Part 2

5.3K 231 18
                                    

PDF ready ya. Ada paket murah sama Obsession, diskon 13rb. Yang udah beli Obsession juga dapat harga murah. Di karya karsa juga udah ready promo, tapi harga tetep beda ya

Buruan yang pgn baca. Promo cuma sampai tanggal 31 Oktober Lo.

Happy reading

________****________

"Mama."

Airin terbangun oleh suara lirih putrinya. Wanita yang tertidur sambil duduk itu sedikit kaget karena bermimpi buruk. Ia segera menetralkan rasa kagetnya dan menatap sang putri yang saat ini tergolek di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus di tubuhnya.

"Sayang, udah lama bangun?" Tanya Airin sambil mengusap lembut rambut Naya, putrinya. Gadis kecil malang yang mengalami kebocoran jantung sejak kecil. Dan karena keterbatasan dana, sampai sekarang putrinya belum mendapatkan penanganan yang maksimal.

"Ma, Naya bosen di sini, Kapan kita bisa pulang?"

Airin ingin menangis mendengar pertanyaan putrinya. Namun ia sekuat tenaga menahannya agar Naya tidak semakin sedih.

"Sebentar lagi sayang. Kata dokter kalau Naya maemnya udah banyak, nanti boleh pulang. Naya ngerti kan?"

Kanaya mengangguk. Kata kakek, Naya harus menurut sama Mama supaya Mama nggak sedih. Jadi apapun yang di katakan ibunya, Naya harus menurut.

"Kakek nggak ke sini Ma?"

"Nanti sayang. Ini masih pagi. Nanti agak siangan pasti kakek dateng."

Naya mengangguk kemudian menatap intens ibunya yang kini mengelus rambutnya.

"Ma, Naya mau sekolah lagi ya setelah ini. Naya bosen di rumah terus."

"Naya yakin? Kan Naya sering di ejekin sama teman-teman. Nanti kalau Naya sakit lagi gimana?"

"Nggak kok Ma. Mereka semua kemarin minta dateng ke sini buat minta maaf pas Mama kerja. Katanya mereka nggak akan nakal lagi sama Naya. Jadi Naya setelah ini mau sekolah lagi Ma."

Airin membelai rambut putrinya penuh kasih sayang dan tersenyum hangat. Sejujurnya ia sangat iba pada Naya. Gadis itu itu sakit-sakitan dan sering di ejek temannya karena tidak memiliki ayah. Namun begitu, Naya tidak putus asa dan masih bersemangat sekolah.

"Oke, Mama setuju. Tapi Naya harus janji. Kalau ada apa-apa, Naya langsung bilang sama Mama. Naya jangan bersedih sendiri. Janji?"

"Janji Mama. Naya nggak mau sedih lagi kok."

"Pinter anak Mama. Setelah kakek datang nanti, Mama kerja dulu ya. Naya nurut sama kakek."

"Iya Ma. Naya mau bobok sebentar Ma. Naya ngantuk soalnya udah bangun dari tadi."

"Iya sayang."

Naya menutup matanya karena terlihat sangat mengantuk. Airin membelai rambut putrinya dan menatap sedih pada sang anak. Selain tidak memiliki ayah, Naya juga harus mengalami kebocoran jantung. Selama ini, putrinya itu selalu mengkonsumsi obat-obatan.

Biaya untuk pengobatan Naya cukup besar. Bahkan Airin dan ayahnya sudah menjual rumah mereka dan kini membeli rumah yang lebih kecil di kota. Mereka tinggal di Jakarta agar akses ke rumah sakit tempat Naya di rawat lebih dekat.

Kata orang rumah sakit di sini memiliki dokter jantung yang sangat handal. Jadi sekitar satu bulan yang lalu, Airin memindahkan Naya ke rumah sakit ini. Dan Airin sekarang sedang memutar otaknya karena pekerjaannya sebagai pelayan restoran tidak mungkin cukup untuk membiayai pengobatan putrinya.

Gaji pensiunan sang ayah juga di gunakan untuk keperluan mereka sehari-hari. Jadi untuk melakukan operasi jantung pada Naya, Airin masih kebingungan. Sementara dokter menyarankan Naya agar segera di operasi agar bisa sembuh total.

Bukannya tidak ingin Naya sembuh, tapi Airin kebingungan dari mana mendapatkan uang untuk biaya operasi. Sedangkan ia baru beberapa bulan bekerja di restoran itu. Tidak mungkin ia mengajukan pinjaman pada bos nya. Pasti di tolak mentah-mentah. Dari pada malu, Airin memilih mengurungkan niatnya.

Airin meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Ia memencet tombol kontak dan menggeser ke bawah hingga kontak seseorang terpampang di layar ponselnya. Ia berhenti sejenak. Tangannya ingin memencet tombol nama itu, namun ia ragu. Benarkah pilihannya benar? Atau pilihan itu akan menjadi penyesalannya seumur hidup?

**

Airin turun dari taksi yang membawanya ke tempat asing ini. Setelah membayar taksi, ia menatap gedung tinggi di hadapannya. Gedung tersebut mirip sebuah hotel berbintang lima. Siapa sangka tempat itu menjadi tempat bertransaksi dan berkumpulnya para pelaku bisnis terlarang.

Menepis semua keraguannya, Airin menarik napas panjang lalu melangkah menuju tempat dimana ia memiliki janji temu dengan salah satu temannya. Belum bisa di sebut teman sebenarnya, karena ia baru mengenal pria gemulai itu dua bulan yang lalu. Pria itu adalah pelanggan tetap di restoran tempatnya bekerja.

Melihat Airin yang bekerja sambil ling lung dan terkadang tidak fokus, Dena, nama pria gemulai itu terlihat kasihan padanya. Mereka terkadang berbincang ketika Airin mendapatkan jam istirahat. Dan Dena secara terang-terangan mengaku berprofesi sebagai mucikari. Untuk memenuhi kebutuhan hidup katanya.

Dan Airin tidak menyangka, hari ini ia akan meminta tolong pada Dena untuk mencarikan pelanggan untuknya. Otak Airin sudah buntu. Ia tidak bisa berpikir apa-apa jika di hadapkan dengan keselamatan putrinya. Naya harus segera di operasi agar penyakitnya tidak semakin parah. Dan jalan satu-satunya yang ada di otak Airin hanyalah ini. Setidaknya ia tidak mengemis-ngemis pada siapapun.

Seorang ajudan membukakan pintu untuk Airin. Ia segera di antarkan ke ruangan milik Dena. Airin sedikit ragu saat pria berbadan kekar itu menyuruhnya masuk. Namun karena percaya pada Dena, Airin akhirnya masuk ke dalam.

"Hello Airin, Eike kira you nggak jadi dateng." Dena berjalan gemulai menghampiri Airin. Mereka ber cipika-cipiki kemudian Dena menyuruh Airin duduk di sofa ruangannya.

Dena mengikuti Airin duduk kemudian menyalakan rokoknya dengan gaya khas gemulainya. Ia menatap ramah pada Airin.

"Airin, you yakin mau terjun ke bidang ini. Bisnis ini meskipun menjanjikan juga cukup berbahaya Airin. You wanita baik-baik, sebaiknya you pikirkan lagi."

Mendengar itu Airin menghela napas berat. Ia tidak ingin ragu dengan keputusannya. Semakin ia mengulur waktu, keselamatan Naya semakin terancam. Dan ia tidak ingin kehilangan Naya selama masih bisa di usahakan. Malam ini putrinya di rumah sakit bersama sang kakek. Airin ijin pada ayahnya untuk bekerja lembur supaya bos nya mau memberikan pinjaman. Dan sang ayah sangat mempercayainya. Airin benar-benar merasa sangat bersalah.

"Aku tidak bisa mengulur waktu lagi. Putriku harus segera dioperasi. Aku sudah lama menundanya karena terkendala biaya. Dan sekarang kondisinya semakin tidak baik. Naya harus segera mendapatkan penanganan, makanya aku tidak punya pilihan lain."

Mendengar itu Dena menghela napas berat. Ia mematikan rokoknya dan menatap intens pada Airin.

"Baiklah, Eike akan bantu you. Malam ini Eike kebetulan dapet pesenan VIP. Dia nggak masalah perawan atau tidak. Yang penting bersih. Jadi Eike ngajuin you, dan dia langsung setuju."

Airin mengangguk kecil meski ia tidak bersemangat sama sekali. Ia menekankan sekali lagi, ini demi Naya. Apapun akan ia lakukan demi putrinya.

"Dan lagi, bonus bagi you. Pelanggan Eike kali ini sangat tampan dan kaya raya. Jadi you nggak boleh ngecewain dia sedikitpun. You harus bisa memuaskan dia apapun keinginannya. You ngerti?"

Airin mengangguk mantab. Ia tahu setelah ini pasti akan sangat menyesali perbuatannya. Tapi demi Naya, meskipun harus terjun ke lautan sekalipun, Airin akan melakukannya.

Remember Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang