AETERNUS - 4

55 10 0
                                    

| AETERNUS |

><

| AETERNUS 4

Jinan memacu lariannya dengan tergesa-gesa, tampilannya masih acak-acakan dengan jas dokter yang masih melekat. Seperkian menit yang lalu, dirinya dikejutkan dengan 10 panggilan suara tak terjawab dari Jemy beserta rentetan pesan yang mengatakan Archikonya kambuh di sekolah dan saat itu juga selesai ia mengecek pasiennya, dengan segera menuju sekolah Archiko.

"Abang," panggil Jemy, dia baru saja kembali dari toilet dan berpapasan dengan Jinan tepat di depan ruang UKS.

"Bagaimana dengan Koo?" tanya Jinan.

"Koo masih demam tinggi, tapi sudah Jemy beri obat milik Koo. Abang, tadi Koo juga mimisan banyak sekali," adunya dengan takut dan Jinan menenangkan dengan senyuman cowok itu, "Tidak apa-apa, kita bawa Koo biar Abang beri obat."

Di dalam, Theo nampak memegang erat tangan Archiko dengan mata yang hanya berfokus pada si bungsu.

"Theo." Theo refleks bangkit, memeluk Jinan dengan tiba-tiba lalu terisak pelan, "Abang, obati Koo supaya Koo bisa berangkat sekolah lagi. Katanya Koo suka sekolah Abang," ucapnya parau.

Jinan mengusap lembut punggung Adeknya, "Ayok kita pulang, Abang obati Koo dan Kak Theo jangan menangis lagi, berdoa buat Adek Koo cepat sembuh ya?"

Theo menghapus cepat air matanya, diikuti usapan lembut pada pucuk kepalanya oleh Jemy, "Cengeng."

"Koo, sayang, kita pulang ya? Jangan buat Abang dan Kakak khawatir." Mengecup pelan pipi Adek bungsunya dengan menahan sekeras mungkin air matanya.

"Theo, Jemy, bantu Abang bawa infuset Chiko. Biar Abang gendong bayi besar ini. Salah satu bawa tas Koo dan kotak obatnya jangan lupa." Jinan menggotong Archiko hingga ia merasakan sendiri hawa panas yang terasa memeluk punggungnya.

Jinan tidak tau apa yang harus ia jelaskan pasal kondisi si bungsu kepada Adek-Adeknya yang lain. Waktu itu ia hanya mengatakan jika Archiko pasti kelelahan sebab seperti yang teman bocah itu katakan jika Archiko terlalu aktif di sekolah. Bukan hanya bagaimana Archiko yang suka berlarian di kelas saat pelajaran kosong, namun juga kegiatan non akademik yang memang Adeknya sukai.

Archiko mengikuti ekstrakurikuler basket memang dengan keinginan besar bocah itu. Taekwondo dan juga seni lukis yang kerap bocah itu pelajari lebih dalam lagi pada sekolah menengah pertama dulu juga menjadi kesenangan tersendiri baginya.
Bagaimana bahagianya manusia lucu itu saat menunjukan bakatnya dalam melukis. Bahkan Jinan dengan bangganya memajang karya-karya keren dari bungsunya hingga terasa menghangatkan rumah mereka.

Namun tubuh Archiko yang minggu lalu sempat dikatakan sangat melemah semakin membuatnya takut akan kenyataan penyakit Adek bungsunya yang akan ia bicarakan pada Adek-Adeknya. Terlebih pada si bungsu.

Adek-Adeknya bukan tidak tau kini Archiko tengah sakit, sebab dulu saat Archiko berada di sekolah menengah pertama, Archiko sempat dinyatakan terkena demam tifoid dan sempat beberapa kali masuk rumah sakit. Namun berjalannya waktu, Archiko mulai sering mimisan, mengeluh sakit kepala bahkan mual yang berkepanjangan dan hal itu beberapa kali didiagnosa oleh Abang-Abangnya jika mungkin saja Archiko terlalu kelelahan.

Dan puncaknya di minggu kemarin, saat pagi-pagi sekali bocah itu baru saja bangun mengeluh pusing dan mual pada Jinan sampai akhirnya tidak sadarkan diri membuat yang paling tertua begitu terkejut dan dengan segera menggotong bocah itu ke rumah sakit.

Saat itu Jinan sangat terkejut, mendapatkan hasil dari rekan dokternya yang menyatakan jika Archiko positif leukemia dan dengan berjalannya waktu menunggu untuk mengetahui seberapa parah penyakit itu menyerang Archiko.

Dengan semua kerangkaian pengecekan pada minggu kemarin, hari kemarin Jinan baru mengetahui jika Archiko positif leukemia kronik, atau lebih tepatnya lymphocytic leukemia kronik. Meskipun tergolong penyakit yang perjalanannya melamban, namun tetap saja waktu demi waktu gejalanya akan merengut aktivitas Archiko. Dan Jinan belum siap akan itu.

"Peraturan selanjutnya, hanya boleh makan es krim tiga kali dalam satu bulan. Tidak bisa diganggu gugat!"

Kala itu Jinan dengan perasaan yang begitu takut, menjatuhkan peraturan yang jelas-jelas ditentang oleh Adek bungsunya bahkan Theo juga Jemy yang juga menyukai es krim. Namun melambat ia menuturi baik-baik kepada Adek-Adeknya agar menjaga jarak dari Archiko jika itu tentang minuman dingin dengan beralasan bisa saja bocah itu akan semakin sering demam. Dan ia juga memberi pengertian kepada Archiko tentang bagaimana anak itu yang perlu mengurangi sedikit mengonsumsi susu untuk digantikan dengan air putih.

Jinan jelas tau seberapa sukanya Archiko pada susu pisang, es krim dan juga permen yupi yang kerap dikirim Abang Yozhi satu karton setiap 2 minggu sekali. Memang Adek bungsunya itu penggila sejati ketiga makanan itu dan Jinan merasa jahat sekali menentang hal-hal itu.

"Abang.." panggilan lemah dibarengi dengan mata sayu yang mengerjap pelan membuat Jinan tersenyum lembut. "Mana yang sakit Koo? biar Abang obati dan besok kita sekolah lagi," ucapnya ceria. Archiko juga tidak kalah senang meski kini senyum tipisnya tertutup bibir pucat pasi.

Jinan sudah mendengar permohonan-permohonan itu dari Theo dan juga Jemy, kini sebisa mungkin ia harus membuat Archiko nyaman dengan mementingkan mental Adeknya yang harus selalu terjaga.

"Tidak sakit lagi, kan sudah diberi obat Abang banyak-banyak," jawabnya dengan lemah.

Jinan mengusap lembut kepala bocah itu, membenahi selimut sebatas perut Archiko, "Istirahat lagi sebelum Abang siapkan untuk makan malam. Kakak-Kakak sedang mandi biar bau wangi. Nanti Koo biar Abang lap saja ya? sudah sore nanti Koo kedinginan." Archiko mengangguk antusias, "Koo benci dingin." Jinan terkekeh pelan.

"Tapi Koo juga benci tiduran terus, mau duduk-duduk di kursi depan saja, nonton pororo Abang," pinta Archiko lucu membuat Jinan tak kuasa menahan kekehannya. Adeknya ini sudah besar saja masih semenggemaskan ini, bisa kalian bayangkan semenggemaskan apa masa-masa balita Archiko dulu.

"Adek Abang lucu sekali, sudah besar nontonnya pororo ya Koo?"

"Heuh!"

Sial mengapa Adek bungsunya bisa semenggemaskan ini? rasanya ingin menggigit saja pipi bulat itu yang mengembung lucu saat mengerucutkan bibirnya sebal.

"Koo kan tetap Adeknya Abang, Koo sudah besar tapi masih besaran Abang!" jelasnya dengan ekspresi sebal ala Archiko. Jinan hanya menyerah menganggukkan kepalanya, pusing karena terlanjur overdosis kegemasan Archiko.



Siapa manusia paling gemes di universe iniiiii??
Ya benar, Archiko!! Lucuuuuu bgtttt bgt bgt>°•°<

Jangan lupa like, comment and follow me:3

Vote the one you think will be the main character ;

Abang Jinan🦙

Abang Yozhi🐈

Mas Hemi🐿️

Mas Naro🐨

Kakak Jemy🐤

Kak Theo🐅

Archiko🐇


Salam,
Ifahlubana

AETERNUS || KEABADIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang