-
)
-Alvean di makamkan keesokan harinya, di hari ulang tahunnya. Pemakaman berlangsung hikmat di barengi isak pilu tak rela dari orang yang turut hadir. Apakah ini pemakaman impian Alvean?, Saat semua orang ikut mengantarnya ke rumah terakhir?, Mungkin saja.
Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulut Alvian sejak adiknya pergi dini hari lalu. Hanya air matanya saja yang keluar lalu di usap dengan tangannya, begitu saja yang ia lakukan sejak beberapa jam lalu. Matanya melihat, melihat semuanya.
Melihat saat saat paling menyakitkan dari semua rasa sakit yang adiknya rasakan,
Melihat senyuman terakhir dari adiknya,
Melihat bagaimana jiwa itu meninggalkan tubuhnya.
Melihat wajah damai adiknya saat sudah pergi tuk selamanya.
Melihat tangis Bunda dan Ayah yang selalu berada di samping adiknya.
Melihat adiknya yang di bersihkan, di balut dengan kain kafan dan di dishalatkan.
Melihat Bunda dan Ayah yang membisikan kata kata terakhir.
Melihat tangis Ayah saat mengadzani putra bungsunya sebelum berangkat ke peristirahatan terakhirnya.
Melihat jenazah adiknya yang di angkat dan di masukan ke liang lahat.
Dan yang terakhir melihat adiknya yang hilang saat tanah itu mengubur semuanya.
Adiknya benar benar tidur, walau lupa mengatakan jika ingin tidur tuk selamanya.
Bolehkah ia menyesal?, Bolehkah ia marah?, Bolehkah ia tak terima?, Ia pantas melakukannya bukan?, Bagaimana juga mereka salah karena tak memberitahunya dari awal. Andai saja ia tahu lebih awal. Andai saja.
Mungkin saat itu ia bisa menepati semua janjinya. Ia bisa terus berusaha mengukir senyum untuk adiknya. Ia akan membuat banyak kenangan untuk adiknya. Ia pasti akan...
Percuma,
Mau itu tahu lebih awal maupun akhir, ia tetap tak bisa membuat adiknya untuk hidup lebih lama.
Orang yang membuat banyak kenangan untuknya kini menjadi salah satu bagian dari kenangan itu.
' Ve ada disini. ' tulisan yang ia temukan di pintu kamarnya,
Gitar hitam polos milik adiknya, yang sama sekali belum pernah di mainkan olehnya.
Sepatu bola yang belum pernah di pakai.
Pertandingan bola yang tak diikuti oleh adiknya.
Dan sebuah surat kecil dari adiknya.
Buat: Bunda
Hai makhluk tuhan paling cantik??, Kalo Vean beneran pergi maaf yaa. Maaf juga udah sembunyiin penyakit Vean dari Bunda. Bunda kalo mau marah boleh kok, tapi kasian nanti Bunda ngga bisa jewer aku lagi.
Bunda tau ngga?, Bang Alvian kemarin ajak aku ketemu janda bareng Ayah. Tapi Bunda jangan marah ya, aku ngga ngapa ngapain kok, cuma ikut ngopi aja sama mereka.
Oh iya Bund, Vean udah jadi malaikatnya Bunda belum?, Bunda inget ngga dulu cita cita Vean pas masih kecil?, Vean kan mau banget jadi malaikatnya Bunda, trus bang Vian jadi pelindungnya Bunda. Agak iri sih dulu, tapi ya mau gimana lagi, kan keinginan Bunda, ya harus aku lakuin.
Makasih buat seumur hidup aku bund. Makasih udah pernah kasih aku kesempatan buat lahir di dunia dan bertemu bidadari secantik Bunda. Makasih udah sabar ngadepin tiga laki laki abnormal kaya kita. Nanti kalo di surga Vean bakal bilang semua kebaikan dan kesabaran Bunda. Makasih sebanyak banyaknya ratu di keluarga Arkansa. Vean harap Bunda akan tetap jadi Bunda yang Vean kenal.
Maaf surat ini agak kekanakan, soalnya aku belum pinter rangkai kata.
Dari: Alvean.
Buat: Alvian, besok aja pake Abang.
Kita LDR-an nih?, Wihh kece.
Lo marah ya?, Maaf gue emang suka bikin lo marah. Tapi jujur kali ini ngga ada niatan dari gue buat lo marah. Gue cuma mau kita have fun bareng, tapi ya gitu. Pas lagi parah parahnya malah kita musuhan. Gue minta maaf ya?, Itu ada kalung kulit kerang dari gue buat hadiah ulangtahun lo.Cuma segitu si, sebenernya gue ogah nulis ini buat lo. Tapi ya biar ngga di cap adik durhaka aja bang.
Ikhlasin gue ya?
Dah wibu.
Dari: Alvean titisan Levi
Terdapat tiga tetes air mata di ujung surat, membuat tangis dari air mata lain membasahi sisi lain surat.
Selamat tinggal Alvean, semua rasa sakitmu sudah hilang.
Tamat.
Hii
Sudah tamat!!!! Kan ku bilang pendek cuma satu pekan kaya judulnya, walau harinya kecepatan sih, hehehe
Udah gitu aja ╰(⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)╯
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu pekan
Short StoryHanya satu pekan sisa waktu Alvean untuk hidup menurut prediksi dokter. Dengan sisa waktu yang ada, ia ingin membuat kenangan indah dan membahagiakan semua orang yang ia sayang. Namun, sanggupkah di akhir nanti ia meninggalkan semuanya? "Kalo gue p...