Senin di pagi hari, Vanara turun dengan tergesa, karena upacara hari senin akan diadakan. Ia menyapa ke tiga kakaknya yang berada di meja makan. Ia benar-benar tak sempat untuk makan bersama ke tiga kakaknya. Namun ternyata Joshua telah menyiapkan bekal di meja makan untuk adiknya. Tanpa basa-basi Vanara langsung memasukan bekal itu ke dalam tas nya.
"Ayo sama kakak, jangan sama dua abang mu ini, lama."
Vanara mengangguk, dan segera bergegas menuju motor Joshua. Kali ini Joshua tidak memakai mobil kesayangan nya, sebab mobil nya harus butuh perawatan khusus di bengkel.
Namun dibalik Vanara dan Joshua yang sudah berangkat terlebih dahulu, ada Hema sedari pagi sangat misuh untuk mengantar sang adik. Bahkan laki-laki itu siap siaga dengan pakaian favorit nya, jaket bermotif harimau dan tak lupa topi nya yang menutupi hampir seluruh kepala nya.
"Plis lah kak, aku yang anter aja Vanara. Kaka berangkat duluan aja, daripada telat, nanti murid-murid kaka pada ngikutin ajaran guru nya lagi."
"Gak ya Hema, kamu naik motor kayak orang kesetanan. Vanara telat bangun, pasti dia gak sempet makan. Kalau kamu yang bawa motor, bisa-bisa muntah adik kamu."
Hema mendecak kesal, ia padahal membawa motor biasa saja, baginya. Namun menurut abang dan adik-adiknya, Hema kalau sedang mengendarai motor seperti orang yang dikejar rentenir, semua polisi tidur ia hantam tanpa rem.
"Tolong banget ya bang, tolong interopeksi diri, tau gak kenapa lo dapet SIM nya paling lama?" Hema terlihat berfikir, karena gemas Vino mendecak kearah abang nya" Gitu aja gak tau, semua polisi tidur lo hantem! makanya pas tes lo gagal mulu, yaiyalah! bawa motor kayak dikejar setan, ya pihak sana wajar lah ngegagalin lo mulu!"
Hema mengangguk polos, ia benar-benar mengingat dimana dirinya selalu gagal dalam tes berkendara. Bahkan saat terakhir, petugas disana sempat berkata 'santai aja mas bawa motornya, pacar mas gak bakal di pepet orang kok, lagian jodoh juga ditangan tuhan' Hema malah cengengesan saat petugas berkata seperti itu. Tapi, dari 14 bersaudara itu, Hema adalah orang yang paling cepat jika diminta jemput. Orang itu akan standby 20 menit sebelum waktu menjemput nya.
"Pulang mau sama kakak, atau di jemput Hema?" tanya Joshua pada Vanara yang tengah sibuk melepaskan helm nya.
Joshua yang terlihat gemas mencoba membantu sang adik melepaskan helm tersebut.
"Siapa aja, lagian aku mau piket dulu."
"Yaudah sama kaka aja, tapi kaka ada rapat bentar, kamu tunggu depan ruang guru aja ya."
Vanara mengangguk. Ia langsung melambaikan tangan kepada Joshua, dan berlari menuju kelas nya. Karena upacara akan segera dimulai.
***
"Belum pulang?"
Vanara menoleh ke arah pintu, ia tersenyum ramah ke orang tersebut. Orang itu masuk dan duduk di kursi guru, dan mengeluarkan susu kotak ke atas meja.
"Piket dulu, baru pulang, lo sendiri? kenapa belum pulang?"
Laki-laki itu hanya mengindikkan bahu nya, ia tengah asik menyeruput minuman kotak itu.
"Lo punya mulut loh Rama, lo kenapa belum pulang? gak takut dicariin nyokap?"
Yang dipanggil Rama hanya terkekeh, ia mengubah posisi duduknya dan menatap Vanara lekat. Rama adalah teman masa MPLS nya Vanara. Sejak menginjakkan kaki pertama kali di SMA, Rama lah yang selalu mengajaknya kenalan. Bahkan Rama selalu mengikuti kemana pergi nya Vanara, kecuali toilet.
"Nungguin lo, lagian yang lain udah pada pulang. Lo malah piket sendirian, yang lain gak pada bantu emang?"
"Mereka ada yang dari pagi sampai siang, dan sore yang kebagian gue sama satu lagi. Cuman satu lagi gak masuk, sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Fanfiction[SVT UNIVERSE] "Rumah itu memang ramai, namun hanya satu orang yang merasakan kesepian." Dimata orang dia sangat beruntung, namun yang sebenarnya terjadi ia sama sekali tak merasa seperti itu. Hidup bersama 13 orang kakak laki-laki nya memang tidak...