Chapter 2

585 67 0
                                    

"Sampai di sini aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sampai di sini aja. Gue capek." ucap Azizi dengan ketus lalu pergi meinggalkan Freya seorang diri.

Freya hanya tersenyum miris, sudah seminggu lamanya ia di ajari oleh Azizi Asadel, tapi sampai sekarang hubungannya dan Azizi terkesan tidak baik.

Azizi mengajarinya terkesan tidak ikhlas, meskipun begitu Freya mendapati kemajuan yang cukup bagus sampai saat ini.

Setelah merapikan barang miliknya dan bergegas pergi, tidak lupa ia mengunci ruang kelasnya. Saat tiba di gerbang, ia menangkap siluet seseorang yang ia kenali.

Seseorang yang beberapa waktu lalu memenuhi pikirnanya, bertanya-tanya apa yang terjadi padanya.

Freya berjalan ke halte bus, semakin mendekat dan ia berhenti sejenak saat menyadari Chika berada di sana sedang menangis.

Hanya ada suara tangisan sesenggukan, jalanan sangat sepi memang di area sini jarang kendaraan lewat.

"Chika?" pelan-pelan Freya memanggil namanya sambil duduk di sebelah gadis itu.

Dengan terburu-buru dan panik menyeka air matanya. Sebisa mungkin ia menatap balik Freya sambil tersenyum.

"Hai Fre, gimana hari ini? Zee gak marahin kamu kan?"

Freya terdiam sejenak menyadari perubahan suasana, "Melelahkan tapi Azizi gak pernah marah kok. Cuman jutek aja."

Chika tertawa pelan, "Zee emang gitu kok."

Freya hanya mengangguk pelan menanggapinya, "Kamu gak mau cerita sesuatu gitu?"

"About Zee?"

Freya menggeleng pelan, perlahan tangannya bergerak menyeka air mata yang masih membasahi pipi Chika menggunakan tisu.

"About you. Kenapa menangis? Ada masalah apa sebenarnya? Kamu boleh kok cerita."

Chika terdiam mencerna semuanya, ia merasa lebih tenang dan hangat dalam hatinya dengan perlakuan Freya. Sudah lama ia tidak merasa senyaman ini.

Namun secara perlahan ia menyingkirkan tangan Freya, "Maaf gue gak bisa. Bye, Freya."

Tanpa menunggu balasan Freya, Chika pergi menyebrang kesebrang jalan. Ada sebuah mobil hitam dan Chika masuk kedalam. Sekilas sebelum mobil itu pergi, Freya bisa melihat siluet pengendaranya.

Tatapan pria itu membuatnya merinding sejenak, tajam dan menusuk. Auranya terasa sangat mencekam.

"Itu ayahnya Chika bukan sih?" gumamnya berusaha mengingat wajahnya.

Tit! Tit! Tiitt!!!

Freya refleks menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya saat mendengar klakson motor yang begitu nyaring dan berisik memasuki indra pendengarannya.

"Oi! Ngapain lo diam-diam sendirian di situ?"

Freya membuka matanya dengan perlahan, mendapati seseorang menggunakan jaket kulit hitam dan helm di atas motor Ninja 250. Jika di dengar dari suaranya, Freya merasa cukup familiar?

Sandaran Untuk Menyadarkan || FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang