Part 7

4K 231 13
                                    

PDF ready. Tersedia juga di aplikasi karya karsa

Airin sangat gembira karena salah satu perawat kemarin mengabarinya jika Naya hari ini bisa di operasi. Kondisi Naya berangsur membaik hingga bisa memungkinkan untuk di lakukan operasi. Ia berharap, setelah ini putrinya bisa sembuh total dan bisa beraktivitas seperti anak-anak yang lain.

"Kakek, nanti sore kalau ke sini Naya mau di bawain sandwich yang ada di seberang toko kelontong. Naya pengen."

Faizal, ayah Airin yang tengah memasukkan pakaian kotor ke dalam kresek hitam menoleh menatap cucunya yang kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

"Lo, bukannya kamu udah puasa Nay, belum boleh makan sayang."

"Iya Nay. Nanti setelah di operasi dan Naya udah sembuh, Mama bakal beliin apapun yang Naya mau." Airin mengelus rambut Naya penuh kasih sayang. Sangat iba karena sedari tadi Naya terlihat kelaparan.

"Tapi Naya pengennya sekarang Ma."

"Sabar ya sayang, sebentar lagi Naya boleh makan apa aja kok."

Naya ingin menyahut, tapi suara pintu terbuka membuat gadis kecil itu tidak jadi mengeluarkan suaranya. Beberapa perawat datang untuk mengecek kondisi Naya. Setelah di lakukan pemeriksaan, Naya bisa di operasi hari ini juga.

"Tolong jangan di beri apapun ya Bu Airin. Kondisi Naya sudah sangat baik, agar bisa segera di operasi, Naya harus benar-benar puasa." Ucap salah satu perawat senior yang tadi memeriksa Naya.

"Baik Sus. Kira-kira jam berapa ya operasinya?"

"Kira-kira dua jam lagi Bu. Dan kami harus menyampaikan kabar kalau yang melakukan operasi bukan dokter Damar di karenakan beliau sedang berbelasungkawa saat ini. Ibu beliau kemarin meninggal dunia."

Wajah Airin langsung pias mendengar perkataan sang suster. Jika dokter Damar tidak bisa melakukan operasi hari ini, bagaimana nasib Naya?

"Lalu bagaimana Sus, operasi Naya bagaimana?"

"Jangan khawatir Bu. Naya tetap akan di operasi. Kebetulan yang akan menangani Naya sekarang adalah dokter Dev, direktur rumah sakit ini. Beliau terkenal sangat kompeten meskipun masih muda. Jadi ibu tidak perlu khawatir. Dokter Dev salah satu dokter jantung terbaik di rumah sakit ini."

"Benarkah Sus, syukurlah kalau begitu."

"Bu Airin banyak berdo'a saja, semoga semuanya berjalan lancar."

"Tentu Sus, terima kasih banyak."

Para suster mengangguk dan pamit meninggalkan ruangan rawat Naya. Faizal mendekati cucunya dan mengelus rambut gadis malang itu. Ia sangat iba pada cucunya. Sejak kecil tidak tahu siapa ayahnya, dan kini harus berjuang melawan penyakit mengerikan ini. Jika bisa, ia ingin menukar jantungnya dan jantung Naya. Sayangnya itu tidak mungkin, tubuhnya sudah terlalu tua.

"Kek, Naya takut." Mata Naya berkaca-kaca menatap sang kakek. Kata teman-temannya, di operasi itu sangat sakit, tubuhnya akan di belah-belah. Naya takut sekali.

"Nggak apa-apa sayang. Naya harus semangat. Rasanya nggak akan sakit kok. Setelah ini, Naya bisa sehat dan nggak sesak-sesak lagi. Naya bisa sehat kayak temen-temennya Naya."

"Bener gitu kek?"

"Mudah-mudahan sayang. Kita berdoa semoga semua berjalan dengan lancar."

"Amiin."

"Kakek pulang dulu. Mama sama Naya. Nanti kakek ke sini lagi."

"Hati-hati Yah." Airin berjalan menuju ayahnya. Ia duduk di sebelah sang ayah dan putrinya.

"Kamu juga. Jaga kesehatan. Kamu terlalu capek kayaknya. Hari ini kamu ambil libur kan?"

"Iya yah. Aku ngambil libur dua hari. Aku minta ijin untuk mengurus Naya operasi, dan bos juga sangat pengertian. Dia langsung kasih ijin."

"Alhamdulillah. Sekarang Papa pulang dulu, ngurus rumah. Kalian baik-baik di sini. Naya, nurut sama Mama ya."

"Iya kek."

Faizal keluar dari kamar inap Naya. Meniggalkan Naya dan Airin yang saat ini cemas bukan main. Meskipun dokter Damar mengatakan bahwa operasi Naya kemungkinan besar akan berhasil, namun di dalam hati, tetap saja Airin merasa sangat cemas. Ia takut, jika terjadi sesuatu pada Naya, Airin tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan yang akan ia jalani tanpa Naya.

**

Airin menunggu dengan cemas di depan ruang operasi. Naya sudah di masukkan ke ruangan itu sedari tadi, tapi Airin belum melihat dokter yang akan mengoperasi Naya. Apa jangan-jangan dokter yang satunya juga ada halangan? Ya Tuhaaan, semoga saja tidak.

Lima belas menit kemudian, dokter dan perawat yang akan mengoperasi Naya tiba. Airin segera berdiri untuk menyapa dokter itu. Meskipun wajahnya tidak jelas karena memakai masker, Airin tetap menunduk sopan ketika dokter itu melewatinya.

Mungkin karena di buru oleh jam, dokter itu hanya menunduk untuk menyapanya. Mereka semua masuk ke dalam ruang operasi Naya. Airin menjatuhkan dirinya di kursi tunggu sambil membuka maskernya. Suasana ini membuat hatinya sesak, dan memakai masker semakin memperparah rasa sesaknya.

Beberapa jam berlalu, dan para dokter itu belum keluar dari ruang operasi. Perasaan Airin tidak tenang. Tadi ayahnya menghubungi dan mengabarkan bahwa ia terjebak macet. Jadinya Airin hanya mondar-mandir sendiri karena cemas dan tidak ada yang di ajak bicara.

Airin kembali duduk di kursi tunggu dan menundukkan wajahnya. Ia mulai pasrah. Namun hatinya tetap saja merasa nyeri. Bayangan Naya tidak dapat di tolong kembali menghantuinya.

Hingga Airin tidak sadar, pintu kamar operasi terbuka dan dokter serta beberapa perawat keluar dari sana. Mereka segera membuka masker karena kelelahan. Airin yang menyadari hal itu segera berlari menuju gerombolan tenaga medis itu.

"Dokter, bagaimana keadaan putri saya?"

Sang dokter yang tadinya berbincang dengan perawat menoleh mendengar pertanyaan Airin. Dan seketika mata keduanya melotot terkejut menyadari bahwa mereka pernah bertemu.

Airin benar-benar tidak menyangka kalau Devano sekarang menjadi seorang dokter. Jadi yang tadi mengoperasi putrinya adalah Devano. Ya Tuhaaan, jadi direktur rumah sakit ini Devano. Kenapa Airin bisa ceroboh dan tidak menyadarinya.

Lalu bagaimana sekarang?

Bagaimana cara menghindari pria itu jika putrinya di rawat di sini dan di tangani langsung oleh Devano. Bagaimana jika suatu saat Devano menyadari bahwa Airin menyembunyikan hal besar darinya? Bagaimana cara agar Naya tidak di rawat langsung oleh Devano? Mereka tidak boleh sering-sering bertemu. Tidak boleh ada yang menyadari bahwa putrinya adalah anak kandung Devano. Naya hanya putrinya. Bukan putri Devano.

Remember Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang