04 - Maaf

148 13 3
                                    

Agung POV








Hari ini aku ada rapat di Bandung. Ah ini kali pertamanya aku harus tinggalkan Inggit keluar kota. Sejak kami menikah aku memang belum pernah sama sekali ke luar kota karena aku full dirumah bersama istriku.

Tapi karena ini rapat penting dan memang aku harus datang. Jadi ya aku datang.


Semoga saja istriku tidak membuat ulah selama aku titipkan dia di panti sosial. Aku sedikit tidak tega sebenarnya, tapi siapa yang mau menjaga istriku? Ayah dan ibu juga sedang ke luar kota, kakak kakaknya Inggit? Ya mereka sudah memiliki keluarga sendiri. Inggit akan menjadi nomor kesekian nantinya.





















"Maaf ya bu. Ini saya sudah bawakan alat alat menggambar sama mainan mainan yang dia suka juga" kataku sambil memberi tas yang isinya perlengkapannya Inggit "iya pak. Tidak apa apa" kata ibu pengurus panti sosial "saya cuma beberapa jam saja kok, nggak sampai satu hari" kataku "iya pak, tenang saja" kata ibu pengurus panti.












Aku mengajak Istriku keluar dari mobil, ah dia langsung ketakutan "dimana ini?" Tanyanya, tangannya sudah menunjukkan bahwa dia tidak nyaman dan takut. Ya Allah, aku harus bagaimana?








Aku membawanya ke kamar yang sudah ibu panti siapkan untuk istriku, khusus hanya untuk istriku.

Ya seketika itu juga waktu melihat sesuatu yang baru, Inggit langsung melihat lihat ruangannya tapi tidak lama dia kembali lagi padaku dan memegang erat jas yang kupakai "ayo pulang" kata Inggit, ah sepertinya dia tau kalau ini bukan dirumah "aku- aku tidak suka disini" kata Inggit. Aku melepaskan tangannya dari jas yang kupakai dan menggenggam tangannya erat "kamu hanya sebentar disini. Aku akan menjemput kamu beberapa jam lagi" ucapku, Inggit benar benar ketakutan, dia langsung pergi mencari tempat yang tidak bisa orang lihat.

Aku benar benar tidak tega kalau begini caranya. Inggit bisa trauma kalau aku paksakan begini.





































"Ah maaf, ini istri saya" kataku waktu melihat klienku yang bingung melihat istriku, istriku pun bingung karena ada ditempat yang asing "ah begitu. Baik, kita bisa langsung mulai rapatnya" kata klienku "sayang kamu duduk disini ya" ucapku lalu memberinya beberapa mainan dan buku buku yang dia suka.

Dia duduk dimeja yang berbeda agar rapat ku dengan klien ku tidak terganggu.















Pada akhirnya aku tidak jadi menitipkannya ke panti sosial. Dia terus menangis waktu aku akan meninggalkannya. Aku jadi benar benar merasa bersalah walau aku tidak jadi menitipkannya. Dia bahkan sempat bilang "jangan pergi" demi apapun aku semakin tidak tega. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk membawanya selama aku rapat.






































Author POV




















Agung melihat ke arah tempat duduk sang istri dan ya dia tidak melihat istrinya disana "kenapa pak?" Tanya Agung "sebentar" kata Agung lalu pergi ke mbak pelayan, mungkin mereka melihat Inggit "mbak, lihat istri saya? Tadi dia duduk disitu" kata Agung menunjuk ke meja nomor 7 "tadi keluar pak" kata mbak pelayan.


Agung langsung keluar dari restoran itu dan pergi untuk mencari istrinya "dia pasti belum jauh" batin Agung.
















Dan ya Agung melihat istrinya yang sedang duduk di kursi taman yang ada di trotoar jalan sambil memakan es krim yang dia ambil dari penjual yang ada di sebrang jalan "bagaimana bisa dia menyebrang sendiri" kata Agung "aku cari kemana mana. Kamu jangan pergi tanpa aku" kata Agung, tanpa rasa bersalah, Inggit menyodorkan es krimnya ke Agung "mau?" Tanya Inggit.















Agung membayar es krim yang diambil istrinya. Agung sedikit tercengang karena ternyata Inggit sudah habis 5 cup es krim berukuran besar.






























"Kalau kemana mana itu bilang, jangan main pergi" kata Agung waktu sudah mau perjalanan pulang, Agung jadi sedikit kesal dan tidak sengaja menaikkan nada bicaranya, Inggit menutup telinganya, dia benar benar takut kalau ada orang yang bicara dengan nada marah seperti itu "kalau kamu kenapa kenapa aku juga yang kena" kata Agung lagi tanpa melihat istrinya yang sudah benar benar gemetar.










"Jangan" Agung menoleh waktu tiba tiba Inggit mengucap kata itu "jangan- jangan" kata Inggit lagi sambil nutup telinganya.






Agung baru sadar kalau dia habis bicara dengan nada kemarahan ke istrinya "jangan marah- aku- aku minta maaf" kata Inggit lagi.

Agung menghentikan mobilnya dan memeluk istrinya yang sudah menangis "maaf sayang" kata Agung sambil mengelus kepala sang istri "maaf" kata Agung lagi. Inggit terus memegang erat jas yang dipakai suaminya "jangan marah" kata Inggit "tidak, aku tidak marah lagi" kata Agung lalu mencium kening istrinya.




















"Mau es krim lagi?" Tanya Agung, Inggit masih terlihat takut, dia terus memalingkan wajahnya dari suaminya "mau es krim?" Tanya Agung lagi.















Agung POV






Tadi, Inggit pergi dari restoran waktu aku masih rapat. Selesai rapat aku tidak sengaja memarahinya. Aku benar benar tidak sengaja. Demi apapun aku tidak bermaksud seperti itu.

Dia jadi takut padaku. Dia terus memalingkan wajahnya dariku, aku sudah membujuknya dengan makanan yang dia suka, es krim, mainan, buku. Ah aku benar benar merasa bersalah.

























"Semoga besok kamu bisa lupa dengan kejadian hari ini" ucapku sambil mengelus pipi istriku yang tengah tertidur, tapi sesaat setelah itu aku mendengar dia mengigau, dan wajahnya seolah memperlihatkan kalau dia sedang gelisah. "maaf sayang" ucapku lagi.

















My Autism WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang