Setelah pulang sekolah, Alvin meminta izin ke Reza agar Rea bisa menemani dirinya untuk menjemput sang ayahanda. Dengan senang hati, Reza mengizinkan kedua sejoli itu menjemput pria tua bangka yang memang dari dulu selalu mengganggu ketenangan Reza ketika ia sedang bermain di rumah Alvin.
Rea tidak mengganti bajunya, ia menuruti semua perintah Alvin agar cepat-cepat pergi ke rumah cowok itu dan menjemput bu Berlin serta Alesha terlebih dahulu. Anehnya saat sampai di rumah Alvin, bu Berlin memasang wajah sendu dengan hidung yang sedikit memerah seperti sedang menahan cairan bening yang akan keluar dari matanya.
"Tante gakpapa?" Tanya Rea.
"E-engga, ya udah ayo jemput papa,"
"Yakin, ma? Kalo mama lagi gak enak badan bilang aja, biar Alvin sama Rea yang jemput."
Setelah Alvin mengatakan hal itu, bu Berlin langsung memalingkan wajahnya ke arah putranya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.
"K-kenapa, ma?"
Tanpa ba, bi, bu, wanita itu memeluk erat Alvin dengan air mata yang tak bisa lagi ia bendung.
"A-alvin kamu yang kuat, ya. Mama tau kamu anak hebat,"
"Maksudnya apa, ma?"
"Nggak papa, nanti kamu bakal tau sendiri kalo udah waktunya,"
"Hah? Tau apa?"
Bu Berlin melepaskan tubuh kekar cowok itu dan mengusap air mata yang masih mengalir, lalu sedikit mencetak senyuman sembari menepuk pipi putranya.
"Gak usah dipikir, gimana kalo kita otw sekarang?"
"Tapi... mama yakin gakpapa?" Tanya Alesha.
"Gakpapa cantiku, sekarang bawa semua jajan kamu ke dalem mobil gih, nanti kamu kelaperan loh." Wanita itu menyentil pangkal hidung putrinya, kemudian memasuki mobil dengan gerak-gerik yang terlihat canggung.
"Tante kenapa, Pin?"
"Gak tau, kan gue juga baru pulang sama lo,"
"Alesha... mama kamu kenapa?"
"Gak tau, kak, tadi waktu aku pulang sekolah mama udah kayak gitu,"
"O-oh, yaudah."
Kemudian para remaja itu menyusul bu Berlin ke dalam mobil dengan perasaan masing-masing yang tidak bisa ditebak.
Alvin mengambil alih posisi sopir, Rea duduk di samping cowok itu, sedangkan bu Berlin dan Alesha memilih duduk dikursi belakang. Dengan hati-hati cowok itu mengendalikan kecepatan mobil se stabil mungkin agar tidak merusak mood masing-masing, sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan dan juga tidak ada yang mau membuka pembicaraan.
Sampai pada akhirnya 2 jam berlalu, kini mereka telah tiba di bandara tujuan dan menemukan pak Dirga yang sedang duduk menunggu sambil melamun di salah satu kursi taman di dekat bandara tersebut.
"PAPAAAAA, ALESHAA KANGENN!" Suara bariton dari Alesha seakan menyambut keceriaan di sore itu, disusul dengan pelukan hangat dari keluarga tersebut yang membuat Rea kembali mengingat keluarga di masa lalunya.
"Reaa, sini ikut pelukan," ajak bu Berlin.
"E-emang gakpapa, tan?"
"Gakpapa dong, lagian kamu udah tante anggap kayak anak tante sendiri."
Wanita itu meregangkan tangannya, lalu dengan girang, Rea berlari dari kejauhan menyusul pelukan itu dan ditutup kembali oleh tangan bu Berlin.
"Ternyata gini rasanya." Batin Rea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...