Wilona dan kesepian sepertinya sudah menjadi teman akrab, setiap hari Wilo hanya menghabiskan hari-harinya disekolah – lalu pulang ke apartement – lalu kesekolah kembali, saat mendengar cerita teman-temannya tadi tentang betapa serunya hal hal yang mereka lalui bersama keluarga, rasanya Wilo iri sekali, kalo orang bilang hidup Wilo sempurna, mereka salah, bagi Wilo hidupnya berantakan, sangat berantakan, mungkin kalo dia tidak bertemu Kaleandra waktu itu, dia sudah lama menyerah akan hidupnya.
Wilo selalu iri dengan definisi "Keluarga Harmonis" seumur hidupnya dia nggak pernah merasakan keharmonisan keluarga, orang tuanya selalu bertengkar sepanjang waktu, sampai Wilo bingung kenapa mereka tidak bercerai saja, mengapa mereka masih mempertahankan hubungan pernikahan yang sudah hancur sejak awal.
Wilo gak pernah merasa disayang sebelum dia kenal Kaleandra, Wilo selalu merasa sendiri, itu kenapa dia coba membangun image sempurna agar tidak terlihat lemah didepan banyak orang, orang bilang Wilo membangun tembok yang terlalu tinggi, bahkan 3 sahabatnya merasakan hal yang serupa, hanya Kaleandra yang berhasil menembus tembok tersebut.
Wilo bukan anak tunggal, Wilo punya saudara, dia punya Kakak, tapi kakaknya sudah lebih dulu melarikan diri dari neraka yang sempat mereka sebut rumah, Kakaknya memilih pindah ke belanda, tinggal dengan nenek kakek mereka dan meninggalkan Wilo sendiri di rumah besar yang seperti neraka itu, kalo mengingat itu rasanya Wilo ingin mengakhiri semua.
Saat itu Wilo masih kelas 1 SMP, saat dimana sang kakak memilih pergi dari rumah, dulu Wilo pikir biarpun orang tuanya gak pernah peduli, setidaknya ada sang kakak yang akan selalu ada dan melindungi dia, dulu dia pikir begitu, tapi semua jadi beda saat tepat di malam ulang tahunnya Wilo, malam yang harusnya jadi malam paling berkesan bagi dia tapi malah menjadi malam paling gak mau Wilo ingat lagi.
Dimalam itu, orang tuanya bertengkar hebat, Wilo gak paham apa yang mereka ributkan tapi Wilo dengar suara pecahan Guci kesayangan Mamanya yang ada di ruang keluarga, Wilo juga mendengar suara lemparan barang yang berakhir pecah karena terbentur dinding, Wilo juga mendengar suara dua orang yang saling meneriaki, saling menyalahkan, saling memaki, sampai Wilo hanya bisa duduk di sudur kamarnya sambil menutup telinga dengan air mata yang terus mengalir, Kue ulang tahun didepannya yang ia harapkan bisa ia meniup lilin bersama Mama, Papa, dan Kakaknya pun tidak tersentuh, lilinnya tinggal setengah karena termakan api. Padahal malam itu Wilo Cuma berharap bisa meniup lilin bersama.
Setelah suara teriakan cukup mereda, Wilo mengintip dari sela pintu kamarnya, ia kira keadaan sudah membaik, tapi ia malah melihat kakaknya yang membawa koper menuruni tangga, Kakaknya itu bahkan melewati kedua orangtuanya tanpa mengucapkan sepatah katapun, orang tuanya juga bertanya kenapa dia akan pergi tapi tidak ada jawaban, kakaknya tetap berjalan keluar rumah, Wilo yang melihat itu langsung mengejar kakaknya, tapi ia terlambat, kakaknya sudah pergi naik taksi.
Sedangkan orang tuanya kembali saling teriak dan saling menyalahkan, Wilo yang enggan kembali masuk kedalam rumah pun lebih memilih pergi, ia hanya menatap kosong jalanan sambil terus berjalan tanpa tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Bitter 17 [end]
Novela JuvenilWilona Aquila, Siswi teladan yang juga Wakil Ketua OSIS tapi punya pacar bernama Kaleandra Auriga, seorang Trouble Maker sekolah yang berulang kali menekankan bahwa "Aturan ada itu untuk dilanggar" Kalo menurut teori, Air dan Api kan gak bisa menyat...