Kepingan-kepingan salju turun dari langit menutupi bentala. Warna putih kini tengah mendominasi Jepang termasuk Yokohama yang kini mulai turun salju, sehingga jalanan mulai licin ditutupi oleh salju beberapa centimeter tebalnya. Kedua tangan diusap-usapkan pelan ke sebuah gelas berisi cokelat hangat yang dibuat.
Seorang gadis bermarga Ushigome kini tengah menatap jendela. Hatinya kini seolah sedang menunggu sesuatu. Rasanya begitu menjanggal. Tak lupa dengan kekhawatiran yang kini pun menyelimuti dada. Embun terbentuk di jendela, [Name] hanya terdiam sembari melamunkan sesuatu.
Hari itu, adalah hari pertempuran. Seperti yang dikatakan oleh orang misterius di pesan kemarin, hari itu adalah hari di mana Tenjiku dan geng asal distrik Shibuya akan melakukan sebuah ritual yang memang sering dilakukan berandalan; tawuran.
Kekhawatiran terasa, tetapi di sisi lain kemarahan pun mulai muncul. [Name] hanya bisa menggigit bibir bawahnya, kesal pada dirinya sendiri karena, sepertinya dia telah terjatuh ke permainan seorang berandalan seperti Izana. Pemuda dengan iris orchid itu semakin menghantui pikiran [Name].
Dia satu-satunya orang yang tak pernah merasa jijik dengan penampilannya, dia satu-satunya orang yang mau mengajaknya jalan-jalan tanpa harus mempermalukannya, dia satu-satunya orang yang mau melindunginya juga.
Gigitan di bibir bawah semakin kencang hingga kulit menembus dan tetesan darah mulai keluar. [Name], hanya bisa memendam kekhawatiran karena dirinya sama sekali tak mampu untuk hanya sekadar bilang pada Izana agar berhati-hati. Bagaimanapun juga, tawuran merupakan pertarungan yang besar juga, bukan? Lebih parahnya lagi, [Name] pernah mendengar mengenai korban jiwa yang ikut dengan pertempuran para berandalan itu.
Ponsel di sebelahnya sama sekali tak menunjukkan getaran atau suara yang bisa membuat [Name] berharap bahwa itu berasal dari Izana.
Ungkapan perasaan dari Izana kemarin, membuat [Name] agak terguncang. Bukan, bukan karena gusar tetapi, itu membuat [Name] menjadi... memiliki perasaan yang sama dengan Izana..
Namun apa dayanya [Name]. Hanya gadis kikuk yang sekalinya dapat pernyataan perasaan seketika mematung bagai es membeku. Di saat itu, [Name] ingin melontarkan hal sama pada Izana. Namun, keberanian yang hanya sebesar biji kol lah membuat mulut [Name] pun bagai dijahit.
Kedua kelopak mata ditutup perlahan, dengan memori yang mulai memintas bagai kaset rusak. [Name] ingin mengingat, momen-momen sebelum ia merasakan perasaan ini. Perasaan hangat yang merasa sangat senang karena dihargai.
Dimulai saat Izana tak sengaja menabrak sang gadis saat musim semi, ataupun memakan Taiyaki bersama di jam-jam sekolah hingga [Name] berakhir diceramahi ibunya karena membolos. Walau beberapa dari itu merupakan momen memalukan, tapi bagi [Name] itu semua terasa hangat saat diingat.
***
Sudah tiga hari, hujan salju tak terlalu lebat lagi. Sang gadis duduk tenang sembari membaca sebuah buku komik. Komik favoritnya dengan Izana. Komik itu sering kali membuat mereka rela membolos hanya untuk pergi membaca buku itu. Sepele, tapi itu sangat menyenangkan.
Perasaan [Name] kini lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Entahlah... [Name] sudah menyerahkannya pada Tuhan mengenai apa yang dilakukan Izana sekarang. Yang hanya bisa [Name] lakukan adalah, duduk diam di rumah sembari menunggu Izana dengan wajah babak belurnya.
Aku tahu cinta itu memang selalu datang secara tak terduga, datang tanpa diundang, tetapi mengapa harus dia? Bukankah dahulu aku pernah melontarkan hinaan secara terang-terangan padanya, menunjukkan seberapa bencinya aku ini pada orang sepertinya.
Berandalan adalah mahluk kotor bagiku. Hobinya hanya bertarung, motor, bahkan kadang-kadang selalu bersikap sok jago dan selalu menimbulkan keributan. Mengapa ada mahluk seperti mereka?
TINGTONG
Jika saja aku bisa memukul dengan benar, aku ingin sekali menghajar Izana dan mengatakan; "Bisakah kau berhenti membahayakan dirimu sendiri?!"
Aku sama sekali tak tahu, Izana benar-benar menyukaiku atau hanya dijadikan sebagai pelampiasan.
Mengapa aku mempercayai Izana?
"Oh, Kakucho."
[Name] membuka pintu rumah dan melihat sosok Kakucho di balik pintu. Dia menunduk, wajahnya bahkan tak dapat [Name] lihat, tetapi entah mengapa aura yang Kakucho keluarkan agak berbeda.
Aku sebenarnya benci dengan cinta...
[Name] menggerakan kepala ke arah belakang Kakucho berniat mencari sosok Izana. "Izana wa?"
"Ushigome-san...."
Kakucho yang semakin aneh membuat [Name] mengernyit curiga. Dirinya mulai khawatir.
Karena...
"Izana...."
Mendengar penjelasan Kakucho, pupil mata [Name] bergetar. Tangannya menggigil, tenggorkannya mulai tersendat. Tangisan Kakucho kembali pecah. [Name] memandang kakucho dengan kosong hingga gadis itu berbalik.
"Oh... terima kasih atas infonya, Kakucho....," [Name] masuk ke rumahnya. "aku jadi tidak perlu menunggu lagi..." pintu rumah pun tertutup.
Karena cinta, itu bisa membuatku begini....
Lutut [Name] lemas, tubuhnya ambruk dan mulai menangis diam.
Itu membuat, dadaku terasa ditekan saat tahu dia malah pergi...
Aku tahu semua orang akan mati, tapi....
Kenapa harus ditembak mati....?
_______________________________
TAKEAWAY---Chainsmokers
Before i love you, na, na, na (Sebelum aku mencintaimu)
I'm gonna leave you, na, na, na (Aku akan meninggalkanmu)
Before i'm someone you leave behind (Sebelum aku jadi orang yang kau tinggalkan)
I'll break your heart so you don't break mine (Aku akan menghancurkan hatimu jadi kau tidak menghancurkan hatiku)
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY ; Kurokawa Izana✓
Lãng mạn❝ semakin rajin belajar maka akan semakin kesepian..❞ Kamu hanyalah seorang penggila belajar. Satu-satunya motivasimu adalah agar mendapat teman yang banyak. Walaupun kau pintar, hari-harimu di hiasi oleh kesendirian. Hingga suatu hari seorang ketua...