Zara tidak menangis bukan berarti dia tidak sedih. Dia sudah berekspektasi tinggi terhadap Leon yang akan menjadi orang pertama yang membuatnya bisa jatuh cinta. Namun nyatanya, Leon hanya menjadikannya sebagai bahan taruhan. Entah hadiah dan imbalan apa yang didapat hingga Leon tega mempermainkan perasaannya.
Selama di kelas, Zara yang memang kurang bersosialisasi jadi tambah murung. Sorot matanya tak bisa berbohong tentang apa yang dia rasakan. Dia sakit hati, kecewa, menyesal, marah dan benci pada Leon.
Setelah kelas selesai, Zara berniat untuk langsung pulang saja. Biasanya, Leon selalu mengajaknya jalan-jalan dulu ke taman atau keliling kota untuk menghabiskan waktu bersama sampai sore. Dan jelas sekarang itu semua tak akan terjadi lagi.
Zara berjalan mendekati gerbang kampus. Dia tak memperhatikan sekitar dan tak peduli juga pada sekitarnya.
"Zara!"
Sebuah seruan terdengar membuat langkah Zara terhenti sesaat. Dia menengok ke belakang, pada Leon yang sedang berlari kecil ke arahnya. Senyum di wajah pemuda tersebut sangat lebar, terlihat tak ada rasa bersalah sedikit pun. Oh jelas. Leon belum tahu kalau Zara sudah mengetahui semuanya.
"Ponselmu tidak aktif? Aku sulit menghubungimu sejak tadi." Leon berkata dengan nafas sedikit memburu.
"Mau apa menghubungiku?" Zara bertanya dengan nada datar. Alis Leon bertaut bingung melihat Zara yang berbeda.
"Ya, seperti biasa. Kita pulang bersama. Dan aku ingin mendengar jawaban darimu tentang yang aku katakan kemarin," jawab Leon dengan senyuman yang menawan. Zara tersenyum sinis mendengarnya. Leon memang pandai sekali berakting di depannya.
"Jawabannya jelas tidak. Aku tak akan pernah menerimamu sebagai pacarku. Puas?!" Zara berkata dengan sinis dan marah. Dia lalu berjalan melewati Leon begitu saja yang terlihat kaget dengan yang Zara katakan barusan.
"Zara! Tapi kemarin-"
"Cukup! Aku memang bodoh karena tak bisa melihat tujuanmu yang sebenarnya apa saat mendekatiku. Sekarang aku sudah tahu semuanya, Leon. Dan aku membencimu," ucap Zara dengan nada penuh kemarahan. Leon tercengang kaget mendengar perkataan Zara barusan.
"Kamu boleh menganggap aku bodoh karena terlalu percaya padamu. Seharusnya sebelum kamu menjadikan aku sebagai bahan taruhan, kamu harus mengingat dulu siapa diriku. Kamu pikir aku akan diam saja setelah semua yang kamu lakukan?" Zara menatap Leon dengan tajam, dan Leon terlihat sangat kaget mendengar perkataan Zara barusan. Jelas dia tak menyangka kalau Zara tahu rahasianya itu.
"Jangan pernah menghubungiku lagi. Anggap saja kita tak pernah saling mengenal," ucap Zara lagi. Setelah mengatakan itu, Zara melangkah pergi dari hadapan Leon. Dia masuk ke dalam taksi online yang sudah dia pesan sejak tadi. Leon tak menghentikan Zara, dan hanya melihat kepergiannya tanpa berniat melakukan apapun.
"Baguslah jika dia sudah tahu. Aku tak perlu berpura-pura menyukainya lagi."
***
Zara menangis semalaman karena sakit hatinya. Ini pertama kalinya dia merasakan patah hati, dan ternyata sakitnya seperti ini. Karena menangis semalaman hingga kurang tidur, pagi ini saat bangun Zara merasa kurang enak badan. Akhirnya, Zara memutuskan untuk tak pergi kuliah saja hari ini.
