bab 1

309 15 0
                                    

Seorang gadis sedang berdiri di samping pintu masuk sebuah mall. Dia celingak celinguk mencari seseorang yang telah membuat janji temu dengannya. Sesekali dia juga terlihat mengeluarkan cermin dari tas tangan selempangnya.

"Yunita bukan?" sapa seorang pria yang terlihat lebih tua dari gadis itu.

"Iya benar."

"Hendra, maaf aku terlambat," ucap pria itu sambil mengulurkan tangan. Dengan ragu-ragu gadis bernama Yunita itu menerima jabatan tangan Hendra.

Tak seperti dugaan Yunita sebelumnya, penampilan Hendra sangat jauh berbeda dengan yang ada di foto. Orang itu terlihat jauh lebih tua dari Yunita. Seketika rasa malas menghampiri Yunita karena merasa dibohongi.

"Ayo, kita makan di dalam, aku akan traktir kamu," ajak Hendra tanpa permisi menggandeng tangan Yunita.

"Ee, aku gak bisa lama-lama, Kak, soalnya tadi ... ibu aku nitip sesuatu," ucap Yunita mencoba beralibi untuk menghindari ajakan itu.

"Oke, gak masalah, kita makan bentar, lalu aku antar kamu pulang sekalian belikan titipan ibu kamu."

"Gak perlu, Kak, aku bawa kendaraan sendiri tadi," Padahal Yunita datang ke mall dengan menggunakan ojek online. Ekspetasi Yunita yang sangat tinggi terpatahkan oleh realita sebenarnya.

'Gantengan pacar aku ke mana-mana dibanding dia. Mana udah kelihatan tua lagi. Nyesel banget gak dengerin omongannya Rosita sama Mona,' gerutu Yunita di dalam hati merutuki kebodohannya.

Hendra menghentikan langkah di sebuah restoran cepat saji. "Kita makan di sini aja gimana?"

Dengan sangat terpaksa Yunita menganggukkan kepala. Sudah tak ada alasan lagi untuk menolak ajakan Hendra. Sudah kepalang tanggung, setidaknya dia tidak rugi membeli makan sendiri.

Usai makan siang mereka, Yunita segera pamit pulang duluan. Dia juga beralasan ibunya sudah berkali-kali mengirimkan pesan menyuruhnya segera pulang.

"Oke, lain kali kita ketemu lagi bisa kan, kayaknya hari ini kita tidak bisa menikmati acara kencan kita dengan nyaman," kata Hendra.

"Nanti aku usahain ya, Kak. Kalau gitu aku balik dulu," ucap Yunita segera pergi ke arah parkiran. Sudah kepalang berbohong kalau dia membawa kendaraan sendiri. Sebelum kembali keluar, dia harus memastikan dulu kalau Hendra sudah pergi dari sekitar mall itu. Ia bersembunyi di pos satpam yang ada di parkiran mal, dan meminta tolong pada satpam yang ada untuk tidak memberi tahu siapapun orang yang mencarinya.

Di tempat lain, tepatnya di parkiran mobil, Hendra merasa kesal sendiri. Pertemuannya dengan gadis kenalannya itu tidak berjalan lancar.

"Gara-gara rental mobil sialan itu aku kehilangan momen dengan Yunita. Mana dia tidak sempat melihat mobil ini. Percuma aku buang-buang banyak uang untuk menyewanya," ucap Hendra sambil menendang ban mobil yang tak bersalah itu.

***

"Kamu sih, ngeyel banget, udah punya Putra juga masih aja mau gaet yang lain," ucap Rosita mengomentari cerita Yunita.

Sepulang dari mall, Yunita bukannya langsung pulang, tapi, mampir ke rumah sahabatnya yang bernama Rosita dan menceritakan pertemuannya dengan Hendra.

"Kamu tahu sendiri kan, Ros, kalau Putra tuh akhir-akhir ini sikapnya beda ke aku, ya jangan salahin aku dong kalau aku cari gebetan lain," balas Yunita seolah tak mau disalahkan.

"Ish, kamu nih, namanya hubungan mah wajar, lagian juga kamu sama Putra gak ada masalah apa-apa, kenapa kamunya yang cari masalah sih. Kalau Mona tahu, pasti dia bakalan marah sama kamu."

"Ya makanya jangan biang Mona, kamu kan sahabat terbaik aku, Ros, ya, jangan cerita ke dia ya," rengek Yunita memohon.

"Asal kamu gak ngulangin lagi sih, ini bakal jadi rahasia kita, tapi, kalau kamu ngulangin lagi, aku gak yakin bakal diem aja. Putra juga temen aku, apa lagi dia sepupunya Mona loh, sama aja kamu tuh khianatin persahabatan kita yang udah terjalin dari SD. Inget, kita susah seneng selalu bareng bertiga meski kita pernah beda sekolah. Toh nyatanya juga gak membuat kita putuskontak kan, tapi, sikap kamu yang kayak gini ini entar yang bikin persahabatan kita ternoda."

Menikah karena guna-guna (Magic Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang