4. Another Fall

471 46 15
                                    

Hi! I'm back to continue this story. Aku tidak pernah bosan untuk mengatakan terima kasih untuk teman-teman yang menyempatkan baca cerita ini, apalagi meninggalkan jejak di vote dan komentar, serta terima kasih juga untuk teman-teman yang memberi kritik serta saran yang mendukung agar ceritaku semakin baik.

Oh ya, di part ini aku juga sudah mencantumkan casts untuk tokoh-tokoh di cerita ini, plus aku juga menambahkan mulmed untuk cast Joe.

I'll back to continue this story with another point of view.

So, check this story out!

------***-------

Author's POV

Araifa masih menatap kosong ponsel miliknya, sudah hampir setengah jam setelah ia membalas pesan milik Joe tapi ia masih belum mendapatkan balasan. Akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi acara menunggunya dan memutuskan untuk tidur.

Satu jam setelah ia menaruh ponselnya di nakas tapi mata Araifa belum terpejam juga. Kata-kata dari Joe terus terngiang di otaknya, terus memutar seolah ia masih belum puas membaca pesan tersebut. Joe menyukai seseorang. Dan hal tersebut membuatnya gusar, cemas, dan otaknya tidak dapat berkoordinasi dengan baik. Begitu banyak pertanyaan di otaknya mengenai siapa yang Joe sukai, bagaimana Joe bisa menyukai orang tersebut, seperti apa orang yang Joe sukai, dan masih banyak lagi. Bodohnya lagi, setengah dari hatinya meneriakkan dan bertanya apakah orang tersebut adalah dirinya. Araifa kembali mencoba untuk memejamkan matanya tapi sayangnya tak bisa, pikirannya terlalu dipenuhi oleh sangkaan mengenai seseorang yang telah membuat seorang Arandy Johari jatuh hati.

Dapatkah ia mengira bahwa itu adalah dirinya? Toh, ia sendiri sadar, dalam jangka waktu dua bulan ini, Araifa adalah orang yang paling dekat dengan Joe. Bisa saja kan gadis yang ia bicarakan itu adalah dirinya? Tapi tentu saja ia menyangkal, ia tidak boleh terlalu besar kepala, ia sendiri belum tahu tipe gadis yang Joe sukai itu seperti apa, yang mungkin jauh dari sosoknya, dan pikiran-pikiran itu membuat kepalanya pusing.

Bunyi dentingan pesan terdengar di telinga Araifa. Tanpa ragu, ia terburu-buru mengambil ponsel di nakas yang tepat ada di sebelah ranjangnya. Wajahnya terlihat kecewa dan ia kembali menaruh ponselnya di nakas. Pesan dari operator, yang tentu saja mengganggu siapapun di tengah malam seperti ini. Mengapa Joe harus mengatakan bahwa ia ingin bercerita, lalu mengatakan bahwa ia sedang jatuh cinta jika pada ujungnya ia tidak membalas pesan balasan dari Araifa?

Araifa kembali melirik jam dinding yang menggantung pada dinding kamarnya, sungguh, mengapa seorang Arandy Johari rela membuatnya begadang seperti ini?

-***-

Araifa Putri

Siapa?

Joe kembali membaca pesan balasan dari Araifa. Haruskah ia mengatakannya sekarang? Ia tahu, semuanya adalah keinginannya sendiri untuk mengatakan pada Araifa, ia yakin benar bahwa Araifa adalah orang yang benar-benar bisa dipercaya untuk menjaga perasaannya ini. Namun, di saat satu langkah lagi ia bisa menyatakannya, mendadak ia ragu. Ia takut untuk mengungkapkannya.

Ia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengambil gitarnya dan bernyanyi untuk meluapkan apa yang ada di pikirannya. Ia tidak peduli dengan teriakan ibunya di luar yang beberapa kali meneriakinya untuk tidur. Ia tidak menyangka perasaan semacam ini bisa menyita waktunya. Sebenarnya ada perasaan sedikit tidak tega karena tidak membalas pesan Araifa, namun mengingat waktu sekarang sudah menjelang pukul sebelas dan mungkin saja Araifa sudah tidur, ia memilih menutup lagi semuanya yang ingin ia ungkapkan. Lain waktu saja, menurutnya. Yang pasti ia yakin, tidak lama lagi, perasaannya yang sudah mulai tertumpuk itu tidak mungkin bisa disimpan terlalu lama, dan ia akan mengungkapkannya. Meski bukan malam ini.

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang