Part 5 : Light in The Dark

13 7 4
                                    


Rasa lelah serta pegal membuat langkah kakinya semakin memelan. Gaun panjang berwarna hijau yang ia kenakan sebelumnya sudah berubah bentuk menjadi gaun sebatas lutut. Snowhite memang sengaja merobeknya agar lebih mempermudah dirinya berjalan. Pedang yang diberikan oleh William senantiasa digenggam olehnya. Sesekali dia menggunakannya untuk menebas beberapa tumbuhan liar yang menghalangi jalan.

Langit semakin menghitam, ia melihat burung-burung yang berterbangan mulai kembali ke sarangnya. Kabut mulai turun, membuat jarak pandang Snowhite berkurang dan udara pun semakin dingin. Snowhite mengeratkan jubah yang dikenakannya, beruntunglah William memberikannya tadi. Setidaknya benda tebal ini bisa menghindarkan Snowhite dari mati kedinginan.

Dia masih melangkahkan kakinya meskipun sebenarnya dia sedikit ketakutan. Pikiran-pikiran buruk mulai melintasi otaknya. Mulai dari hantu tanpa kepala yang bisa saja muncul di hadapannya atau kemungkinan terburuk jika dia bertemu dengan hewan buas seperti harimau, singa, maupun serigala. Dia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran buruk itu. Saat ini yang harus dia lakukan hanyalah berjalan sejauh mungkin sebelum sekelilingnya gelap gulita.

Snowhite berhenti sejenak. Tiba-tiba dirinya kepikiran jika keadaan sekitarnya mulai menggelap. Sedangkan dirinya tak memiliki obor atau hal lain yang dapat dia gunakan untuk menerangi jalan. Di sana dia merasa gundah. Berjalan tanpa arah di tempat gelap sangat berbahaya. Dia tidak akan bisa melihat keadaan sekitar. Bagaimana jika dirinya malah tak sengaja masuk ke sarang hewan buas, atau malah menjatuhkan diri ke jurang yang curam. Ia bergidik ngeri membayangkannya.

Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk berhenti dan mulai mencari ranting pohon serta dedaunan kering yang dapat dibakar. Tak hanya itu, dia juga memotong beberapa daun lebar yang dapat dia gunakan sebagai alas. Snowhite kemudian memotong sebuah batang kayu menjadi dua, kemudian melubangi permukaan dari batang pohon tersebut. Dia mengambil ranting kayu yang sebelumnya dia kumpulkan dan kemudian memutar ranting tersebut tepat di lubang yang sebelumnya dia buat.

Dengan penuh kesabaran, dia terus memutar ranting tersebut. Sejujurnya dia merasa putus asa karena api tak kunjung jadi. Tangannya bahkan sudah mulai pegal sekarang. Walaupun begitu, Snowhite masih terus berusaha untuk membuat sepercik api. Barulah ketika kedua kayu yang dia gesekkan itu memercikkan bunga api, Snowhite tersenyum lega sekaligus bangga. Dia kemudian menambahkan daun-daun kering di atasnya dan api unggun pun berhasil dibuat.

Snowhite menggosok-gosokkan tangannya dan sesekali meniupnya untuk menghantarkan kehangatan. Dia juga sedikit mendekat ke arah api unggun yang dia buat sebelumnya lalu duduk memeluk lutut dengan beralaskan daun yang lebih lebar. Tiba-tiba sekelebat ingatannya ketika bersama William tadi menghampiri. Dia tidak mengira jika William akan mengucapkan kalimat tersebut.

Entah sejak kapan Snowhite menyadari jika dirinya juga sudah jatuh kepada pria itu. Rasanya semuanya berlalu begitu saja. Yang ia tahu, dirinya selalu berdebar ketika berada di dekatnya. Dia selalu merasa nyaman dan aman jika William ada di sampingnya. Dia selalu merindukan guraun-gurauan yang selalu mengundang tawanya. Dan yang terpenting, Snowhite selalu merasa jika William adalah orang yang tepat dan berhak menerima rasa cintanya.


Blood and FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang