PART 7

865 37 9
                                    

       "Aku adalah..—"

       "... kakak kandungmu..." lanjut Kak Aliana.

***

       "Ap, apa? Ini bukan acara TV yang bikin kaget orang, kan?" tanyaku gelagapan sambil menggaruk-garuk leher .

       "Nop,"

       "Tu, tunggu. Coba kakak bilang sekali lagi..." kataku sambil menatap Kak Aliana lurus.

        "Aku kakak kan—"

        "STOP! Gak bisa, gak bisa gini! Aku belum siap!" jeritku sambil menutup mulut Kak Aliana.

        "Ok, ok! Aku siap! Coba bilang lagi,"

       "Aku kakak kandungmu..."

Hening.

Satu.

Dua.

      "SUDAH KUDUGA!!!!!!!!!"

      Dengan terpogoh-pogoh aku berlari keluar kamar, memasuki kamar ibuku kemudian duduk tak berdaya di depan ibu yang duduk melamun di ujung tepi kasur.

      "Bu, bu, kenapa, ibu gak—"

      "TUNGGU! Ibu belum siap! Aduuuh... seharusnya ibu tau semua ini bakalan terjadi! Seharusnya ibu ngelarang kamu deket-deket Aliana... aduh! Aduh! Iiiiiiiiih!"

     "Ya ampyuuuuuuuuuun... rumit banget, sih!" ibu tiba-tiba bangkit kemudian menempelkan kepalanya di tempok dan memukul-mukul tembok dengan tangan kirinya.

     "Bu... cerita aja kenapa, sih? Susah amat, lagian aku gak marah sama sekali, kok. Cuma, ya, sedikit kaget aja... Cerita aja, bu..." kataku.

     "Ekhm... jadi, ah! jangan diceritain, deh... ini masalah orang gedhe... Poligami kamu pasti gak ngerti, kan?" ujar ibu sambil menutup separuh mukanya dengan bantal.

      "Poligami? Polygon kali, bu... Polygon mah aku juga tau... merek sepeda, kan? Masa aku bisa tiba-tiba punya kakak gara-gara sepeda? Emang ibu nikah sama sepeda?

       "Tuh, kan! Ibu bilang, kamu masih belum ngerti. Poligami sama polygon jelas-jelas beda! Poligami itu semacam masalah dalam rumah tangga..." kata ibu.

      "Betul! Poligami itu artinya nikah lagi, atau bahasa sederhananya selingkuh! Tapi, selingkuhnya sampai nikah! Nah, itu yang ayah lakukan..."

     "...pas ayah selingkuh, ibu marah jadi ibu ngusir ayah dari rumah. Saat itu kamu dan aku sudah lahir, tapi Emie masih dalam kandungan... nah, pas ibu ngusir ayah, ayah diam-diam ngambil aku yang lagi tidur untuk dibawa bersamanya melarikan diri bersama selingkuhannya..." tiba-tiba Kak Aliana datang menjelaskan, membuat aku dan ibu tersentak kaget.

      "Oh, oh... te, terus sekarang ayah di mana?" tanyaku gugup, takut membuat ibu murung.

      "Aku usir..."

      "Oooh...—"

     "WHAT?!!! KAK ALIANA TEGA BANGET!" tiba-tiba Emie keluar dari lemari baju ibu sambil terpogoh-pogoh berjalan menuju Kak Aliana, lalu jatuh terduduk dengan mata entah melihat ke arah mana.

     "Aku kan belum ngeliat ayah... kok udah diusir lagi, sih?" kata Emie.

     "Yaah... ceritanya gini, ketika sampai di rumah selingkuhan ayah aku kebingungan... aku mau pulang tapi, ayah ngelarang dan maksa aku tinggal bersamanya... aku nurut aja, karena saat itu aku masih polos, ya... secara gitu... tapi, kayaknya selingkuhan ayah gak suka aku tinggal di rumahnya, makanya aku suka di sik—"

     "Wait! Tunggu, tunggu... aku mau nanya kenapa selingkuhan ayah gak suka Kak Aliana tinggal di rumahnya?" tanyaku penasaran.

     "Alasannya sudah sangat jelas! Itu karena aku terus memanggilnya dengan panggilan 'selingkuhan ayah'. Aku masih kecil, tapi entah kenapa aku bisa tau kalau dia memang selingkuhan ayah (sebenarnya sih, gara-gara kebanyakan nonton sinetron *suara hati*). Namanya, siapa, ya? Aku pernah dikasih tau, deh, kayaknya... hmmm... Tupai? Tupi? Tunas? Tulul? Tunggang? Ee... eee... oh, iya! Tulip! Nama selingkuhan ayah, TULIP!" seru Kak Aliana girang, seperti anak kelas satu yang akhirnya mengetahui jawaban dari pertanyaan 1 + 1.

     "Namanya bagus amat, tapi kok, sifatnya jelek bener?" bisik Emie kepadaku.

     Aku membalasnya dengan volume yang sama. "Anggep aja, namanya itu singkatan dari Tikus Ulat Lintah Iguana Piranha..."

     "Pantesan, tuh, sifatnya jelek! Arti namanya aja jelek banget! walau pun aku lumayan suka sama iguana..." Emie balas berbisik.

     "Ok! Jadi aku lanjutkan! So, karena selingkuhan ayah benci banget sama aku karena nama panggilan itu, akhirnya aku selalu kena siksaan setiap harinya. Ayah sebenarnya tau, tapi entah kenapa dia pura-pura gak tau gitu..."

    "...hingga suatu saat aku berpikir untuk melawan mereka berdua, yaitu dengan mengikuti les taekwondo yang diadakan tanpa biaya oleh suatu yayasan bela diri... setelah bertahun-tahun aku megikuti les tersebut, akhirnya aku mendapatkan gelas master... dan aku pun mengusir mereka dari rumah selingkuhan ayah dengan bekal pendidikan taekwondo... terima kasih..." jelas Kak Alina panjang lebar.

     "Perasaan, rumahnya punya selingkuhan ayah, deh! Kok malah nyerahin rumahnya gitu aja? Aneh banget! kenapa gak Kak Aliana aja yang pergi dari rumah itu?" tanya Emie.

     "Yah, mungkin karena mereka sudah beli rumah baru yang lebih cakep dari rumah itu. Tapi, setelah satu bulan tinggal sendirian, akhirnya aku menyerah dan menggadaikan rumah tersebut dan kemudian menyerahkan diri ke panti asuhan..."

    "...sebenarnya, sih, aku pingin pulang ke sini, tapi aku udah lupa alamat rumahnya... terus setelah 3 tahun tinggal di panti, sepasang suamu istri pun datang berniat untuk mengadopsi satu orang anak... dan mereka pun memilihku untuk dibawa pulang... nah, gitu ceritanya..."

     "Hmm... kehidupan Kak Aliana berliku-liku, ya? Tapi, setelah ini apa Kak Aliana ingin kembali tinggal bersama kami? Keluarga kakak yang sebenarnya?" tanyaku.





*to be continued*

Jangan lupa di vote! ;D

Tetap tunggu episode selanjutnya, ya...

Thanks...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indigo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang