Chapter 20

3.2K 351 30
                                    



**Selamat Membaca**
=====



Hal yang paling menyakitkan adalah sebuah penyesalan, menyesal telah melukai hati seseorang yang teramat dicintai. Rasa sakit nya seolah menggerogoti hati serta merusak saraf otak.

bukan hanya penyesalan tapi sedih, kecewa bahkan api cemburu yang masih berkobar begitu besar saat tau kenyataan bahwa si dia yang selama ini ia tunggu telah memiliki tambatan hati yang lain.

Itulah yang Shani rasakan saat ini, ia tau betapa dulu jahat nya ia telah mengkhianati Gracia betapa dulu ia begitu menyakiti hati gadis berhati tulus itu.

Ia begitu bodoh saat berfikir cinta Gracia hanya untuk nya, karena pada kenyataan nya Gracia nya telah memiliki seorang kekasih.

Apakah penantian Shani sia-sia (?)

Shani begitu menyadari kesalahan fatal yang pernah ia lakukan, tapi Hey kalian juga tau bahwa ia melakukan itu untuk melindungi Gracia nya.

Ia melindungi Gracia nya dengan cara nya sendiri meskipun ia tau jalan yang ia ambil sangat salah dan beresiko akan kehilangan Gracia, namun karena rasa cinta yang begitu besar Shani tetap melakukan yang menurut nya bisa menjaga keselamatan Gracia.

Shani kini duduk termenung mata nya melihat hamparan bangunan yang begitu banyak dan tertata rapi, banyak pegunungan yang masih dihiasi oleh embun pagi yang berkabut tebal.

Hatinya resah karena semalam Gracia tidak pulang kerumah, semakin resah lagi saat Shania mengatakan "kalau Gre gak pulang berarti nginap di apart nya Alexa" saat menjawab pertanyaan Shani mengapa Gracia tidak pulang malam ini.

"Apa aku sama sekali gak punya kesempatan Ge." Gumam Shani seraya menarik nafas pelan, menghirup udara pagi yang begitu segar.

"Kakak cariin ternyata kamu disini Shani." Kedatangan Shania membuat lamunan Shani harus terjeda, nanti bisa disambung lagi pikirnya.

"Kak Shania, duduk kak." Shani berdiri dari duduk nya.

"Ehh jangan berdiri Shan, ayo duduk lagi." Shania menarik sebelah tangan Shani, menuntun nya untuk duduk bersama.

Shani diam merasa canggung dengan Shania, sementara Shania menatap Shani secara intens.

"Gimana disini Shan? Apa yang kamu rasain?" Tanya Shania memecah keheningan.

"Rasanya tenang kak, swiss bener-bener indah." Jawab Shani dengan menoleh pada Shania yang kini menopang dagu nya menghadap Shani.

"Kak Shania cantik banget." Batin Shani.

"Selama ini aku penasaran yang nama nya Shani itu seperti apa orang nya." Shania menjeda kalimat nya sebentar.

"Ternyata waow, aku yakin banyak orang yang menginginkan mu." Shania tersenyum manis saat melihat pipi Shani memerah, menahan malu akan pujian Shania yang secara tak langsung mengatakan bahwa ia gadis yang cantik.

"Ciye merah, kalau di puji Gre merah gini juga gak?" Shania mencubit pipi Shani.

"Ya ampun kak Shania." Hanya itu yang bisa Shani ucapkan.

"Pertama kali tau kamu khianatin Gre, jujur aku marah sama kamu Shan."Nada yang Shania gunakan tiba-tiba datar.

Jantung Shani berdetak begitu cepat, ketakutan mulai menjalar ke seluruh tubuh nya. Gre saja belum bisa ia dapatkan kembali masa iya Shani harus kehilangan satu harapan nya lagi.

Shani berharap Shania juga bisa membantu nya untuk meluluhkan hati Gracia nanti, tapi ucapan Shania barusan membuat Shani kehilangan harapan nya.

"Maaf kak." Shani menunduk, kembali merasa bersalah.

ᴛʜᴇ ᴏɴᴇ ᴀɴᴅ ᴏɴʟʏ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang