bab 5

227 12 3
                                    

"Bagaimana hubungan kamu dengan Putra? Apa kamu ada masalah?" tanya Anggi mencoba berbicara dari hati ke hati.

"Gak ada, aku udah gak suka sama Putra, udah gak cinta lagi, aku cuma cinta sama kak Hendra dan aku mau menikah sama dia," jawab Yunita masih tetap seperti semalam.

"Yun, kamu masih terlalu kecil untuk menikah, apa lagi kamu dan Hendra baru saling kenal, terlalu cepat kalau kamu berpikir cinta sama dia, Nak," jawab Anggi sambil memijit pelipisnya.

"Ibu gak tahu yang aku rasain, kan? Aku cintanya sama kak Hendra, dan aku mau nikah sama dia, Bu. Kak Hendra juga bilang cinta sama aku, Bu. Kita saling cinta." Yunita berusaha keras meyakinkan ibunya.

"Pikirkan baik-baik, Yun, jangan menikah karena bualan pria. Harusnya kamu menikmati masa mudamu, kuliah, atau mencari kerja, bersenang-senang dengan teman-temanmu," kata Anggi sebelum meninggalkan kamar putrinya.

Anggi merasa ada yang aneh dengan sikap putrinya. Dia harus membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain. Sebagai seorang ibu, dia tidak mau putrinya mengalami kesulitan di masa yang akan datang.

"Apa kalau aku nikah sama Putra sikap ibu bakalan beda?" guman Yunita tak habis pikir dengan orang tuanya. Dia pun mengedikkan bahu, mencoba tidak peduli dengan ketidak setujuan yang tersirat dari keluarganya.

***

"Mon."

"Hm?" Mona sedang sibuk di depan layar laptop saat sepupunya menempatkan diri di sofa. Kemudian Mona menolehkan kepalanya menatap Putra yang menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruang tamu.

"Kenapa? Galau lagi?"

"Sikap Yunita kenapa berubah ya? Udah dua hari ini dia sama sekali gak pernah nyepam chat kayak biasanya."

"Ya mana aku tahu, emang kalian ada masalah sebelumnya?"

"Gak ada sih, kita baik-baik aja, malam minggu kemarin juga kita jalan," jawab Putra sambil memikirikan kejadian-kejadian beberapa hari lalu yang menurutnya berjalan baik-baik saja.

"Tapi, dia kayak nyembunyiin sesuatu dariku," guman Putra pada akhirnya saat mengingat panggilan telepon yang diabaikan Yunita. Dia tidak pernah mengabaikan panggilan dari siapapun apalagi jika dari salah satu anggota keluarganya.

Mona menghentikan aktifitasnya, lalu memutar badannya dan menghadap pada sepupunya.

"Jujur, aku gak tahu apa-apa, beberapa waktu ini aku kan juga sibuk sama daftaran kuliah, intensitas aku ketemu sama dia atau Rosita juga jarang banget. Cuma kemarin itu ...." Mona segera menghentikan ucapannya, dia rasa cerita Yunita kemarin tidak perlu dia sampaikan pada Putra. Biarlah Putra tahu dengan sendirinya dari Yunita.

"Kemarin kenapa?"

"Kemarin aku sempet ketemu dia di kosannya Rosita, dia buru-buru pulang gitu sih setelah dapet telepon dari tante Anggi."

"Terus?"

"Ya udah, gue gak tahu kelanjutannya. Cuma seperti yang kamu bilang itu, kayak ada yang disembunyikan," jawab Mona ragu-ragu.

Putra mendesah kecewa dengan jawaban Mona. Dia pikir sepupunya tahu apa yang membuat sikap kekasihnya berubah.

"Udah jangan terlalu dipikirin, biasanya kan juga dia emang begitu, terus kalian mesra-mesraan lagi. Terkadang ya, Put, meski aku ini sahabat dia, tapi, ada kalanya ada hal yang sangat privasi dan tidak dibagi dengan kita. Aku pun begitu. Ada hal-hal yang gak aku ceritain ke Yunita dan Rosita. Kamu paham kan maksud aku?"

Putra sangat paham maksudnya, dia pun juga demikian pada orang-orang yang dekat dengannya.

"Ya udah, aku balik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikah karena guna-guna (Magic Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang