Jika saja.

881 72 8
                                    

Bagi sebagian orang mungkin memiliku seorang kakak adalah hal yang di idamkan, namun bagi Seokjin memiliki saudara baginya cukup merepotkan.

Mereka akan memberikanmu perhatian yang lebih, mengenai hal-hal kecil sekalipun. Memang mereka kakak yang baik dan penuh kasih sayang, tapi terlalu berlebihan juga tidak baik kan?

Tidak boleh pulang larut, tidak boleh telat makan, tidak boleh jajan sembarangan, dan yang paling parah lagi Seokjin dilarang merokok di usianya yang menginjak 18 tahun ini.

"Hyung ga ijinin kamu ngerokok, Jin. Gak sedikit pun."

"Tapi Hyung Jin cuma nurutin penasaran doang ga bakal kecanduan, beneran," ucapnya seraya bersumpah pada Namjoon yang sedari tadi menahan sabar berbicara dengan sang adik.

"Enggak Jin. Sekali engga tetep engga."

Namjoon yang pada dasarnya tegas dan cuek hanya bisa memberi ketegasan bahwa Seokjin tidak boleh menuruti kemauan bodoh itu.

"Hyung!"

Namjoon yang sebelumnya sudah berjalan hendak pergi pun terhenti langkahnya, ia berbalik menatap Seokjin dari jarak 5 meter.

"Hyung ga perlu ngerasa bersalah soal kejadian dulu."

"Hyung udah lupain semuanya."

"Tapi Hyung berlebihan, Hyung tau kan? Jin cuma melakukan hal yang seharusnya sebagai anak ha--"

"Cukup Jin!"

Seokjin menutup mulutnya yang semula hendak melanjutkan kalimat. Bentakkan Namjoon tak mampu ia cegah.

"Gausah ungkit-ungkit itu lagi, bisa?"

"Iya maaf."

Seokjin akan selalu kalah. Ia tidak bisa menang melawan Hyungnya ini. Bisa-bisa uang jajannya akan dipotong kalau ia terus melawan.

🛐

Namjoon pikir Seokjin cukup diberi ketegasan maka anak itu akan nurut semua padanya. Nyatanya, Seokjin tetaplah seorang remaja yang penuh rasa keingintahuan. Tidak peduli kemarin ia mendapat teguran keras dari Namjoon, ia tetap melakukan apapun yang ia mau.

Seperti sekarang. Ia berada di rumah sendirian. Beberapa saat lalu Namjoon mengirimkan pesan bahwa ia akan pulang terlambat alhasil ia di rumah tanpa siapapun.

Segera ia membuka laci rahasia yang ia sembunyikan sesuatu di dalamnya.

Sebungkus rokok berwarna ungu pemberian temannya ia simpan rapi selama 1 bulan. Masih tersegel, jadi aman.

Tanpa ragu ia ambil sebatang dari dalamnya, menyiapkan pematik untuk dinyalakan. Diapitnya rokok itu diantara jari telunjuk dan tengah.

"Perdana banget sih ini."

Ia pun menyalakan api, menarik nafasnya seperti yang dikatakan teman-temannya.

"Dih. Enak juga ternyata," ucapnya setelah mengeluarkan asap dari mulutnya.

Ia pun duduk bersantay di meja belajarnya dan mulai menikmati setiap hembusan racun yang masuk ke dalam rongga dada.

"Apa yang kamu lakukan?"

Seokjin tersentak ia langsung bangun tanpa sengaja menjatuhkan puntung rokok yang tinggal setengah.

Rasa takut menyeruak kala sosok lelaki berdiri tepat dihadapannya.

"A-appa?"

Oneshoot Seokjin SicklitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang