SRIKANDI (Wanita Gagah Pemberani) (9)

6 0 0
                                    

Aku Srikandi, sering di juluki seorang wanita pemberani, pemanah sejati tapi gagal menjadi seorang pemanah hati. Ya, aku Srikandi, Srikandi patah hati. Arjuna-ku sudah memperistri Gadis lain, hingga pada akhirnya harus mencintai sendiri. Busur panah itu mendarat tepat sasaran, hewan kaki empat bernama kan kancil, berhasil aku takluki.

"Hey, nona Srikandi, berhentilah sejenak."

"Pangeran Bagaspati, kau ... kenapa kau bisa ada disini?" Aku terperanjat, kala beradu pandang dengan pemuda yang tengah menunggangi kuda tersebut. Dia hanya melempariku senyum manisnya, kemudian turun dari kuda. "Aku sangat menyukai gaya memanahmu."

"Benarkah? Terimakasih!"

Pemuda gagah itu kemudian mengangguk pelan. "Kancil, untuk apa Dewi Srikandi memanahnya?"

Aku menggaruk kepala yang tak gatal, setengah kebingungan bagaimana caranya menanggapi pertanyaan yang Putra Raja itu layangkan. "Kancil itu ... kancil itu sangat lezat, makanya aku memanahnya."

"Lezat? Benarkah?"

"Pangeran, bukankah Pangeran sering kali memakannya?" Aku berusaha menggigit bibir bawah, kala sang Prajurit mengingatkan Tuan mudanya. Belakangan ini, sikap Pangeran Bagaspati memang aneh. Logikanya tuh gini, jikalau dia merasa penasaran dengan rasa daging kancil, mengapa dia tidak meminta pada Sang pelayan untuk memasaknya? Bukankah dia seorang Putra Raja yang begitu di agungkan saat berada di kerajaan?

"Kau pulanglah lebih dahulu. Aku hanya ingin berdua dengan Dewi Srikandi." Terlihat jelas, wajah pangeran Bagaspati berubah menjadi merah padam. Entah kenapa, dia seringkali menggodaku, tapi sayangnya aku malah menunggu Pria lain yang telah beristri.

"Dewi Srikandi."

"Panggil saja aku Sri, pangeran."

"Ah sudahlah, lagi pula sebentar lagi kau akan menjadi permaisuriku." Tanpa merespon ucapannya, justru aku beranjak menuju anak kancil yang telah tergeletak karena ulahku. Ukuran badannya lumayan besar dan menurutku ini sangat cukup untuk makan besar bersama warga desa. "Mbak Sri, aku harap ini kali terakhir kau memanah hewan liar di hutan ini."

"Baik pangeran."

"Kau sama sekali tidak marah padaku?"

Aku menggeleng cepat. "Aku tau ini salah, tapi ini adalah caraku untuk berbagi. Tak setiap warga desa bisa makan dengan nikmat, bahkan ada juga yang berpuasa yang tak pasti kapan berbukanya.” 

"Tetap saja mereka itu hewan liar tanpa salah. Kalau begitu, aku berjanji akan memberi tau Ayahanda agar lebih mensejahterakan rakyatnya. Kau tenanglah Sri."

"Itu ide bagus Pangeran."


•||•


Tidak seperti biasanya aku pergi untuk memanah, melainkan datang ke kerajaan pangeran Bagaspati sesuai dengan permintaan beliau. Katanya, hari ini dia ingin menunaikan keinginan Ayahanda untuk membagikan beberapa bantuan kepada setiap rakyat yang membutuhkan. “Mbak Sri, boleh tidak jika aku jatuh cinta padamu?”

“Jatuh cinta itu fitrah manusia pangeran, jika seandainya pangeran cinta pada saya itu tidak salah, tapi saya ini hanya rakyat jelata.” Enteng sekali memang aku mengucapkannya, pemuda yang tengah duduk di kursi sebelahku itu lantas kembali memancing topik pembicaraan serupa.
“Hanya rakyat jelata? Tapi tanpa sadar kamu sudah menjadi seorang pendekar wanita hebat yang pernah aku temui. Wanita pemberani yang sering kali memotivasi. Srikandi, apakah kau bersedia jika aku peristri?”

Bukannya menjawab pertanyaan dari pangeran Bagaspati, aku malah lebih dahulu menertawai ajakan konyolnya, lagi pula aku bukanlah tipikal orang yang mencintai lewat pangkatnya saja, tapi mencintai setulus hati, jiwa dan raga. Dia terlalu muda di mataku, cara berpikirnya masih awam, walaupun dia anak tetua Raja. “Umur pangeran berapa?”

“Dua puluh tiga.”

“Sedangkan saya dua puluh sembilan. Bukannya saya berniat menceramahi pangeran, tapi ada baiknya jika pangeran mencari yang lebih muda dari saya.”

“Ayolah Sri, wajahmu tak terlihat begitu tua, kita adalah pasangan yang serasi.”

“Pangeran, ada seorang Pria bertopeng yang menghalangi jalan kita.” Sontak saja, percakapanku dan Pangeran Bagaspati terhenti setelahnya. Mulanya pemuda itu melarangku untuk turun, tapi tak mungkin aku biarkan saja jika aku masih bisa membantunya.
Panahan pertamaku awalnya melesat hingga mengenai pohon pinus di seberang, tapi panahan kedua, mengenai tepat di dada. Ku lihat kondisi Pangeran Bagaspati yang begitu memprihatinkan, bahunya tergores pedang hingga darahnya bercucuran.

“Apakah ini alasanmu tidak ingin menerimaku, Sri?”

“Untuk detik ini, tolong pangeran jangan membahas hal yang bukan-bukan, kami harus mengobati lukamu.”

“Tapi itu kenyataannya Sri, jika kamu seorang pemanah hebat, maka kamu memerlukan perisai sebagai pelindung.”


Ku anggap kemarin lalu adalah pertemuan terakhir diantara kami, Aku dan pangeran Bagaspati karena, sudah dipastikan kedua orang tuanya tidak akan pernah mengizinkan sang putra tetua untuk ikut lagi bersamaku. “Srikandi patah hati.”

Aku langsung menoleh setelah mendengar ucapan Ibuku, beliau tampak bahagia setelah mengetahui anaknya patah hati karena pangeran Arjuna. Bukannya tak memperdulikan perasaan Pangeran Bagaspati, tapi entah kenapa aku rasa takdirku adalah sang Arjuna. “Ibu, kenapa harus memanggil Srikandi seperti itu?”

Terlebih dahulu wanita paruh baya itu terkekeh pelan. “Arjuna tak akan pernah menjadi milikmu Sri, kenapa malah menolak cinta dari Pangeran Bagaspati?”

“Dia, dia masih terlalu labil. Sedangkan Sri ... Sri menginginkan yang lebih dewasa Bu.”

“Yang muda belum tentu tidak bisa membimbing. Salahkan saja hatimu yang tidak ingin membuka kunci, agar nama pangeran Arjuna lekas pergi.”

“Srikandi lupa dimana menyimpan kuncinya Bu, soalnya hati ini sudah di gembok hanya untuk pangeran Arjun.”


•||•

Kabar duka sudah terdengar hampir di seluruh penjuru Negeri, kabar mengenai Istri pangeran Arjuna yang lebih dahulu di jemput kembali oleh Ilahi. Sungguh, aku tidak egois karena pangeran Arjuna yang kembali seperti semula, aku pun ikut merasa kehilangan karena menurut kabar yang beredar Istri pertama Sang Arjuna telah lama menderita sakit yang cukup parah. Terlihat kanjeng Ratu menenangkan sang putra agar tak berlarut dalam duka, bahkan Pangeran Arjuna jatuh sakit karena frustasi atas kepergian sang Istri. Apakah sebegitu cintanya beliau pada mendiang Istrinya?

Untuk yang terakhir kali pun, beliau masih diantar ke pemakaman dengan hormat. Itulah mengapa aku sangat ingin menjadi seorang pemimpin, agar jasanya tak pernah di lupakan oleh rakyat melainkan selalu di ingat. Mulai saat ini bukan hanya seorang laki-laki yang berhak menjadi seorang pemimpin, tapi seorang wanita juga bisa, karena tak setiap wanita bisa di pandang lemah, tak semua wanita mempunyai watak cengeng, karena wanita juga bisa menjadi seorang yang kuat bahkan lebih kuat dari baja. Sebagaimana hadist Rasulullah ; “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinnya ....”

Hadis riwayat Muslim di atas adalah fondasiku agar bisa menjadi wanita gagah pemberani yang tidak harus menunggu campur tangan laki-laki, siapapun dia, dia sudah terlahir menjadi pemimpin, mau tua atau muda sekalipun, kelak dia akan menjadi seorang pemimpin.

Pasca tiga bulan kepergian sang Istri, entah apa yang merasuki pangeran Arjuna, beliau datang dengan niat ingin meminang. Jujur saja, aku sangat bahagia akhirnya cinta ini bisa berjalan sesuai harapku juga. “Srikandi, wanita gagah pemberani. Bolehkah aku, pangeran Arjuna memperistri?” 

Sebelum menjawab, terlebih dahulu aku menatap ke arah kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu tampak bahagia bahkan tanpa ragu mengangguk iya.

“Apa yang membuat pangeran begitu yakin ingin menjadiku sebagai istri?”

“Tak perlu meragukan lagi, karena aku merasa kita sehati.”

“Pangeran Arjuna mencintaiku?”

“Tentu, aku mencintaimu dan ingin menjadikan sebagai pelengkap separuh agamaku.”

“Deal, kita nikah!”

Sebagai pertanda setuju, aku menjabat tangannya kemudian tersenyum begitu pula dengan pangeran Arjuna yang juga tak segan membalas senyumanku. Aku Srikandi, tapi jangan lagi menjulukiku sebagai Srikandi patah hati, karena sekarang aku juga berperan sebagai Srikandi penakluk hati. Arjuna pada akhirnya hanya untuk Srikandi, saling menyempurnakan karena kami lahir serba kekurangan.

“Srikandi patah hati.”

Aku tersedak kala pangeran Arjuna berucap demikian. “Ibu ... kok dibilang sih?!”

“Bukan Ibumu yang bilang, tapi saya hanya mencoba menebak. Selain hobimu memanah kancil, ternyata kamu juga hobi memanah hatiku,” rayunya.

“Selain berwibawa menjadi seorang pemimpin, ternyata kanda juga jagoan kalau soal cinta.”



Bio Narasi :

Sepenggal kisah halu yang saya harapkan bisa memberi manfaat.
Arkandi (Arjuna-Srikandi)




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan c e r p e n ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang