Part 4

5.1K 213 15
                                    

PDF ready tersedia juga di aplikasi karya karsa. Sepaket sama Obsession ada diskon ya, khusus yang beli di aku

Airin melenguh kala mendapati sinar matahari mengenai matanya. Hanya sedikit, tapi cukup membuat Airin silau. Matanya menatap lamat-lamat pada tempat ia tidur sekarang. Dan ketika menyadari ini bukan kamarnya, Airin segera terduduk dan menetralkan rasa kagetnya.

Ingatan-ingatan memalukan itu singgah di otaknya. Bagaimana ia dan Devano semalam bercinta dengan liar di berbagai sudut kamar. Pria itu menggeramkan namanya berkali-kali dan terlihat sangat puas setelahnya.

Mengingat bagaimana ia dulu sering tidur dengan Devano, Airin tidak kesulitan melayani pria itu semalam. Ia hafal betul gaya bercinta favorit Devano dan bagaimana cara membuat pria itu puas semalaman.

Airin melilitkan selimut ke tubuhnya. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Ternyata Devano sudah pergi. Baguslah, jadi tidak ada suasana canggung di antara mereka.

Saat Airin mengucek matanya, netranya fokus pada secarik kertas di atas nakas. Airin meraihnya dan seketika matanya melotot menyadari itu adalah cek dengan nominal sangat besar.

Tiga ratus juta.

Airin meraih selembar kertas di sebelahnya dan benar saja. Ada catatan yang di tinggalkan Devano untuknya.

Pelayananmu sangat memuaskan. Itu bonus yang aku janjikan. Aku akan menghubungimu lagi jika aku ingin. Dan tidak ada penolakan.

Airin menatap datar pada kertas pesan itu. Devano pikir setelah menerima uang untuk operasi Naya Airin mau melacur lagi, jangan harap. Airin tidak sudi. Apalagi lelaki itu adalah Devano, Airin benar-benar tidak ingin ada urusan lagi dengan pria itu.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Airin segera bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan mandi. Setelah segar, ia segera meninggalkan hotel itu untuk mencairkan cek dan membayar biaya rumah sakit. Masalah bayaran dari Dena, ia urus belakangan karena uang dari Devano sudah bisa untuk membiayai operasi putrinya.

**

Devano menghempaskan tubuhnya ke kursi ruang kerjanya. Setelah melakukan operasi jantung selama 3 jam, akhirnya operasi berjalan lancar dan sukses. Tubuhnya sangat lelah, apalagi semalaman ia lembur dengan pelacur bernama Airin itu.

Devano sangat heran, kata Dena Airin perempuan baik-baik meski ia sudah tidak perawan lagi. Mana ada seperti itu. Dan lagi, semalam Airin terlihat sangat ahli memanjakannya. Wanita itu tahu betul seleranya ketika bercinta dan sangat mahir memuaskannya. Mereka bercinta selamaman hingga menjelang pagi.

Cukup menguras tenaga menurut Devano karena jam 6 ia mendapatkan panggilan operasi dadakan dari pasien VIP. Akibatnya sekarang ia jadi kurang istirahat.

Saat matanya terpejam, bayangan Airin yang bergerak di atas tubuhnya semalam tiba-tiba hinggap di otaknya. Bagaimana wanita itu memberikan blow job padanya, dan bagaimana wanita itu mendesahkan namanya ketika Devano menghujamnya dengan cepat di bawah guyuran air shower yang hangat. Wajah Airin yang menikmati gerakannya seolah tidak asing. Apa ia pernah tidur dengan wanita itu sebelum ingatannya hilang? Tapi kenapa Airin tidak mengatakannya?

Sejauh ini, ia sudah banyak bermain-main dengan wanita. Tapi hanya bersama dengan Airin semalaman, ia seolah ingin terus mengulanginya lagi. Padahal selama ini Devano jarang tidur dengan wanita yang sama. Ia selalu meminta wanita yang bersih pada Dena agar tidak terkena penyakit kelamin.

Di tengah lamunannya, ponsel miliknya berdering dengan keras. Suara ringtone yang ia pasang khusus untuk seseorang membuat senyum seketika terkembang di wajahnya. Rasa lelah sehabis operasi langsung hilang begitu ia mengangkat panggilan video yang menampilkan wajah tunangannya yang cantik di seberang sana.

Eliza, gadis cantik itu tersenyum begitu sang tunangan mengangkat panggilan videonya.

"Hai sayang, kau tampak sangat lelah,"

Melihat tunangannya yang sangat cantik dan perhatian, seketika hati Devano menghangat. Ia memang sering bermain api di belakang Eliza, tapi percayalah, cinta Devano hanya untuk Eliza seorang.

"Hari ini ada operasi dadakan, dan lumayan sulit. Tapi its okey, semua berjalan lancar. Setelah ini aku mau istirahat. Kamu sendiri, gimana kerjaan kamu, nggak ada masalah kan? Kamu nggak dapet pelanggan yang rewel lagi kan? Kayak ibu Susi yang waktu itu kamu ceritain."

Eliza tersenyum kecil mendengar pertanyaan Devano. Beberapa hari yang lalu ia memang mendapat klien ribet yang cukup menguji kesabarannya.

"Nggak, hari ini kerjaan aku lancar banget. Pesanan baju pesta membludak dari para istri pejabat. Ada salah satu anak menteri yang menikah secara besar-besaran. Jadi mereka semua sudah mengajukan pesanan dari sekarang. Ya Tuhaaan, padahal pestanya masih dua bulan lagi."

Devano terkekeh mendengar keluh kesah Eliza. Pekerjaan tunangannya sebagai perancang busana ternama memang tidak di ragukan lagi. Bahkan Eliza di nobatkan sebagai salah satu wanita muda tanah air yang sukses berkarir di usianya yang masih 25 tahun. Itu menjadi kebanggaan tersendiri untuk Devano.

"Oh ya, hari ini pulang kerja jam berapa? Biar aku jemput,"

"Nggak usah sayang. Aku akan ke butik kain sekarang juga untuk memilih bahan. Aku harus pilih sendiri kainnya karena ini pesanan VIP. Lagi pula ada Rasya, aku sudah membayarnya tiap bulan, jadi kamu nggak perlu repot."

Eliza menahan tawa melihat reaksi Devano. Sudah jadi rahasia mereka berdua kalau Devano sering cemburu pada Rasya, sopir Eliza yang satu tahun lebih tua dari Devano. Karena wajah Rasya lumayan tampan, Devano tidak suka Eliza selalu di sopiri Rasya. Padahal Rasya sudah mengabdi pada kedua orang tua Eliza semenjak lelaki itu masih remaja.

"Kau harus jaga jarak dari sopirmu itu. Aku tidak suka."

"Kau sudah mengatakan itu ribuan kali. Dan aku tidak lupa, aku belum pikun sayang. Baiklah, aku harus berangkat sekarang. Aku tidak mau pesananku terbengkalai. Kau jaga diri. Love you Dev."

"Love you to El."

Ketika Eliza mematikan panggilannya, wajah Devano mengeras seketika. Ia benci membayangkan Eliza seharian bersama sopirnya itu. Bukan takut karena kalah tampan, tidak sama sekali. Lelaki lusuh itu tidak pantas dibandingkan dengannya.

Tapi Devano sangat takut. Pemuda itu terlihat baik dan tulus. Sangat berbeda dengan dirinya yang bajingan. Devano takut Eliza tahu kelakuannya selama ini dan mengakhiri hubungan mereka. Devano tidak bisa menerima itu karena ia harus melalui perjuangan panjang untuk mendapatkan hati Eliza. Ia takut Eliza berpaling darinya dan memilih sopirnya itu. Kecemburuan yang sebetulnya tidak masuk akal. Tapi mengingat bagaimana dulu ia begitu susah payah mendapatkan Eliza, Devano harus waspada pada siapapun pria di sekitar Eliza, tunangan yang sangat ia cintai.

Eliza dulu juniornya di kampus meskipun beda jurusan. Banyak yang tertarik pada gadis itu karena kecantikan dan kecerdasannya. Plus, berasal dari keluarga berada. Devano harus bersusah payah menyakinkan Eliza bahwa ia bisa berkomitmen dan tidak akan bermain wanita lagi. Ia akan berubah demi cintanya pada gadis itu.

Semula Eliza menolaknya. Gadis itu takut hanya akan jadi mainan Devano seperti gadis-gadis lain. Namun seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit Devano bisa meyakinkan Eliza bahwa ia hanya mencintai Eliza seorang.

Setelah Eliza berhasil ia yakinkan, nyatanya setia itu tidaklah mudah. Eliza menganut sex after marriage, wanita itu tidak mau berhubungan seks sebelum menikah. Dan tentu saja Devano sangat keberatan. Tapi karena takut Eliza kembali meragukannya, Devano pun menyanggupinya.

Dan sekarang ia harus kucing-kucingan dengan Eliza. Sesekali ia menyewa pelacur ketika hasratnya sudah tidak terbendung. Tapi percayalah, semua itu hanya untuk menuntaskan hasrat saja. Tidak ada perasaan yang terlibat. Dan Devano berjanji dalam hatinya, ia akan berubah seratus persen jika menikah nanti. Ia akan setia pada Eliza, dan menjadikan wanita itu satu-satunya ratu dalam hidupnya.

Remember Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang