⚠️21+🔞
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, INI CERITA DEWASA YANG BERARTI DITUJUKAN UNTUK ORANG DEWASA!
JANGAN REPORT CERITA INI!
.
.
Ini tentang gadis naif bernama Eve yang selama 19 tahun hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Hingga akhirnya perasaan tab...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kegagalan bersosialisasi itu membunuh secara perlahan.
.
.
Mobil Darrel kini sudah terparkir rapi di pekarangan rumah mereka. Eve sudah keluar lebih dulu tanpa menunggu Darrel. Masih dari dalam mobil, Darrel menatap punggung putih basah itu. Ia tak suka ketika Eve bersikap tak sopan padanya!
Seketus-ketusnya Darrel pada adiknya itu, Eve tak akan pernah berani melawan. Dan sekarang, ia kesal karena merasa diabaikan.
Tiba-tiba, dering ponselnya dari dalam sakunya itu berhasil mengalihkan atensi Darrel dari punggung mulus Eve.
Panggilan masuk dari pacarnya.
Belum sempat Darrel mengeluarkan suaranya, suara Hanna sudah lebih dulu menyambut pendengaran Darrel.
"Kau di mana?"
"Rumah."
"You're kidding me?! Did you leave me?!" nada suara Hanna meninggi.
Bagaimana bisa pria itu meninggalkan pacarnya di pesta sendirian dan pulang begitu saja?! Ini pertama kalinya Darrel seperti ini, tentu saja Hanna jadi emosi!
"Aku ada urusan penting mendadak," bohong Darrel
"Apa itu lebih penting dari aku sampai kau meninggalkan aku sendirian di tengah keramaian seperti ini, Darrel?"
"Hanna, aku sedang tak ingin ribut."
Terdengar helaan nafas berat di sebrang telpon sana. "Fine!"
Selanjutnya, panggilan telpon itu diputus sepihak.
Darrel memijat keningnya yang mendadak menyut, persetanan dangan Hanna yang merajuk, Darrel tak peduli!
Keluar dari mobilnya, Darrel melangkah masuk ke lantai atas, tepat pada kamar Eve yang bersebrangan dengan kamarnya. Entah apa yang ingin Darrel pastikan hingga ia berdiri cukup lama di depan pintu kamar Eve yang tertutup itu.
Sedangkan di dalam kamar, Eve terduduk di lantai, bersender pada kaki ranjang, memeluk lutut sambil menatap kosong lantai marmer kamarnya.
Pikirannya kusut, sangat kusut! Hingga untuk pertama kalinya ia berpikir lebih baik mati saja.
Dipermalukan!
Dihina!
Direndahkan!
Dan diremehkan!
Eve terkucilkan dari keluarga, teman, dan lingkungannya.
Eve merasa sangat rendah.
Salahkah ia dilahirkan? Bahkan, Eve tak tahu kenapa dunia begitu membencinya.
