"Aku ga butuh kamu! Pergi kamu dari rumah aku!" Clarissa membentak Abraham dengan penuh emosi, menatapnya dengan wajah garang. Ia membenci laki-laki di hadapannya ini.
"Cha, kamu ga bisa gini, kamu harus tau aku disana ga ngapa-ngapain-
"Ga ada! Pokoknya kamu pergi dari sini! Jangan mentang-mentang kamu laki-laki pilihan papa aku terus kamu bisa seenaknya, ya! Dikira aku ga bisa hidup tanpa kamu?!" Clarissa menunjuk-nunjuk wajah Abraham dengan tatapan sengitnya, Abraham mengambil telunjuk Clarisa itu.
"Cha, kamu ga bisa gini Cha, Gideon butuh aku, butuh seorang papa.."
Abraham memohon sambil memelas menatap Clarissa yang masih melihatnya dengan tatapan sengit. Cih, ia benci sekali melihat itu!
"Jangan berani-berani ya kamu sebut sebut anak aku!" Clarissa membentak Abraham tepat di wajah pria itu.
"Dia itu cuma anak aku, anak aku!" Clarissa menekan dua kata itu.
"Dia ga butuh kamu, sama sekali ga butuh! Dia cuma butuh aku, mamanya yang ngelahirin dia seorang diri tanpa ada sosok papa di sampingnya! Kamu bajingan tau gak?! Aku mau muntah liat kamu!"
"Cha, diomongin baik-baik lagi, jangan kayak gini Cha, ini cuma emosi sesaat-
"Emosi sesaat?! Gila apa kamu, ya?! Pas aku hamil kamu jarang temenin aku di rumah, jarang ngasih kabar kalau lagi dinas ke luar padahal WA kamu on terus, heh asal kamu tau, ya, aku tuh punya banyak uang buat bayar orang untuk mata-matain kamu, dan mereka semua bilang kalau kamu tuh suka keluar sama cewek-cewek yang beda tiap harinya, kamu tuh punya harga diri ga sih jadi laki-laki sebenarnya? Hah? Punya gak, sih?!"
Clarisa meneriaki Abraham, Abraham hanya menerima itu semua dengan tatapan nanar. Sosok perwira yang ada pada dirinya lenyap seketika. Ia tak memiliki harga diri lagi di mata Clarisa.
"Dan lebih parah lagi, pas aku lahiran, kamu dimana?! Kamu ga ada di samping aku! Emang laki-laki modelan kayak kamu cuma mau bikinnya doang, ga mau tanggung jawab! Malu kali kamu tuh jadi polisi tapi kelakuan ga jauh beda dari penjahat kelamin!"
"Cha, omongan kamu keterlaluan!" Abraham yang sudah tak tahan lagi dengan ucapan Clarissa pun membentak balik Clarissa, membuat Clarissa sampai mundur mendengar bentakan keras itu. Seumur hidup Clarissa, ia baru ini mendapat bentakan.
"Aku gak kayak yang kamu pikirkan Cha, kamu salah paham, kamu ga ngerti-
"Iya emang aku ga paham, aku ga ngerti,"
Clarissa menyeka air matanya yang jatuh di pipi setelah tadi ia dibentak dengan kasar oleh Abraham. Ia terkejut akan bentakan itu.
"Udah sekarang kamu tinggalin aja aku sama Gideon, aku mau fokus urus dia, lagian juga kalau aku cerai dari kamu, toh kamu bisa leluasa buat main sama cewek-cewek kamu, kan? Gih, sana, aku lepasin kamu, tenang aja, aku ga minta harta gono-gini kok, lagian kamu punya apa emangnya?"
Sebuah kalimat yang menampar bolak-balik pipi Abraham, terlihat Clarissa sudah tak menangis, ia mengangkat tinggi-tinggi dagunya, memandang remeh Abraham.
"Gideon bisa sekolah tinggi tanpa kamu kali, aku yang akan nyekolahin dia, mau kemana aja akan aku support, gaji kamu cukup emang?"
Ya, Abraham pun menyadari jika gajinya sebagai seorang polisi bahkan tak ada apa-apanya dibanding Clarissa yang bahkan sudah memiliki ribuan karyawan dari berbagai cabang di Indonesia dan beberapa di luar negeri.
"Diam, kan?"
Clarissa memandang sinis Abraham.
"Oh ya satu lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISSA (On hold)
Ficção Adolescente21+ (ADULT ROMANCE) Follow akun ini terlebih dahulu biar part nya gak hilang ON HOLD (Lagi menyelesaikan story sebelah : Not for you) Clarissa Geraldine, seorang wanita karir yang sukses, mampu mendirikan perusahannya sendiri di usia yang sangat m...