04. Dangerous Man

48 9 0
                                    

😈😈😈

Remi Andreas, pria 28 tahun itu benar-benar orang yang paling menyebalkan bagi Jelita. Jelita sebisa mungkin selalu menghindarinya. Namun, Remi selalu saja memiliki cara untuk dekat-dekat dengannya. Sejak Jelita SMA, Remi secara terang-terangan mengatakan suka kepadanya dan terus berusaha mengajaknya berpacaran.

Jelita tak mau. Selain perbedaan usia di antara mereka, Remi juga gila. Pria itu tak pantang menyerah padahal sudah Jelita tolak puluhan bahkan ratusan kali. Jerico, Kakak Jelita pun tak bisa Jelita andalkan. Jerico tak terlihat keberatan sedikit pun ketika Remi terus menggodanya.

Jika keluarga Remi tak baik kepada Jelita dan Kakaknya, Jelita ingin sekali menyantet Remi. Membuat Remi menderita lebih dari apa yang dia rasakan. Selama lima tahun ini hidupnya tak pernah tenang. Remi selalu ada di setiap momen hidupnya. Itu semua membuat Jelita frustrasi, alih-alih merasa terlindungi.

Dan malam ini, Jelita harus makan malam dengan pria sinting itu demi nilainya. Bahkan, Remi memanfaatkan posisinya sebagai dosen untuk mendekati Jelita. Benar-benar sangat menyebalkan. Bagaimana dia bisa bertahan dengan pria menyebalkan itu selama lima tahun ini?

“Pokoknya nggak boleh kelihatan cantik. Harus sejelek mungkin, senorak mungkin, biar Remi malu.“

Jelita kini berada di kamarnya. Gadis itu berdiri di depan lemari yang terbuka, tengah mencari pakaian yang akan dia gunakan untuk makan malam bersama Remi nanti. Jika dia tak bisa menolak keinginan Remi, maka Jelita harus bisa membuat Remi tak ingin mengajaknya pergi lagi.

Dan ini adalah caranya. Membuat penampilannya sangat buruk sehingga Remi malu. Jelita yakin, Remi tak mungkin mau pergi bersamanya jika Jelita berdandan sangat norak dan kampungan. Dia tahu, selera Remi sangat tinggi.

“Oke, ini bagus.“

Gadis itu mengambil rok pantai bermotif bunga sakura yang sangat meriah. Di bagian bawah rok itu terdapat banyak renda. Sebagai atasannya, Jelita memakai kemeja bermotif bunga mawar dengan warna merah menyala. Tak lupa, bando berbentuk telinga kelinci dia pakai di kepalanya.

Penampilannya benar-benar terlihat ramai. Jelita selayaknya taman berjalan. Di depan cermin, Jelita tersenyum sangat puas melihat penampilannya.

“Jijik banget sama diri sendiri,” gumamnya lalu duduk di kursi rias.

Sentuhan terakhir, dia hanya perlu mendadani wajahnya. Jika biasanya Jelita akan berdandan senatural mungkin, malam ini tidak lagi. Dia memakai bedak yang tebal dan lipstik yang merah merona. Bahkan, warna leher dan wajah Jelita terlihat sangat kontras. Tak hanya itu, Jelita juga memakai perona mata berwarna biru terang. Sekilas ketika melihat ke cermin, Jelita tak mengenali wajahnya sendiri.

“Kalau nggak gara-gara dosen sinting itu, gue nggak bakal rela kayak gini!“ dengkusnya menahan kesal. Jelita sangat berharap rencananya kali ini berhasil. Jika tidak, sia-sia saja dia berdandan seperti ini.

Tak lama kemudian, bel rumahnya terdengar. Jelita pun langsung keluar setelah menyambar tas selempang yang sudah dia siapkan di atas kasur. Dia berjalan penuh dengan percaya diri. Dia yakin, Remi akan meninggalkannya begitu saja ketika mereka nanti bertemu.

Ketika membuka pintu rumahnya, Jelita tersenyum sangat lebar di hadapan Remi. Berbeda dengan Jelita yang terlihat sangat bahagia, Remi sangat terkejut. Penampilan Jelita tak seperti biasanya. Dia tahu, Jelita bukanlah tipe gadis yang suka berdandan seperti itu.

Namun, bukannnya marah atau merasa kesal, Remi malah ikut tersenyum ketika sadar akan maksud Jelita.

“Kamu cantik banget, Sweetie,” ungkap Remi mengusap rambut Jelita yang tergerai kusut. Bahkan, Jelita tak merapikan rambutnya sedikit pun. Benar-benar luar biasa.

Our Bad Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang