#0 Tebing Halilintar

33 2 1
                                    

Qiao Zhixue memejamkan mata saat dia mendengar suara halilintar saling bersahutan tepat di belakangnya. Tangan kirinya diletakkan di punggungnya saat satu demi satu wajah-wajah baru bermunculan di bawah pilar tempat dia menapak.

"Leng Xuemei! Berhentilah keras kepala dan serahkan saja pusaka itu pada kami!" satu dari kerumunan yang tiba menyerukan hal yang ada di pikiran semua orang. "Kami mungkin bisa mempertimbangkan mempertahankan mayatmu utuh dan penguburan layak." lanjutnya.

Qiao Zhixue mendengus lirih, terbatuk. Pakaian merahnya menutupi noda darah yang mengalir dari beberapa bagian tubuhnya. Dan meski dalam kondisi terpojok sekalipun, aura keagungannya seolah tak bisa digoyahkan. Bahkan jika langit runtuh sekalipun, orang-orang di bawah berpikir bahwa dia hanya akan mendengus malas, enggan untuk peduli.

Nama aslinya Qiao Zhixue. Orang-orang dari Azure Continent lebih mengenalnya dengan nama Leng Xuemei, atau julukan miliknya yang lain, Dewi Bunga Persik. Ada sebagian lain yang memanggilnya dengan sebutan Rubah Beracun Dari Selatan.

Apapun itu, tidak mengubah fakta bahwa dengan namanya saja, orang-orang akan bisa membayangkan seberapa cantiknya dia. Terlebih, sekumpulan pendekar yang berada di bawahnya ini, ambil satu secara acak dan letakkan di prefektur manapun di Azure Continent, mereka akan dengan mudah menyapu orang-orang dan menjadi yang paling menonjol. Tidak berlebihan menyebut mereka bakat satu diantara ribuan. Melihat mereka berkumpul disini hanya untuk mengepung seorang gadis, benar-benar pemandangan yang konyol untuk dilihat.

Dua puluh lima tahun yang lalu, ada fenomena langit yang terjadi di Azure Continent. Bersamaan dengan turunnya Tujuh Pusaka Penakhluk Langit, Qiao Zhixue kebetulan mendapatkan satu diantaranya. Melalui pusaka itu, ketika dia muncul di dunia persilatan lima belas tahun yang lalu, namanya secara tiba-tiba tersebar dalam satu malam. Kecantikan dan kemampuannya pada saat itu menandingi bakat-bakat terbaik Azure Continent dan menjadi satu diantaranya, pemegang reputasi paling berkuasa di Azure Continent.

Sesuatu yang muncul ke permukaan tanpa asal-usul yang jelas, menimbulkan pertanyaan di hati banyak orang. Sayangnya, akses untuk mencari informasi itu memang sangat rumit. Tapi, bukan berarti tidak mungkin. Keluarga-keluarga kuno dengan sejarah lama di Azure Continent kemudian menemukan fakta bahwa dia mendapatkan satu dari Tujuh Pusaka Penakhluk Langit, dan mulai memburunya.

Beberapa pendekar dunia persilatan yang mendengar itu, bergabung dalam kelompok. Dan lama kelamaan, semakin banyak jumlah orang yang memburunya. Baik dari sekte lurus maupun sesat dunia persilatan.

Qiao Zhixue hanya bisa menggeleng. Keserakahan manusia, tidak pernah berubah sejak dulu. Yang ada dalam pikiran mereka, adalah dahsyatnya kekuatan pusaka itu. Sama sekali tidak memikirkan resiko bahwa ada harga yang harus dibayar untuk memilikinya. Contoh nyatanya, seorang pendekar dari generasinya yang tiada karena tidak sanggup memenuhi permintaan dari pusaka yang didapatkannyaㅡmeski itu bahkan bukan salah satu dari tujuh pusaka yang tersebar dua puluh lima tahun silam.

Qiao Zhixue terbatuk lagi beberapa kali saat dia merasakan rasa besi mendominasi mulutnya. Tangan kirinya dilipat kebelakang sementara tangan kanannya memegang seruling giok berwarna merah darah. Tubuhnya menapak di atas pilar setinggi dua orang dewasa dan memandang pendekar-pendekar berbagai aliran di bawahnya angkuh.

Qiao Zhixue memang terbilang muda. Usianya masih nyaris memasuki tujuh puluh enam tahun, tahun ini. Tapi, pendekar yang bahkan telah menghabiskan satu abad berkultivasi di sekitarnya tidak berani meremehkannya sedikit pun.

"Leng Xuemei! Pertimbangkan baik-baik!" salah seorang menjadi tidak sabar dan kembali berteriak.

Qiao Zhixue tertawa angkuh kali itu. "Apa yang perlu kupertimbangkan untuk kalian, sekelompok orang-orang serakah." ucapnya. "Jika aku harus mati, aku akan mati di tanganku sendiri. Tidak satu dari kalian bisa berpikir untuk mengambil nyawaku!" tawanya menggema kemudian. Lembut, namun penuh penekanan. Tenang, tapi membawa hawa dingin yang kental. "Kalian menginginkan Su Yu? Kemari, dapatkan dariku!"

Ucapan Qiao Zhixue menuai kemarahan dari kelompok pendekar yang mengepungnya. Mereka serentak terbang maju saat kata terakhir meninggalkan bibir pucat sang gadis.

Qiao Zhixue tidak bergeming saat dia memutar seruling yang ada di tangannya hingga ujungnya meninggalkan garis emas bercahaya di udara. Angin bergejolak saat ribuan kelopak bunga muncul dari kekosongan. Jatuh perlahan-lahan, lalu meledak ketika bersentuhan dengan anggota tubuh pendekar yang dekat. Menimbulkan kekacauan dan teriakan umpatan karena mereka tidak menduga bahwa sang Dewi Bunga Persik itu mengembangkan jurus baru.

Suara halilintar semakin keras menggelegar saat gadis itu berputar dari pilarnya berpijak. Membuat ujung gaun merahnya berkibar saat dia melirik lama pada tebing gelap dengan suara petir yang terus bersahut-sahutan. Lalu pada seruling giok darah ditangannya.

Senyumnya terkembang tipis, dengan sorot permintaan maaf yang jelas terpancar dari matanya. 'Maafkan aku. Tapi, kau tidak bisa jatuh ke tangan orang-orang itu.' Qiao Zhixue mendesah pasrah saat dia bahkan tidak melirik pertarungan di belakangnya yang berlangsung sengit. 'Sungguh sangat disayangkan. Senjata sehebat ini harus terkubur bersamaku dan tidak pernah bisa menunjukkan kilaunya.'

Tanpa keraguan, gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari pilar berbentuk tabung tipis itu, menjejak di udara seolah sedang berpijak pada bumi. Langkahnya mantap menuju tebing hitam dengan suara yang semakin keras terdengar.

"Leng Xuemei! Jika kau ingin mati, tidak akan ada yang menahanmu. Tapi tinggalkan pusaka itu!" salah seorang pendekar dari kerumunan mengaum marah saat menyadari bahwa sang Dewi Bunga Persik sedang melangkah menuju ajalnya menggunakan kakinya sendiri. Menyita fokus para pendekar yang tengah bergelut dengan kelopak bunga kembali pada sang gadis.

"Leng Xuemei! Berhenti disana!" masing-masing dari mereka berteriak panik saat mereka mulai mengabaikan kelopak-kelopak itu dan bergegas menuju tebing.

Saat Qiao Zhixue berbalik, pemandangan inilah yang dia lihat. Sekumpulan makhluk serakah yang bahkan tidak takut kematian dan menyusulnya terjun ke Tebing Halilintar. Senyumnya terkembang dari waktu ke waktu. Semakin manis, tapi memiliki pesona haus darah yang kental. Harus diakui, bahkan pada saat detik terakhir menjelang ajal menjemputnya, dia masih tampak sangat mempesona. Seperti siluman rubah.

"Xue'er!"

Senyum Qiao Zhixue membeku sesaat sebelum dia menutup mata. Hanya segelintir orang saja yang tahu nama aslinya di dunia persilatan. Sayangnya, orang itu datang terlambat.[]

[ Saya akan sangat menghargai jika kalian berkenan menekan tombol bintang (like) di halaman ini setelah membaca. Mari saling mendukung:)

Salam, rie ]

𝐁𝐨𝐨𝐤 𝟏 : 𝐏𝐡𝐨𝐞𝐧𝐢𝐱 𝐀𝐬𝐡𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang