"Eve!"
4 gadis yang mengganggunya kemarin kini datang menghampiri meja Eve. Gadis-gadis itu berdiri begitu angkuhnya sambil mengunyah permen karet. Lalu satu dari mereka dengan lancangnya menduduki meja Eve. Didekati mereka selalu membuat Eve merasa tak aman.
"Kau sudah mengerjakan tugas kami?" tanya Shelen sambil memainkan rambut Eve, gadis itu yang paling mencolok dari mereka ber-4.
Eve mengangguk, "Y-ya aku sudah mengerjakannya"
Kebetulan tadi Eve sempat melanjutkan menyelesaikan tugas mereka. Eve mengeluarkan 4 buku dari dalam tasnya dan memberikan buku-buku itu pada gadis di depannya. Setelah menerima bukunya, mereka tak lantas pergi. Tentu saja mereka tak akan puas jika belum menjahili Eve.
Shelen, gadis itu tersenyum miring menelisik Eve dari atas hingga bawah.
"Aku mengundangmu datang ke pesta nanti malam" ucap Shelen, mengambil sebuah kertas kecil dari dalam tasnya dan memasukkannya ke kantong baju Eve.
"Datanglah!" sambung Shelen terdengar memaksa sambil menepuk bahu Eve.
Sedangkan Eve, tentu saja ia merasa aneh. Sebelumnya, tak ada yang mau mengajaknya ke pesta. Entah kenapa feeling Eve tak enak ketika Shelen yang mengajaknya. 4 perundung itu pasti telah merencanakan sesuatu untuknya.
"Maaf, aku sepertinya tak bisa datang.." tolak Eve sehalus mungkin.
Shelen mendelik tak suka, dicengrkamnya dagu Eve agar mendongak padanya.
"Aku sudah berbaik hati mengundang gadis bodoh sepertimu! Tak datang sama saja cari mati, Eve!" ancam Shelen telak.
Mata Eve bergetar takut, Eve merutuki dirinya yang tak bisa melawan. Menyadari ketakutan Eve, mereka ber-4 tersenyum remeh, gadis seperti Eve memang menyenangkan untuk diajak main-main.
Shelen menepuk-nepuk pipi Eve, tak kuat namun juga tak pelan. "Gunakan dress merah menyala karena tema pestanya adalah sexy bitch!" ucap Shelen tersenyum miring.
Shelen juga menempeklan permen karet dari mulutnya ke rambut Eve. Setelah itu, barulah mereka ber-4 pergi dengan kepuasan, meninggalkan Eve dengan segala ketakutannya. Eve melirik kesekitarnya, pada teman-teman sekelasnya yang selalu diam menontonnya ketika Shelen menganggunya.
Miris sekali.
Bertambah miris kala permen karet yang menempel di rambutnya tak mau lepas. Entah apa yang lucu, namun mereka semua menetertawakannya. Tak tahan dengan situasi berulang yang selalu menimpanya, mata Eve berkaca-kaca tanda gadis itu akan menangis. Jika menangis di depan mereka, Eve pasti akan semakin di tertawakan. Buru-buru Eve bangkit dari duduknya dan pergi keluar kelas.
Saat langkahnya menyusuri koridor, tanpa sengaja Eve berpapasan dengan Darrel yang sedang berjalan bersama Hanna. Langkah Eve yang awalnya cepat mendadak memelan. Perasaan berdebar itu kembali muncul.
Eve menyunggingkan senyum tipis untuk menyapa, namun ketika mata Darrel menatapnya dingin dengan alis mengernyit lalu kembali mengabaikannya, disitulah Eve kembali merasa sesak. Kakaknya itu berlalu begitu saja seolah semalam tak terjadi apapun di antara mereka.
Eve kira hubungan mereka menjadi lebih baik, apalagi setelah pesan singkat tadi pagi. Tapi, nyatanya pria itu masih terasa sangat dingin. Eve membalik badannya, menatap punggung lebar Darrel bersama Hanna yang perlahan menjauh.
Tangan besar Darrel terangkat naik mengelus surai panjang Hanna, lalu mengalung di pundak gadis itu. Eve juga dapat mendengar tawa samar mereka yang begitu membahagiakkan. Ya, apa yang Eve harapkan, harusnya Eve tak berharap apa-apa. Semalam Darrel mabuk! Itu berarti kejadian semalam tak berati apa-apa untuk pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY BROTHER
Romance⚠️21+🔞 HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, INI CERITA DEWASA YANG BERARTI DITUJUKAN UNTUK ORANG DEWASA! JANGAN REPORT CERITA INI! . . Ini tentang gadis naif bernama Eve yang selama 19 tahun hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Hingga akhirnya perasaan tab...