KEMBALI KE PANGKAL

89 3 0
                                    

Terlalu banyak pendam tanpa kata
Mulut kalah sebelum berbicara
Terlalu banyak usaha bernaung terencana
Kaki, tangan, laku luput tanpa raba

Aku ingin kembali ke pangkal menua
Bermain di rahim ibu tanpa tujuan yang buat ku menghardik dunia
Aku tak peduli kehilangan timang sewaktu telanjang
Puja-puji tawa dan tangis  sewaktu kelahiran

Pesat semesta berubah berwarna-warni penuhi bumi
Segala ingin, cita dan cinta jelma bunglon mengikuti bertahan
Akankah diam itu seperti kepompong yang kala tiba masanya menetaskan kupu-kupu?
Atau serupa singa tertidur kelaparan sigap menunggu mangsa bertamu

Manusia terus meroda
Beralibi tujuan, hendak kemana?
Berputar, mengelilingi, ingin semua
Dan cita-cita tak kunjung menjadi cinta

Bekas setiap jejak berisi kesal
Angan yang indah sebatas bualan dunia nyata
Aku mau... Aku ingin... Aku normal!
Kita berteriak berjumawa

Biarlah aku kembali ke hulu
Berlari, melompat di tengah jeratan ari-ari yang tak kunjung melilit ku
Mendengar kidung renjana ibu tanpa gunjingan manusia-manusia bumi
Adakah titik terendah selain kembali ke rahim ibu?

Yang meninggi berawal merendah
Yang besar semula begitu kerdil
Kembali berarti memperbaiki tanpa amarah
Sedang pulang memperkokoh tumpuan melawan aral

Kalah dan menyerah saudara sesusuan
Aku tak ingin menjadi orang tuanya, merawat-memelihara
Mereka musuh tak bertuan
Petuah ibu kala pulang ingin anaknya menjadi kesatria

Biarlah berantakan tak terencana merusak rencana
Biarlah nilai menilai usaha tanpa nilai
Sebab kaki bukan kegilaan yang layak dipasung oleh diam
Terus berjalan, jeda adalah rumah menikmati juang

Diam tak mungkin senilai emas
Memberontak hanya berujung pelarian
Namun dongen ibu mampu membuat kita terdiam seperti emas
Dan aku tak ingin sebelum tidur ku ibu bercerita tentang singa memakan diri sendiri putu asa kelaparan.

29 Agustus 2022

RESISTENSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang