Zara Vera Ananda adalah seorang gadis berusia 21 tahun. Seorang mahasiswa di sebuah universitas ternama, dan dia cukup terkenal di kampusnya. Bukan terkenal karena cantik atau pintar atau pun kaya. Tapi Zara terkenal karena merupakan keponakan donatur utama kampus tersebut. Ya, menjadi keponakan donatur kampus sebenarnya bisa membuat hidup perkuliahan Zara lebih mudah dengan memanfaatkan nama pamannya. Tapi sayang, justru dia semakin sulit menjalani hidup karena susah membedakan mana yang tulus berteman dengannya atau yang hanya ingin numpang tenar saja dan memanfaatkan.
Dan akhirnya, Zara tak memiliki satu pun teman di kampus. Dia punya satu teman dekat, tapi temannya tersebut tidak kuliah. Plot twist yang menyebalkan bagi Zara adalah, teman baiknya itu sekarang sudah berganti status menjadi tantenya. Lucu kan?
Walau agak menyebalkan karena teman baiknya menikah dengan pamannya, Zara cukup senang juga. Setidaknya, hubungan mereka yang semula hanya sebagai teman kini sudah naik satu tingkat menjadi keluarga.
Zara lahir di Singapura, dan dia menetap di Jakarta sejak masuk SMP. Entah kenapa dia merasa sangat nyaman dan betah tinggal di Jakarta, walau harus berjauhan dengan keluarganya. Dia tinggal di rumah mendiang kakek dan neneknya. Zara awalnya tinggal berdua dengan paman terakhirnya di rumah itu. Namun sekarang sudah ada anggota baru, yang tak lain dan tak bukan adalah teman baiknya sendiri. Ralat, sekarang sudah menjadi tantenya.
Selama berstatus menjadi mahasiswa, Zara tak pernah dekat dengan siapa pun di kampus. Namun, sejak beberapa bulan yang lalu dia mulai dekat dengan salah seorang cowok bernama Leon. Nama lengkapnya adalah Leonardo Biantara, dan Leon adalah orang yang menyelamatkan Zara yang hampir menjadi korban kecelakaan tragis kurang lebih satu tahun yang lalu.
Sejak saat itu, mereka semakin dekat hingga kedekatan mereka diketahui banyak mahasiswa. Zara yang semula kurang percaya pada orang-orang, kini mulai menaruh kepercayaan pada Leon. Pasalnya, sikap Leon saat bersamanya tak menunjukkan kalau cowok itu sedang memanfaatkan statusnya sebagai keponakan donatur kampus.
Leon adalah cowok yang baik dan ramah. Dia mudah bergaul, dan mudah sekali menarik perhatian Zara. Leon juga cukup sabar menghadapi Zara yang agak sulit percaya pada sebuah hubungan romantis.
Tujuan Leon mendekati Zara juga sudah Zara tahu alasannya. Apalagi semenjak dekat sampai sekarang, Leon sudah beberapa kali menyatakan perasaan pada Zara. Hanya saja, Zara merasa belum siap untuk menjalin hubungan.
Dan kemarin, Zara jalan-jalan berdua bersama dengan Leon di taman. Untuk yang keempat kalinya, Leon mengutarakan cintanya lagi pada Zara. Zara masih ragu untuk menerimanya, hingga meminta waktu untuk berpikir. Namun, Zara malah tak menolak saat Leon meminta sebuah ciuman darinya. Alhasil, ciuman pertama Zara sudah didapatkan oleh Leon. Padahal status mereka belum jelas bagaimana.
Dan setelah berpikir semalaman, Zara sudah memutuskan akan memberikan jawaban pada Leon hari ini. Rasanya tak salah jika dia mau memberikan kesempatan pada Leon. Ya, semoga saja keputusan yang diam ambil tidak salah.
Sekarang, Zara sedang berjalan di koridor kampus. Matanya melihat sekeliling mencari keberadaan Leon yang sejak pagi belum dia lihat. Zara sudah mengirimkan pesan pada cowok itu, namun ternyata nomornya tidak aktif. Jadi, Zara berinisiatif mencarinya sendiri. Agak aneh memang rasanya karena selama ini Zara cuek dengan orang-orang di sekelilingnya.
"Mencari Leon, Zara?"
Seseorang bertanya, membuat Zara berhenti melangkah. Lalu dia menatap pada seorang gadis yang sekarang berdiri di sampingnya. Zara tak tahu dia siapa, bahkan Zara tak tahu namanya. Tapi sepertinya perempuan tersebut mengetahui dirinya.
"Iya. Apa kamu melihatnya?" Zara bertanya balik.
"Aku lihat tadi dia ada di belakang kampus sedang bersama teman-temannya," jawab perempuan itu. Zara mengangguk kecil mendengar itu.
"Baiklah. Terima kasih informasinya," ucap Zara. Dia hendak pergi, namun perempuan tersebut bicara lagi padanya.
"Namaku, Briana. Jika kita bertemu lagi, mungkin kamu bisa mengingat namaku." Perempuan yang menyebalkan diri dengan nama Briana tersebut tersenyum setelah mengenalkan diri tanpa diminta.
"Ah ya. Terima kasih informasinya, Briana." Zara mengulangi ucapan terima kasihnya. Setelah itu Zara berjalan menjauhi Briana, menuju tempat Leon yang dikatakan oleh Briana barusan.
Setelah menyusuri lorong demi lorong kampus, akhirnya Zara sampai di tempat yang dimaksud oleh Briana. Kepala Zara celingukan, mencari di mana keberadaan Leon karena dia belum bisa melihat sosok laki-laki itu.
Setelah berjalan beberapa langkah, Zara bisa mendengar suara beberapa laki-laki yang sedang mengobrol. Zara pun berjalan mendekati ke arah suara, karena yakin pasti itu Leon dan teman-temannya.
"Jadi gimana? Lo udah berhasil pacarin dia belum?" Seseorang bertanya, dan Zara tak mengenali suaranya. Namun dengan spontan Zara berhenti melangkah dan mendengarkan pembicaraan mereka.
"Belum. Dia susah banget diyakinkan. Tapi gue sudah berhasil mendapatkan ciuman darinya." Itu suara Leon, Zara yakin. Dan dia kaget karena Leon memberitahu teman-temannya tentang ciuman mereka kemarin di taman.
"Woah. Lo emang hebat banget kalau berakting. Sampai-sampai dia gak curiga sedikit pun." Seseorang berkata lagi dan Zara juga tak tahu siapa itu. Walau sudah dekat cukup lama dengan Leon, Zara tak mengenal teman-teman Leon.
"Dia itu masih polos soal pacaran. Jadi dia gak sadar maksud tujuan gue yang sebenarnya saat mendekatinya." Leon bersuara lagi. Zara yang mendengar itu tertegun dengan perasaan yang sudah terasa tak nyaman.
"Okelah. Lo yang menang taruhan. Dari awal juga udah ketebak kalau lo yabg akan menang, Leon. Tapi gue rasa lo malah suka beneran sama si Zara."
Secara tak sadar, tangan Zara langsung mengepal mendengar itu. Taruhan? Jadi selama ini Leon mendekatinya karena sebuah taruhan dengan teman-temannya ?
"Jangan ngaco lo! Gue totalitas juga buat menangin taruhan ini. Mana mungkin gue suka sama dia. Dia itu bukan tipe gue. Masih banyak yang lebih cantik dari dia." Setelah Leon berkata seperti itu, terdengar tawa yang ramai dari arah mereka.
Gigi Zara bergemeletuk, marah mendengar itu. Dia tak menyangka kalau Leon sejahat itu padanya. Zara sangat menyesal sekarang kenapa dia mau-maunya memberikan ciuman pertamanya pada laki-laki brengsek semacam Leon.
Tanpa mau mendengarkan lebih, Zara langsung pergi dari sana. Dia tidak menangis dan berjalan dengan cepat untuk segera ke kelasnya. Tak lupa, Zara mengambil ponselnya yang berada dalam tas. Tanpa basa-basi, Zara langsung memblokir nomor Leon dan semua sosial medianya.
Zara merasa sangat marah sekarang pada Leon. Berani-beraninya Leon mempermainkan perasaannya? Berani-beraninya mereka menjadikannya bahan taruhan?
Oke. Lihat saja. Zara tak akan diam saja dengan apa yang telah mereka lakukan padanya.
__________________________________________
Halo semuanya🥰🥰
Akhirnya cerita Zara aku publish juga. Semoga kalian semua suka ya🥰🥰Btw, jangan lupa tinggalkan jejak juga😘
Untuk yang baru membaca cerita ini dan agak bingung dengan latar kehidupan Zara sebelum bertemu Leon dan juga tentang keluarganya, sebaiknya kalian baca dulu cerita (Not) One Night agar tidak pusing dan mengerti alurnya.
🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintentional Love
RomanceSakit hati karena dijadikan bahan taruhan oleh Leon, cowok yang sedang PDKT dengannya, membuat Zara marah dan dendam. Akhirnya dia meminta bantuan pamannya untuk membalaskan rasa sakit hatinya. Zara pun dipertemukan dengan seorang pria bernama Alfia...