"Tuhan gak pernah salah, semua yang terjadi adalah takdir. Tapi percayalah takdir juga ada yang baik."
"Dan kamu yang menjadi takdirku yang baik. Terimakasih."
Gadis itu tersenyum begitu manis, membuat lawan bicaranya ikut tersenyum. Mereka lalu ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah sudah yang keberapa kali Freya sejak tadi menghembuskan nafas pasrah, sampai Jesslyn sendiri frustasi melihat temannya ini.
"Lo kayak abis diputusin pacar deh."
"Aku juga pengen berteman dengan Zee."
"Yaudah temanan sana."
"Tapi dia gak mau."
Jesslyn hanya merotasikan matanya malas. Ia menutup kasar buku tulisnya, lalu ia berdiri membuat Freya kebingungan.
Jesslyn meraih hoodie-nya yang di gantung dan melemparnya kepada Freya. "Nih, kita jalan-jalan dulu bentar yuk. Sekalian refreshing."
Freya hanya menurut, ia segera memakai hoodie milik Jesslyn dan bergegas menyusul Jesslyn.
Keduanya hanya berjalan-jalan di sekitar rumah Jesslyn, angin malam tidak begitu dingin seperti biasanya. Hanya ada lampu jalanan yang sedikit redup menjadi pencahayaan untuk mereka.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya membahas keseharian masing-masing. Sesekali keduanya tertawa ringan.
"Kamu gak takut Jes?"
"For what?"
"Emm.. Masa lalu kamu yang dulu."
Jesslyn terdiam sejenak sambil memikirkannya, mengingat kembali masa lalunya. Ia tersenyum tipis lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sebenarnya gue udah hampir sepenuhnya bersahabat dengan masa lalu gue sendiri and for now I'm not afraid anymore." balasnya di tanggapi dengan senyuman manis dari Freya.
"Syukurlah kalau begitu. Aku bangga sama kamu."
Jesslyn ikut membalas dengan senyum, "Terimakasih."
Keduanya kembali di selimuti keheningan, mereka berjalan tanpa tujuan. Entah sudah berapa rumah yang mereka lalui, tapi keduanya masih betah untuk berjalan lebih lama lagi.
Keduanya berjalan sangat jauh dari rumah Jesslyn, mereka memasuki kawasan perumahan elite, kata Jesslyn banyak orang kaya yang tinggal di sini. Freya cukup kagum dengan bentuk rumah yang mewah di sini.
"Lo tau Reva kan, Fre?" tanya Jesslyn tiba-tiba.
Freya hanya mengernyit tidak mengerti, "Gak tau, di kelas kita ada yang namanya Reva?"
"Lah katanya tadi kamu punya teman baru dari kelas IPA 2."
"Hah?" Freya terdiam mengingat kapan ia bercerita mengenai teman barunya dari kelas IPA 2. "Ah, Adel?"
"Iya maksud gue Adel. Gue sih kenalnya Reva."
"Reva?"
Jesslyn mengangguk pelan, "Reva Fidela Adel Pantjoro, itu rumahnya." Jesslyn menunjuk sebuah rumah yang begitu mewah dan besar.