Aku Mau Nikah, Mas...

1 1 0
                                    

Pagi ini dirasakan begitu menyesakkan oleh Aini

"Apa yang salah denganku? Kenapa aku begitu meragukannya?" gumamnya dalam hati...

Peristiwa yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya, sangat mengganggu pikiran gadis manis itu belakangan ini sampai fajar yang cerah merekah dipandanginya dengan murung.

Peristiwa tiga hari yang lalu saat ia mendengar pernyataan seorang lelaki yang katanya telah lama memendam perasaan terhadapnya, hal yang tak pernah ia sangka akan terjadi pada gadis kampung yang sering jadi bahan ledekan teman-teman di kampus tempatnya kuliah.

Namanya Rizal, kakak tingkat semester 7 akhir jurusan tafsir hadits yang juga mondok di Ponpes Al-Muttakin dekat kampus.

Ia menyatakan perasaannya bukan semata meminta Aini menjadi pacarnya , akan tetapi dengan sangat tegas ia meminta Aini untuk menjadi pendampingnya.

Keberaniannya itu membuat Aini kagum, namun ia masih harus meminta petunjuk kepada Allah tentang keputusan apa yang harus ia ambil.
-----

"Sudah lama ya nunggunya?" terdengar suara yang tak asing bagi Aini saat ia sedang duduk di depan teras masjid kampus.

"Enggak, aku tadi juga sholat dulu, Mas... Gimana kabarnya?" jawabnya yang juga gantian bertanya.

"Alhamdulillah luar biasa" jawab lelaki berkacamata itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Aini memang sengaja meminta bertemu dengannya, karena mereka lama tidak bertemu sebab lelaki itu mulai sibuk dengan skripsinya.

Akhsan Nur Ra'afa namanya, Aini mengenalnya sejak memutuskan untuk kuliah di kota Gudeg, dia yang membantu Aini saat ospek, mencari kos, dan kadang Aini merasa terlalu merepotkan dia yang bukan anggota keluarga atau temannya. Akhsan hanya sebatas anak dari teman lama bapak Aini saat masih bekerja di Jakarta.

"Kuliahmu lancar, Dik?" tanya lelaki itu, Aini mengangguk dengan raut muka cemberut.

"Aku tidak ahli menebak, sudah ceritalah..." coleteh Akhsan dengan sok pekanya.

"Aku mau nikah, Mas" ucap Aini spontan sampai Akhsan terkejut.

"Nikah???" dia bertanya dengan ekspresi wajah yang belum pernah Aini lihat sebelumnya.

Aini tertawa melihatnya.

"Biasa aja kali, Mas. Iya aku mau nikah, mau alias ingin, semua orang juga pasti mau nikah. Hayo... mungkin kamu aja yang ga mau nikah?"

"Hush... lagian kamu bercandanya garing. Kenapa kok tiba-tiba ngomong gitu?" Akhsan menarik napas panjang.

Aini terdiam sesaat... tujuannya bertemu dengan Akhsan sebenarnya ada maksud lain, dia ingin bercerita tentang Rizal kepadanya, namun dia mengurungkan niat itu.

"Nggak... Cuma bercanda, kamu tu terlalu serius..." jawab Aini.

Mereka lalu saling bercerita tentang hal-hal yang mereka alami masing-masing selama kurang lebih tiga bulan tidak bertemu.

Lalu ketika jam digital di masjid menunjukkan waktu adzan ashar kurang lima menit, Akhsan pamit untuk wudhu dan adzan.

Dia memang sholeh, dia bersedia untuk bertemu jika hanya di masjid kampus atau di masjid Ponpes A-Muttakin.

Yang membuat Aini kagum dengannya adalah dia seorang pekerja keras dalam segala hal yang dia lakukan. Dia mengajar les privat, berjualan es di depan masjid kampus, dan menyempatkan mengajar ngaji di masjid itu juga.

Aini teringat saat pertama kali bertemu dengan dia adalah saat sedang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri di kampusnya sekarang.

Saat itu ia menghampiri bapaknya yang sedang berbincang dengan Akhsan. Aini sangat malu sebenarnya saat diperkenalkan kepada Akhsan yang tidak menerima jabatan tangan darinya melainkan malah menangkupkan kedua tangannya ke dada, Aini sangat malu bila mengingat hal itu.

Suara Akhsan terdengar merdu mengumandangkan lantunan syair Ilahi memanggil hamba-hamba-Nya yang tengah sibuk dengan urusan duniawi.

Setelah selesai adzan, dia sempatkan sholat rawatib dua rakaat, lalu melaksanakan sholat ashar berjamaah setelah mengumandangkan iqamah.

Selesai sholat Akhsan menyandarkan tubuhnya di dinding masjid, lelah menghampirinya akhir-akhir ini.

Drrrt...drrt...drrt... hapenya bergetar menandakan ada pesan masuk, dan dia segera membukanya.

Terlihat nama Aini tertera di layar hapenya.

Mas... terima kasih untuk
hari ini, maaf aku langsung pulang. Assalamualaikum..

Akhsan hanya tersenyum dan membalas pesan tadi dengan jawaban salam.
-----

Salam kenal dari Aini, Akhsan, dan Rizal... 🤗

Yang TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang