07 Lust

45 16 20
                                    

    Malam hampir tiba saat aku sedang menuju di dalam rumah. Pikiranku seketika kacau setelah apa yang terjadi. Setelah menerima kabar gantung diri-nya Cassiopia, esok harinya aku mendapati lagi kabar kematian dari ibunya teman baikku, dan juga teman baikku yang lainnya, Kaito. Leon bilang jika ibunya Cina dibunuh dengan cara diracun, lalu bagaimana dengan Kaito? Apakah pelakunya sama? Gadis berkuncir dan berkacamata? Apakah dia adalah Asnia? Sial! Kenapa ini semua jadi seperti ini!?

    “Hm?” Aku melihat sebuah plastik putih menggantung di gagang pintu rumahku. Aku-pun membuka isinya dan mendapati, kotak berisi donat, juga sebuah flashdisk bewarna biru, dan sebuah surat.

    Aku-pun membaca surat itu.

    Dear Paris,

    Aku akan datang ke rumahmu malam ini, untuk saat-saat terakhir yang mungkin sudah kita tunggu. Aku juga mengirimimu flashdisk yang di dalamnya terdapat foto-foto dan video yang mungkin bisa kau lihat sembari menungguku. Ah, aku juga membuatkanmu donat, kuharap kau sudah memakannya ketika aku tiba disana, karena jika tidak, aku bisa saja marah loh.

    Dari gadis yang menganggapmu orang berharganya,

    Danti

Jadi dia akhirnyatahu kalau makanan kesukaanku adalah donat. Gadis ini… dia selalu bisa membuatku tersenyum. Dan sepertinya dia juga masih belum tahu tentang kabar menyedihkan Cassiopia, ibunya Cina, dan juga Kaito. Tapi aku tidak berpikir untuk memberitahunya, lebih baik dia tidak tahu, agar dia bisa pergi dari kota ini dengan tenang. Sialan, kenapa tiba-tiba aku menjadi sedih.

    “Yosh.” Aku tidak boleh mengecewakan Danti.

    Setelah masuk, aku-pun bergegas untuk mandi. Dan setelah selesai, aku membawa plastik pemberian Danti ke ruang tamu, lalu mulai menyambungkan flashdisk yang dikirimnya ke tv.

    Apa yang pertama tampil dari flashdisk itu adalah foto-foto Danti sendiri. Aku selalu terpana di setiap fotonya hingga tidak sadar sudah hampir menghabiskan separuh dari donat yang dia buatkan, yang rencana awalnya ingin kugunakan untuk makan berdua dengannya. Kemudian foto-foto itu beralih ke sebuah video. Aku tidak tahu apa isinya, tapi entah kenapa video itu membuat jantungku berdegup kencang, padahal aku masih belum membuka isinya. Dan kemudian, aku-pun memutar video itu.

    Video itu menampilkan langit yang cerah, dan diambil dari sebuah atap bangunan yang entah kenapa mirip sekali dengan atap di sekolahku. Lalu kameranya beralih ke bawah dan menunjukkan seorang murid yang sangat kukenal, Cina!

    “Apa yang tadi kau ucapkan?” Cina terlihat seperti berbicara dengan orang yang memvideo. “Kau bercanda kan, Asnia?” Eh? Apa aku mendengar Cina menyebut nama Asnia? Apakah itu berarti… orang yang memvideo ini adalah Asnia?

    “Sudah kubilang kan.” Suara seorang perempuan. Apakah ini suara Asnia? Kenapa suaranya begitu mirip dengan Danti? “Aku akan menyebarkan tulisanmu ini?” Video itu kemudian menunjukkan sebuah buku yang mirip dengan yang kutemukan di kamar Cina. “Ayo kita lihat lagi,” sambung suara perempuan itu. Dia kemudian membacakan isi dari buku itu.

    Si Pemarah

    Jika menyangkut dosa amarah, mungkin Leon adalah yang paling cocok. Mukanya selalu sangar dan bicaranya keras. Dia juga terkenal dengan selalu berkelahi dengan murid dari sekolah lain, dan hal itu membuatnya menjadi yang paling ditakuti di sekolah, bahkan melebihi guru kurasa. Mungkin hukuman yang pantas dengannya adalah dimasukkan ke dalam kolam es agar dia bisa dingin sedikit, haha.

    “Ne… bukannya Leon itu yang selalu menyelamatkanmu saat murid-murid lain menjahilimu? Tidak kusangka kau akan menulis penyelamatmu sebagai salah satu pendosa.”

Asnia & Tujuh Dosa Besar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang