Sedari tadi Taeyong terus memandangi handpone nya, ia bolak balik mengecek pesan namun tak satupun balasan yang ia dapat dari y/n. Ia bahkan menggigit jarinya memikirkan apa yang terjadi pada y/n dan keputusan apa yang ia ambil.
"Kau belum pulang lee taeyong-ssi? Ah aku baru menyadari sesuatu, ternyata marga kita sama bukankah itu menarik?"
Tanya yoora yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan taeyong. Yang ditanya hanya mengedarkan pandangan nya tak tertarik dengan pertanyaan yang di lontarkan wanita di depan nya itu.
"Kau memikirkan apa? Y/n? Jeno? Atau kemungkinan terburuk yang akan kau dapat saat jeno tau kalau kau sahabat baiknya sekaligus menjadi saudara tirinya?"
Taeyong mendecih, ia melonggarkan dasinya. Taeyong juga mencondongkan tubuhnya pada yoora, hembusan nafas mereka sekarang beradu satu sama lain. Berbeda dengan taeyong, pipi yoora kini berubah warna merona. Dengan segan ia memundurkan dirinya namun tertahan saat Taeyong mencekal pinggangnya dan membuat yoora semakin dekat dengan nya.
"Jika aku menemui kemungkinan terburuk ku apa itu mempengaruhi mu nona? Aku tak sepenting itu untuk mendapat pertanyaan seperti tadi"
Yoora terdiam, ia memfokuskan pada taeyong yang terlihat sangat dingin sekarang. Rahang tegasnya terlihat jelas, bak gigi yang beradu menahan kekesalan membuatnya seperti itu.
"Kau lancang taeyong-ah"
Ucap yoora dengan gemetar, Taeyong yang menyadari itu dengan cepat menjauhi yoora. Ia mengusap rambutnya kebelakang sambil mengigit ujung bibirnya. Tampan, itu yang di pikirkan yoora sekarang. Bahkan taeyong terlihat sangat sempurna untuk nya, ia sebentar berpikir alangkah beruntungnya y/n di cintai dua pria yang sangat luar biasa itu.
"Aku harus pulang"
Setelah itu taeyong menyambar handpone nya dan keluar dari ruangan meninggalkan yoora.
"Jika saja dia bukan saudara tiriku maka aku akan membuatnya tertarik padaku."
___________________________________
"Teh hangat cocok di nikmati sore hari jeno-ah, minumlah!"
Jeno tersenyum sambil mengambil alih gelas berisikan teh itu dari tangan y/n.
"Terimakasih"
Y/n mengangguk lalu duduk di samping jeno, tidak ada percakapan setelah itu. Namun kemudian jeno mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya.
"Ini adalah hadiah pernikahan mu dariku, aku baru sempat memberikan ini padaku y/n-ah maafkan aku"
Mata y/n berbinar, di tangan jeno kini tergantung seuntai kalung indah namun terlihat sederhana itu. Dengan ragu y/n menyentuh kalung itu .
"Indah, kau punya selera yang bagus jeno-ssi"
Jeno tertawa ia kemudian memasangkan nya di leher y/n
"Bahkan sangat terlihat cantik saat kau yang mengenakan nya."
"Terimakasih jeno-ah, aku sangat bahagia"
Ucap y/n dengan senyum manis, jeno tertegun. Ia merasa jatuh cinta berkali kali pada wanita yang dulu ia sia siakan itu.
"Aku sudah memikirkan nya dan aku akan memberi tau mu apa keputusan ku jeno-ah"
Jeno meneguk ludahnya sesaat dengan tercekat, ia mengepalkan tangan nya namun tangan istrinya itu kembali meraihnya dan menggenggam nya.
"Aku memilihmu, aku akan memulai semuanya dari awal. Aku akan belajar mencintaimu, memperlakukan mu seperti seorang suami yang aku inginkan dan aku hargai kedatangan nya."
Ucapan y/n belum bisa jeno cerna, ia masih terdiam sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Ia harap ini bukan hanya mimpi atau angan semata. Ingin rasanya jeno melompat atau mungkin menampar pipinya sendiri untuk memastikan jika semua yang ia dengan dari y/n bukan mimpi.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Be Yours
FanfictionLee jeno dan Lee y/n yang akan membuat cerita baru kali ini, tentang cinta yang tidak di sengaja tumbuh.