Harusnya sih dia tetap kuliah hari ini agar Leon tidak berpikir dia sakit hati karena perbuatannya. Namun Zara juga tak mau membohongi dirinya sendiri dengan pura-pura baik-baik saja.
Zara meraih ponselnya yang ada di atas laci dan tak ada pesan dari siapa pun. Ada satu pesan dari ayahnya yang mengucapkan selamat malam, namun tak terbaca oleh Zara semalam.
"Zara. Apa kamu sudah bangun?"
Zara menengok ke arah pintu saat mendengar pintu kamarnya diketuk juga disertai suara seseorang memanggil namanya.
"Masuk saja, Eve. Pintunya tidak dikunci kok," ucap Zara dengan suara keras. Tak lama, pintu kamarnya terbuka. Menampakkan seorang perempuan seusia dirinya yang bernama Evelyn. Ya, Evelyn adalah teman baiknya, sekaligus istri pamannya. Mereka memang tinggal serumah sekarang.
"Kamu sakit? Ini aku sudah buatkan sarapan," ucap Evelyn. Dia berjalan mendekati ranjang Zara dan menyimpan makanan yang dia bawa di atas laci samping tempat tidur.
"Sakit hati, Eve." Zara menjawab dengan wajah murung.
"Sakit hati? Gara-gara Leon?" tanya Evelyn penasaran. Zara pun mengangguk pelan.
"Kupikir dia itu memang laki-laki yang baik. Ternyata dia tak sesuai harapanku, Eve," ucap Zara. Matanya mulai berkaca-kaca, merasa sedih lagi.
"Memangnya kenapa?" Evelyn bertanya dengan sabar, ingin tahu yang terjadi sebenarnya.
"Kemarin aku mendengar dia bicara dengan teman-temannya di belakang kampus. Ternyata Leon mendekatiku karena taruhan dengan teman-temannya, Eve. Aku dijadikan bahan taruhan oleh mereka." Zara bercerita dengan suara bergetar menahan tangisan.
"Benarkah? Kok jahat banget sih dia?"
"Itulah. Kupikir dia laki-laki baik. Ternyata bukan," jawab Zara.
"Siapa nama lengkapnya, Zara? Biar aku katakan ini pada Mas Alan," ucap Evelyn. Mata Zara langsung melebar mendengar itu.
"Untuk apa kamu katakan pada Om Alan?" tanya Zara bingung.
"Ya untuk kasih dia pelajaran lah. Om Alan pasti gak rela kalau tahu kamu diperlakukan buruk seperti ini oleh Leon," jawab Evelyn lagi. Zara terdiam mendengar itu. Haruskah pamannya tahu tentang ini? Haruslah. Leon harus menyesal karena perbuatannya.
"Namanya Leonardo Biantara. Yang aku tahu, kakaknya itu seorang CEO juga seperti Om Alan. Ayahnya sudah meninggal dunia dan sekarang tinggal bersama ibunya saja. Tapi aku tak tahu siapa nama kakak dan ibunya." Zara memberitahu Evelyn beberapa hal tentang Leon yang dia ketahui. Dan Zara baru sadar, kalau yang dia ketahui tentang Leon hanya itu saja.
"Sip. Kamu jangan bersedih terus oke? Mas Alan gak akan diam saja jika tahu ini. Biarkan Mas Alan membantu kamu," ucap Evelyn. Zara tersenyum kecil mendengar itu dan mengangguk pelan.
Ya, dia harus balas dendam pada Leon. Dan tentu saja dia membutuhkan bantuan pamannya. Untuk sekarang, Zara akan memanfaatkan status pamannya sebagai donatur utama kampus untuk membalaskan dendam pada Leon.
___________________________________________
Hai semuanya. Update kedua untuk hari ini. Jangan lupa tinggalkan jejak ya🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Unintentional Love
RomanceSakit hati karena dijadikan bahan taruhan oleh Leon, cowok yang sedang PDKT dengannya, membuat Zara marah dan dendam. Akhirnya dia meminta bantuan pamannya untuk membalaskan rasa sakit hatinya. Zara pun dipertemukan dengan seorang pria bernama Alfia...