebelakang dengan sorot mata sendu menatap Yeoreum yang terbaring dengan ditemani oleh Soobin yang duduk ditepian kasur. Untuk kesekian kalinya hatinya dibuat sakit, meski sudah terbiasa dengan keadaan yang baru saja terjadi, namun rasanya tetap saja menakutkan.

Bersama senyum getir penuh luka yang disembunyikan dari balik kepalanya yang tertunduk lesu, Seola keluar dari kamar Yeoreum. Didepan pintu yang baru saja tertutup, Seola berdiam diri bersama helaan nafas berat, sesekali juga menaikan kepala guna menahan cairan di matanya yang tiba-tiba mendesak ingin keluar.

Seola menyeret kakinya kearah kamarnya sendiri. Alih-alih langsung masuk kedalam, Seola memilih diam didepan pintu sambil tangannya sibuk mencari nomor untuk dihubungi, dan dia langsung memencet dial tanpa pikir panjang setelah menemukan nomor yang dia butuhkan.

"Halo, lagi dimana? Sibuk nggak?"

"Oh, Seola. Gue lagi nggak sibuk, kebetulan lagi santai aja dirumah. Ada apa?"

"Bisa ketemuan nggak?"

"Bisa. Mau ketemuan dimana?"

"Cosmic, dipondok gue sama Bona. Gue pergi kesana sekarang."

"Ok. Gue juga langsung kesana."


=====


Bona mengetuk pintu kamar Yeoreum pelan, lalu membuka dan mengintip sedikit. Saat matanya bergerak menelisik pada kamar yang cukup bertakan, dia menemukan Soobin yang sedang berjongkok sembari memunguti barang-barang.

Bona masuk dan menghampiri Soobin, dia ikut berjongkok dan membantu Soobin menata kamar sang adik.

Merasakan ada pergerakan lain disisinya, Soobin lantas menoleh dan menghela nafas berat.

Mata keduanya saling beradu dan mengunci dalam beberapa detik, lalu kembali sibuk menata barang untuk diletakan ditempatnya.

"Lagi Bin?"

Soobin mengangguk kecil. "Untungnya kak Seola langsung kasih obat penenang buat Yeoreum. Dan sekarang Yeoreum tidur karena pengaruh obat."

Setelah penjelasan Soobin mengenai keadaan yang sang adik, suasana hening menyela diantara keduanya yang memilih untuk diam.

"Kak Bona."

"Ya?"

"Nggak papa kak. Nggak jadi." Soobin langsung berpaling, berusaha menghindari tatapan Bona. Dia lantas berdiri dan memutar tubuhnya memunggungi Bona.

"Park Soobin."

Panggilan lembut dari Bona tidak mendapat respon apapun dari Soobin yang memilih tetap diam ditempat. Membuat Bona mendekat, lalu memutar tubuh Soobin agar bisa berhadapan dengannya dan meraih kedua tangan Soobin untuk digenggam.

"Coba lo liat gue." Pinta Bona lembut, dan lagi-lagi Soobin tidak merespon juga bersikukuh untuk mengabaikan Bona.

Bona memejamkan matanya sejenak bersama helaan nafas cukup panjang.

"Pasti kita bisa laluin semua ini sama-sama. Lo percaya kan, Bin?"

Dengan memberanikan diri, Soobin mengangkat kepalanya bersama mata sayu yang menatap mata teduh Bona yang tersenyum tipis. Soobin sangat tahu, seperti biasa Bona akan selalu menyakinkannya dengan kemungkinan-kemungkinann yang ada.

"Tapi mau sampai kapan, kak?" tanya Soobin, tanpa sadar suaranya bergetar bersama kedua matanya yang sudah berkaca-kaca dan memanas.

Bona terdiam, untuk pertanyaan kali ini dia mengakui tidak bisa menjawabnya. Dia juga tidak tahu kapan semua ini akan berakhir, yang dia tau jika terus mengandalkan kesabaran tidak akan menyelesaikan semuanya.

Karena Bona dari awal sudah sangat ragu dan tidak yakin akan kesabaran yang selama ini mereka andalkan akan berpihak dan membawakan hasil.

Padahal mereka sudah lama bersabar sampai detik ini, tapi pada kenyataannya keadaan yang mereka lalui justru semakin rumit dan membuat mereka tersiksa.


=====


Exy mengurungkan niatnya untuk naik kelantai dua saat matanya menangkap sosok Eunseo masuk kedalam rumah dengan lesu. Dia pun memilih menghampiri Eunseo yang sudah duduk dengan tangan terlentang disofa bersama mata terpejam.

"Katanya mau ambil barang-barang Luda di lab. Nggak jadi?" tanya Exy bersama kerutan didahi dan salah satu alis terangkat.

"Gue udah kesana. Baru aja balik."

"Terus kemana barang-barangnya? Nggak lo jual kan?" selidik Exy bercanda.

Dapat dilihat Eunseo mendengus sebagai respon. "Sembarangan. Barangnya masih dimobil, gue males ngelurarin karena udah keburu pengin rebahan."

Eunseo membuka matanya dan menegakan tubuh. Kepalanya terangkat dan menoleh pada Exy yang berdiri di sampingnya dengan wajah bingung seolah-olah menanyainya apa.

"Kak Exy, lo pernah kepikiran nggak sih kalo sebenernya kecelakaan yang terjadi sama kak Luda itu emang udah direncanain, dan lebih parahnya lagi yang rencanain itu semua ternyata orang terdekat dan orang yang selama ini kita percaya. Kebayang nggak sih kak?"

Exy mengerjapkan matanya cepat. Tiba-tiba saja otaknya menjadi sulit untuk mencerna ucapan Eunseo barusan.

"Hah? Maksud lo apa?"




To Be Continue
Hello World

Hello WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang