Bab 3

233 13 4
                                    

"Aku harus gimana ini? Ya Tuhan! Harusnya aku blokir aja nomor kontak kak Hendra dari kemarin-kemarin. Bego banget sih kamu, Yun!" gerutu Yunita yang baru saja membacar pesan dari Hendra.

"Siapa yang bodoh, Yun?" 

"Eh? I-ibu? ini, Yuni lagi baca novel online," jawab Yunita berbohong tentunya. 

"Kamu ini, bukannya nyari kerjaan atau apa gitu, malah kerjaannya main hp gak jelas begitu," ucap ibunya Yuni. 

"Ish, Ibu, Yuni kan baru aja lulus, nanti juga cari kerja." Malas mendengar ocehan sang ibu yang pasti akan merambat ke mana-mana, Yunita memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya saja dengan perasaan yang dongkol. 

"Dasar anak ini, dibilangin orang tua malah marah-marah," ucap ibu Yuni saat sang anak berjalan melewatinya. 

***

"Untung aja waktu itu aku pernah tanya alamat rumahnya dan chat-nya belum kehapus, aku bisa datang ke tempatnya kalau dia masih aja nolak ajakan aku ketemu," guman Hendra tersenyum penuh kemenangan. 

"Pak Hendra, pekerjaannya sudah selesai?" 

"Oh, eh, s-sudah, Pak," jawab Hendra gelagapan. 

"Tolong, jangan menggunakan ponsel untuk kegiatan di luar pekerjaan selama jam kerja," ucap pria paruh baya yang tak lain adalah atasan Hendra di kantor. 

"Dasar pak tua cerewet," ucap Hendra mengatai atasannta sendiri setelah orang itu pergi. 

Tak urung Hendra tetap bebal membuka ruang obrolannya dengan Yunita. Dia memandangi foto profil Gadis belia yang masih terlihat menawan itu. 

"Bodo amat dibilang pedofil atau apapun itu, cuma dia yang bisa menggetarkan hatiku yang telah lama karatan tak mendapatkan cinta," guman Hendra sambil tersenyum-senyum sendiri memandang foto Yunita. 

"Emang bener ya kalau cinta itu buta, orang yang biasanya terlihat santai dan serius bekerja sekarang sedang tertawa-tawa sendiri sambil lihatin foto pujaan hati," ejek Santo yang mengintip sedang apa teman sejawatnya itu. 

"Heh, kayak kamu gak pernah jatuh cinta aja," balas Hendra tak mau diejek. 

"Iya, aku pernah,  udah pernah ngerasain yang kamu rasain sekarang. Jadi, nikmatilah selagi bisa," balas Santo sambil tertawa. 

"Gimana, kamu jadi ketemu sama dia hari ini?" tanya Santo penasaran. "Seingatku dulu sih ya, si mbah itu bilang, semakin cepat ramuan itu diberikan, efeknya akan semakin kuat," bisik Santo sambil memperhatikan sekeliling. 

"Ah yang bener? Tapi, rencananya sih emang nanti balik dari kantor mau ketemu sama dia, mau aku ajak dia ke kontrakanku," kata Hendra tersenyum bahagia membayangkan pertemuannya dengan Yunita. 

"Wah gila! Belum-belum udah ngajak ke kontrakan, hati-hati anak orang hamil duluan!" 

"Eh, tenang-tenang, aku bukan ingin melakukan itum tapi, kurasa hanya di rumah aku bisa memberikan ramuan itu tanpa ketahuan, gimana menurut kamu?" 

Santo manggut-manggut menyetujui rencana Hendra. "Aku doakan semuanya berjalan lancar," ucap Santo lalu menepuk pundak teman baiknya itu. 

*** 

"Ibu, Yuni ke kosan Rosita!" Yunita keluar  rumah sambil berteriak, dia terlihat buru-buru. 

"Hei, siapa yang mengijinkanmu keluar, Yun?" seru ibunya dari dalam rumah, tapi, panggilan itu tidak lagi dihiraukan oleh Yunita. 

Gadis muda itu berjalan cepat menuju gang yang tak jauh dari rumahnya, di sana Hendra sudah menunggunya. Ya, Hendra nekat mendatangi Yunita karena gadis itu tak mau menemuinya lagi. Karena kenekatan itulah akhirnya Yunita terpaksa berbohong pada sang ibu. 

Menikah karena guna-guna (Magic Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang