Baby Twins

32 3 0
                                    

Rendi baru akan membaca kartu mana dokter Verliana itu siapa, Alya sudah mengeluh.

" Astagfirullah!" Kata Alya mengingat sesuatu.

" Kenapa sayang? Ada apa?"

" Mas,, kemarin itu..saat dirumah sakit. Aku sempat pingsan mas, dan dibawa Bagas keruang UGD."

" Tunggu -tunggu. Bagas? Pak Bagas Trihatmodjo maksudmu?" Kaget Rendi sedikit cemburu.

Alya mengangguk " mas, tapi dia hanya menolongku. Keadaan saat itu aku sangat lemah dan .." takut suaminya akan marah atau berfikir yang tidak-tidak.

" Ok. Lanjut.!" Potong Rendi.

"Nah saat diperiksa di UGD aku disarankan untuk menuju ruang....." Alya menggantungkan kalimatnya dan melihat perutnya yang memang terlihat membuncit. Lalu merabanya dengan tangan kanannya.

" Lanjutkan sayang.. " penasaran Rendi dengan terus menatap intens Mata lentik dan indah milik istrinya.

Alya masih bengong dan menimbang-nimbang semuanya, ia menimbang bahwa dia bahkan sudah telat datang bulan.

" Keruang apa sayang?" Desak Rendi.

" Keruang kandungan dan pada saat itu di pertengahan jalan aku bertemu dengan mu mas.. dan niat awalnya jadi terlupakan" sahut Alya.

" Apa?! Ruang ... Jadi, akan ada Rendi junior lagi?!" Senang dan antusias Rendi mendengar itu dari sang istri.

" Mas, jangan berekspektasi yang lebih dulu, semuanya belum tentu benar. Dari pada nanti kecewa." Takut Alya.

" Baiklah. Kalau begitu, kita sekarang juga pergi kerumah sakit. Biar bisa jelas semuanya. " Semangat Rendi yang bahkan kelemahan di tubuhnya seketika menjadi kekuatan dan daya.

" Tapi mas,jika nanti tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.. kamu.." khawatir Alya.

" Tenang saja sayang, aku tidak akan marah, kalau memang ada ya syukur, kalau belum ada juga bersyukur,itu tandanya kita disuruh lebih keras lagi biar segera ada Rendi junior lagi." Tenang Rendi yang sekarang tengah bangun dari ranjang dan mendekap erat istrinya.

Tanpa ada penolakan. Alya setuju dengan yang dikatakan suaminya.

Sampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang ibu dan anak. (Kandungan). Setelah mendapat antrian nomer 6 mereka kembali duduk ditempat yang sudah disediakan.

" Nomer 6.." panggil asisten dokter.

" Iya saya." Seru Alya dan berjalan menuju ruang perawatan bersama dengan suami.

Dokter mulai mengecek tekanan darah, berat badan , kemudian ditanya kapan terakhir datang bulan. Lalu meminta Alya untuk duduk di Brankar ruangan itu, lalu mengolesi perutnya dengan Jelle meletakkan alat monitor itu diperut yang masih raya milik Alya, mulai fokus dilayar yang ada didekatnya.

"Selamat ya Bu, pak. Ini adalah kantung janin dan bintik ini adalah bakal calon janin. Sebentar..." Tiba-tiba dokter menyipitkan kedua matanya dan menangkap lagi pandangannya pada layar lebar dihadapannya.

Baru saja mereka berucap syukur, lalu melihat reaksi dari dokter membuat semua panik.

"Kenapa dok,? Bakal calon anak kami baik-baik saja kan dok,?" Cemas Rendi yang seakan di aamiinin oleh Alya ikut penasaran.

" Sejauh ini, Alhamdulillah baik pak, Bu. Wah ini ada dua kantung janin. Anak nya kembar. Selamat ya. "

" Alhamdulillah ada dua Rendi Junior sayang." Perasaan senang yang tak terkira. Begitu pula dengan Alya yang sekarang telah meneteskan air mata bahagianya.

Setalah melakukan cek semua detak jantung bayi yang keduanya baik semua. Kedua calon anak yang belum diketahui jenis kelaminnya itu, mampu membuat keduanya berucap rasa syukur yang tak terkira kepada dzat pencipta kehidupan.

" Apakah ibu Alya ada keluhan?" Tanya dokter Verliana. " Seperti mual, pusing,lemas,?"

Alya menggelengkan kepalanya." Tapi dok, justru yang merasakan semua itu suami saya."

"Ah..begitu ya. Kadang kala memang ada yang seperti itu. Yang mengalami morning sickness adalah suami. Selamat pak. Buatnya berdua merasakan nya juga berbagi. " Ucap dokter Verliana.

"Tapi dok. Kenapa istri saya juga jadi sangat sensitif dan mood yang berubah-ubah apa itu bahaya?" Tanya Rendi.

"Mood swing saat hamil adalah sangat normal dialami. Tubuhnya yang mengalami perubahan fisik maupun secara hormonal,dan hidup juga mengalami penyesuaian dari hari ke hari. Tentu saja hal ini berkontribusi terhadap naik turunnya emosi sang Bunda." Terang dokter.

" Yang terpenting,ikut jadwal teratur, rutin olahraga ringan seperti jalan kecil di pagi hari. Karena dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang bisa mengontrol stress dan meningkatkan mood. Tapi jangan memaksa sampai kecapean ya Bu. Dinikmati saja semuanya bukan kehamilan yang pertama kan?"

" Benar dok. Hanya memang ini beda dari yang pertama, saya sampai tidak menyangka kalau sudah ada janin twins." Sahut Alya.

Dokter segera meresepkan beberapa vitamin untuk ibu dan janin. Lalu bergegas untuk pulang dengan kebahagiaan yang tak terkira.

" Baiklah sayang, kamu ingin apa hari ini?" Tanya Rendi.

"Em,, aku ingin makan brownis lumer,martabak telur. Sosis gulung,siomay dan..bebek goreng."

" Semua itu? Sekarang?"

Alya mengangguk mantap. Entah mengapa ia sangat ingin makan semua itu. Setelah kepulangan nya dari rumah sakit. Semua yang diinginkannya sudah ada dimeja makan karena dengan gesit Rendi menyuruh anak buahnya untuk mencari semua itu.

" Kamu yakin akan menghabiskan semuanya?" Setelah melihat begitu banyak makanan yang sudah tersaji diruang makan.

Alya mengangguk dan memakan dengan sangat kalap. Ditengah makannya, tiba-tiba Alya jadi bersedih.

" Kenapa sayang? Apakah itu tidak enak?katakanlah?" Khawatir Rendi melihat istrinya menangis.

Seketika Alya menggeleng. Bahkan ia tadi hanya berucap,tak disangka semuanya ada di hadapannya.

"Terus, mengapa menangis sayang?"

" Terharu.. mas kabulin semua yang aku ingin kan."

Rendi menghela nafas legah" asal kan kamu tidak minta bintang bulan atau bahkan matahari yang tak bisa suamimu gapai sayang, dan selama suamimu ini bisa memberikan pasti akan suamimu ini beri sayang." Ucap Rendi.

Seketika tangisannya menjadi semakin keras dan Rendi pun berinisiatif menenangkan dengan memeluk istrinya.

"Walaupun kamu tidak gula, tapi kamu manis mas. Huhuhu" terharu Alya.

Ini memang bukan yang pertama buat Rendi, tapi antusias tetaplah sama dengan kehamilan kehamilan sebelumnya dengan mantan istrinya terdahulu. Hanya saja, ia tak se - protektif saat ini. Bahkan lebih aktif berkonsultasi dengan dokter dari pada dengan yang sebelum-sebelumnya. Entah mengapa hidupnya begitu berwarna dengan adanya Alya dalam hidupnya. Sampai ia tak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkan degan istri tercintanya itu.

" Sayang, hari ini kita akan fitting baju pengantin ya." Ingatkan Rendi.

" Iya, ingat kok." Katanya sambil berjinjit memasangkan dasi dileher suaminya.

" Bilang dong sayang. Kamu tidak perlu berjinjit nanti capek." Pinta Rendi yang membungkukkan tubuhnya agar istrinya dengan mudah memasangkan dasi dilehernya sambil Rendi menatap perut Alya yang sudah mulai membuncit dan mengelusnya.

" Baik-baik disana ya sayang, jangan bikin Bunda sakit" ucap nya. Membuat Alya mengembangkan senyum bahagia.








Duren(Duda Keren)&AlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang