Hema menceritakan kejadian tadi sore di mall. Sabian cukup emosi kepada Hema, kalau saja Sakha tidak ada disini, Sabian sudah memukul kepala nya Hema. Sabian tidak mengerti kenapa Hema tak pernah peka dengan sifat adiknya. Kalau Hema tau sifat adiknya begitu, kenapa Hema tidak berbuat yang baik, kenapa malah membuat Vanara semakin jauh?
"Gue jadi Vanara pasti gebukin lo si bang. Ada aja akal lo kayak gitu."
Vino menangguk setuju kepada Mahesa. Sabian yang masih diam sembari menggendong anaknya yang tertidur dipangkuan nya.
"Gue bingung mau minta maaf nya gimana, biasa gue beliin album. Tapi perkataan terakhir dia lumayan bikin gue juga sakit dengernya."
"Gak sebanding sama apa yang lo ucapin bang" bela Vino.
"Kalian semua harus paham sifat baru yang Vanara ciptain. Mungkin karena kejadian itu, Vanara belum bisa terbiasa. Karena biasa nya ada mamah dan papah yang selalu support disetiap waktu nya. Mas juga belum bisa jadi pengganti mamah dan papah dengan baik. Masih banyak salah nya sama kalian semua."
"Kita semua punya jalan masing-masing buat kedepan. Dan gak akan bisa terus-terusan jagain Vanara 24jam. Kalau masih ada mama dan papah, mereka yang menjaga Vanara."
"Tapi karena mereka gak ada, kita jadi sosok pengganti nya. Vanara masih butuh sosok kasih sayang kedua orang tua, dan itu yang harus kita ciptain buat dia."
Penjelasan Sabian cukup dimengerti buat adik-adiknya. Saat kedua orang tua mereka harus pergi ke panggilan tuhan. Kini mereka lah yang harus mati-matian mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan adik bungsu nya yang masih sekolah. Walaupun kedua orang tua mereka masih dibilang cukup dalam perekonomian, bukan berarti harus minta kepada orang tua mereka. Harus merasakan pahitnya juga dalam mencari uang.
Dari situlah semua abangnya Vanara harus pergi keluar rumah. Ada yang menetap di apartemen dekat kantor nya, ada yang memilih untuk kost karena jarak yang ditempuh tidak memakan banyak waktu. Beberapa alasan nya pasti seperti itu.
Makanya Vanara sekarang hanya seorang diri di rumah besar ini. Paling bibi yang membersihkan datang dan setelah selesai semua ia pulang. Dan sesekali Vanara hanya menunggu giliran siapa yang datang ke rumah untuk menginap.
"Kamu harus minta maaf, Hema. Kita semua gak mau kan? Kinara semakin menjauh karena hal yang bikin dia ngejauh? mas gak mau itu."
Hema mengangguk, "Hema hari ini nginep sini, besok mumpung libur."
"Mas harap kamu bisa baikkan sama Ana. Mas mau balik dulu, kasian Sakha gak nyenyak tidurnya."
"Mahesa juga deh, bang anterin dong.."
"Iya, sekalian tolong bawain tas nya Sakha."
***
Hari ini, hari sabtu. Vanara libur sekolah. Niatnya hari ini Kinara akan bermain piano seharian di ruang musik keluarga. Tapi diurungkan, karena melihat Hema yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Abang buatin sarapan, kamu makan dulu, abang udah makan tadi."
Vanara berbalik arah ke meja makan. Ia memakan nasi goreng buatan Hema, walau dingin, nasi goreng buatan Hema tetaplah yang terbaik.
Vanara canggung ingin bertanya kemana Vino. Ia memilih untuk menelfon sang kakaknya itu.
"kenapa?"
"Abang dimana?"
"Lagi jogging, kamu baru bangun?"
"Iya, baru."
"Bentar lagi abang pulang, nitip apa?"
"Gak usah, aku udah makan."
"Yaudah abang otw rumah ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA
Fanfiction[SVT UNIVERSE] "Rumah itu memang ramai, namun hanya satu orang yang merasakan kesepian." Dimata orang dia sangat beruntung, namun yang sebenarnya terjadi ia sama sekali tak merasa seperti itu. Hidup bersama 13 orang kakak laki-laki nya memang tidak...