10. The Distance

239 17 5
                                    

HALO~~~~~

Setelah sekitar tiga bulan menghilang, akhirnya nongol lagi. Wihihi, terima kasih untuk para readers yang masih mau menunggu cerita yang hampir aja ngambang. Karena jujur, Authornya susah sekali untuk menemukan waktu lengang buat nulis.

Dan, terima kasih lagi, begitu buka viewersnya udah di atas 3k. I never expect it before hehehehe. Since I still not an expert, still a newbie, buat dapat viewers segitu itu, udah bersyukur banget.

Masih banyak yang kangen Araifa sama Joe kan? So, now, daripada kelamaan dan aku malah curhat yang gak jelas, check the story out! (Don't forget leave your vote and comments!)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan gue pengen lo tahu, kalau orang yang lo suka, gak akan pernah suka sama lo, sekeras apa pun lo berusaha. Dan gue saranin mulai sekarang lo harus lupain dia. 

Kalimat itu masih terdengar begitu jelas di telinga Araifa bahkan setelah satu jam berlalu, setelah hujan yang membasahi tubuhnya perlahan menghilang, dan setelah untuk kesekian kalinya gadis itu menyangkal kenyataan yang harus ia hadapi.

Kenyataannya, Joe, lelaki yang ia sukai secara diam-diam semenjak kurang lebih enam bulan yang lalu itu, mengetahui perasaannya. Dan bukan akhir yang indah seperti di film atau cerita yang pernah ia dengar, nyatanya lelaki itu memintanya untuk membuang perasaannya jauh-jauh.

Ada banyak pikiran di kepala Araifa sekarang, yang tentu saja membuatnya enggan pulang. Pertama, dari mana Joe tahu kalau Araifa menyukai seseorang--yang tersirat jelas bahwa orang itu adalah Arandy Johari? Kedua, benarkah Joe benar-benar tahu bahwa Araifa memang menyukainya? Atau dia justru salah paham dengan orang lain? Ketiga, mengapa lelaki itu begitu marah padanya? Apa hak seorang Arandy Johari untuk melarang Araifa untuk menyukai seseorang? Joe hanya temannya, sahabatnya, dan mengapa lelaki itu begitu lancang untuk melarang Araifa dalam menyukai seseorang yang gadis itu sukai? Dan yang terakhir, mengapa tadi ia begitu bungkam? Tidak bicara sepatah kata pun dan membiarkan lelaki itu pergi seolah menang dan membiarkannya di sini terpuruk diam seolah kalah.

Suara dehaman membuat Araifa terkesiap dan dengan segera melihat ke arloji di pergelangan tangan kirinya. Ia tersadar bahwa ia sudah terlalu lama berada di sini dan betapa sepinya taman ini. Dengan segera ia melangkah pergi, berusaha tak berpikir lebih dalam soal siapa yang tadi berdeham. Tapi langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya, 

"Aifa?" 

Araifa menoleh dan mendapati Yoga tengah berdiri di hadapannya sambil menenteng gitar akustik kesayangannya. 

"Hai, Ga," sapa Araifa dengan kikuk. Yoga menatap gadis itu heran, "Lo belum balik? Lo abis ngapain, kenapa baju lo basah gitu? Kehujanan?" Araifa hanya menanggapinya dengan canggung, enggan berkata apa-apa, setidaknya satu yang ia syukuri sekarang;hari ini hari Sabtu dan ia memakai seragam pramuka, jadi, not to bad lah buat kehujanan dengan seragam itu.

Dengan cepat Yoga bergerak dan memakaikan jaket miliknya ke tubuh Araifa. 

"Lo balik sama siapa? Gue kira lo balik bareng Joe." 

Jangan sebut nama itu, minimalnya untuk satu minggu ke depan atau setelah hatinya sudah cukup membaik, ucap Araifa dalam hati. 

"Gue balik sendiri, tadinya mau balik, eh hujan jadi basah deh," ucap Araifa asal, mencoba menguatkan alibinya bahwa ia tadi tidak sedang menjadi drama queen yang basah-basahan di tengah hujan di suatu taman seperti yang ada di film-film. 

HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang