bab 4

243 12 0
                                    

"Lagi mikirin apa sih, Yun? Putra masih cuek sama kamu?" 

"Hah, apa?" tanya Yunita karena Rosita menyenggol lengannya. 

"Dih, beneran ngelamun ini anak! Tuh, Mona nanya noh, dengerin!" tegur Rosita. Gadis itu menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan salah satu sahabatnya ini. Semakin hari semakin aneh saja menurutnya. 

"Kamu tanya apa, Mon, sorry aku beneran gak denger." 

"Kamu kenapa sih? Masih ada masalah sama Putra ya? Kalau emang kamu ada masalah sama Putra jangan sungkan cerita sama aku, meski aku sepupunya, kamu tetep sahabat aku, jadi aku bakal belain kamu selagi kamu gak salah," kata Mona. 

"Thanks ya, Mon, aku baik-baik aja kok, udah mulai terbiasa juga sih dengan kesibukan Putra sekarang," jawab Yunita dengan menampilkan senyum terbaiknya. 

"Beneran ya? Kalau Putra macem-macem sama kamu, aku bakal bela kamu, Yun."

"Aaa! Mona baik banget sih, jadi makin sayang deh," seru Yunita dengan nada bak anak kecil. 

"Geli, Yun, geli," celetuk Rosita  tak urung membuat ketiga gadis itu tertawa. 

"Sebenernya ... aku tuh bukan lagi mikirin Putra," kata Yunita tiba-tiba, dan ucapan itu tentu menarik penuh perhatian dua sahabatnya. 

"Terus?" Wajah Rosita mulai menegang, pikirannya melalang buana membayangkan kemungkinan kalimat yang akan dilontarkan Yunita, dan dia mengingat satu cerita yang selama ini tidak diketahui Mona. 

"Ah, entahlah, aku merasa ... Kak Hendra selalu muncul di pikiran aku. Bayangan dia tuh mampu mengalahkan eksistensi Putra gitu loh." 

"Tunggu! Siapa kak Hendra? Kok aku gak pernah denger nama ini ya?" tanya Mona memotong cerita Yunita. 

Sang gadis yang ditodong dengan pertanyaan itu lantas salah tingkah. Yunita baru sadar, kalau dia belum bercerita tentang Hendra pada Mona. Dia memejamkan mata merutuki kebodohannya. 

"Eee, gue minta maaf sebelumnya sama kamu, Mon, bukannya gak mau cerita sih, beberapa waktu lalu kan kamu masih sibuk sama daftaran kuliah, jadi, aku belum cerita ke kamu. Sebenernya itu ... aku pernah ketemuan sama cowok namanya kaka Hendra, aku kenalnya dia lewat sosmed gitu deh." 

"Kamu selingkuhin Putra?" tuduh Mona. 

"Eh, gak gitu, aku gak selingkuh, beneran!" Buru-buru Yunita menyangkal tuduhan itu. 

"Ya terus Hendra itu siapa? Kenapa kamu jadi mikirin dia? Jangan macem-macem ya, Yun, meski barusan aku bilang sama kamu bakal belain kamu, tapi, kalau kamu salah ya aku gak akan belain kamu," kata Mona, jelas sekali dia kesal pada sahabatnya itu. 

"Udah-udah, jangan berantem, kita dengerin dulu deh mending masalahnya gimana, sabar, Mon," kata Rosita berusaha supaya kedua sahabaynya tidak saling salah paham.

"Aku gak ada maksud buat selingkuhin Putra, beneran, Mon. Waktu itu aku iseng-iseng main sosmed aja, kamu tahu sendiri kan, Putra sejak kerja sibuknya minta ampun, dan aku bosen dong gak ada kegiatan, secara aku gak kuliah kayak kalian, jadi, ya ... sati-satunya cara buat menghilangkan rasa bosan itu ya aku main sosmed. Di situ aku kenalan deh sama kak Hendra." 

Kali ini Yunita berkata dengan jujur, dan Mona pun menyadari memang betapa cueknya sang sepupu itu. Terkadang dia juga merasa kasihan dengan Yunita yang sering diabaikan oleh Putra, dia sendiri juga perempuan dan memahami rasa bosan yang dialami Yunita. Meski tak menjawab apapun, tapi, raut wajah Mona kembali berangsur rileks. 

"Sorry, Mon, aku gak bermaksud buat selingkuh dari Putra kok." 

"Tapi, dengan begitu kamu sama aja ada kemungkinan bakal selingkuh dari Putra, apa lagi barusan kamu bilang kepikiran sama Hendra Hendra itu." 

Menikah karena guna-guna (Magic Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang