PART 6

726 33 6
                                    

INDIGO LOVE STORY : PART 6

          "Gue kasih bocoran dikit, ya... Kak Aliana bukan kakak kandung gue... gue harap lo bisa nebak ke mana arah pembicaraan nanti..." bisiknya. Sangat pelan.

***

          Ok. Jadi singkatnya. Aku harus temuin Kak Aliana buat ngebicarain sesuatu yang katanya bisa bikin aku kaget. Dan jam berapa sekarang? 3 detik lagi bel pulang akan berbunyi.

          Satu, dua, tiga

          KRIIIIIIIIING!!!

          Semua murid segera berdiri dari kursinya lalu melangkah menjauhi kelas ini yang sebenarnya mereka anggap neraka. Semua berdiri kecuali aku. Terlalu takut untuk melihat Kak Aliana karena sudah sekian kali ia mengabaikanku dan sekarang ngajak ketemuan di...

          Rumahku.

          Wow.

          "Hai..." akh. Suara ini.

          "Eh... kak... hai, kak... mau berangkat sekarang?" tanyaku gelagapan.

          "Iya... yuk!"

          Kami pun berjalan beriringan menuju ke luar sekolah, tepatnya tempat paskir. Dan, lebih buruk lagi motorku di sebelah motornya. Oh. Ok. Jadi kutetapkan hari ini hari sialku. Walau pun aku gak tau alasan pastinya.

          Dalam perjalanan, tak satu pun dari kami yang mau untuk mengawali percakapan, hingga akhirnya sampailah kami di depan rumahku. My sweet home.

          Setelah aku dan Kak Aliana telah memarkir motor, dengan setengah berlari aku segera menuju pintu dan mempersilahkan Kak Aliana masuk duluan. Ah. Itu ibu. Dia ngintip lagi. Sebenarnya apa sih yang ingin dilihatnya. Semoga saja Kak Aliana tidak mengetahui kelakuan ibuku yang tengah menguntitnya.

          Sesampainya kami di dalam kamarku, suasana sama heningnya dengan di perjalanan tadi.

          "Hem... Kak, ada yang mau diomongin, kan?" tanyaku berusaha sesopan mungkin.

          "Oh, hem... iya... tapi, gak tau mau mulai dari mana, nih..." jawabnya sambil menggaruk-garuk belakang lehernya.

          "Mulai dari awal, dong, kak... tentang kemarin emangnya?" tanyaku.

          "Gak tau juga, sih... ada hubungannya sama kemarin atau enggak... tapi, kuharap kamu gak terlalu histeris gimana gitu..." ujarnya sambil menatapku.

          "Enggak, lah, kak..." ujarku.

          "Ok... pembicaraan kita ini serius banget, loh... periksa agar pintu kamu sudah dikunci..." tiba-tiba atmosfer berubah menjadi hawa-hawa misterius.

          "Ha! Kuncinya ilang, kak... gak bakalan ada yang masuk, kok!" sambarku sambil nyengir-nyengir aneh.

          "Oh, ok... jadi, kamu udah tau, kan, tentang aku dari Mei... jadi—"

          "KAKAK!!!" tiba-tiba Emie masuk tanpa permisi dengan wajah berseri-seri.

          Krik, krik, krik...

          Satu menit, dua menit, semua masih di tempat...

          "Hem... hem..." Kak Aliana berdehem sambil mengusap-usap wajahnya.

          "Eh, kakak bawa temen, ya? Maaf, deh... hehehe... bye!" ujar Emie sambil segera menutup pintu dengan cepat.

          "Hehehe... maaf, kak! Itu adikku..." kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

          "Ya, aku tau... nah, sekarang apa yang akan kita pakai untuk mengganjal pintumu?" tanya Kak Aliana sambil menerawang seluruh penjuru kamarku.

          "Ah! Tunggu sebentar!" pekikku sambil beranjak dari dudukku dan kemudian berjalan menuju meja kecil di dekat kasur yang sangat-sangat dan sangat tidak berguna apa-apa dan kemudian mendorongnya menuju pintu.

          "Ok, sekarang aman, bisa kita lanjut?" tanya Kak Aliana sambil menyuruhku untuk kembali duduk.

          "Ok, jadi apa?" tanyaku tak sabar.

          "Gini—" atmosfer kembali berubah.

          "Jadi—" suasana semakin misterius.

          "Sesuai dengan yang Mei katakana—" aku semakin memajukan dudukku, berusaha untuk mendengar lebih jelas.

          "Sebenarnya—" semakin misterius.

          "Aku—"

          "Adalah—"

          "Indigo?! Aku udah tau..." selaku.

          "Bukan!!! Dengar dulu, kalau itu memang kamu sudah tau! Jangan menyelaku, ok?" tegur Kak Aliana.

          "Jadi—"

          "Sebenarnya, aku adalah—"

          "APA?! APA?! Ini authornya bikin kesel...!"

          "Iya, nih... dari tadi omonganku diputusin mulu...!" tambah Kak Aliana.

          "Ok, ok, gak bakalan putusin omongan kamu, deh, Al..." author berbicara.

          "Hem, bagus! Nah, siap untuk dilanjutkan? Aduh deg-deg-an, sumpah!" pekik Kak Aliana membuatnya terlihat seperti anak-anak.

          "SIAP!" seruku.

          "Aku adalah..—"

          "... kakak kandungmu..." lanjut Kak Aliana.

         

*to be continued*

Hohoho...

Votenya jan lupa yeee

XDXDXD

Indigo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang